Opini oleh Dr. Tonny Hendratono (Direktur Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo & Dewan Pembina LPER)
Perlukah
industri pariwisata melakukan brand repositioning di era kenormalan
baru? Ketika
mendengar istilah brand repositioning, sebagain besar orang
akan berfikir seolah-olah perusahaan diambang kebangktutan. Brand
repositioning tidak harus menunggu perusahaan diambang kehancuran,
tetapi dapat dilakukan oleh karena faktor persaingan, perubahan internal
perusahaan dan lingkungan bisnis serta perubahan perilaku pelanggan.
Brand repositioning dapat dijadikan sebagai strategi sukses dalam
menghadapi perubahan yang terjadi, sehingga mampu bertahan dalam
persaingan yang semakin kompetitif.
Dr. Tonny H no 1 dari kiri |
Perusahaan
perlu merubah posisi merek saat agar lebih berari bagi target pasar,
perubahan posisi baru dalam merek ini disebut brand repotioning
(Vashisht, 2005). Lebih lanjut Varma (2016) menyampaikan beberapa tipe
repositioning yaitu value oriented, segment oriented, celebrity
oriented, symbolism oriented, up-market technology, niche oriented,
change of image oriented. Dalam pemasaran modern , menciptakan nilai
yang dinamis sesuai dengan perubahan perilaku pelanggan sangat penting.
Fokus pada pelanggan merupakan jalan untuk mendapatkan keuntungan dalam
jangka Panjang (Bradlet, 2005). Copeland (2001) menyatakan hanya
pelanggan yang menentukan efektif dan suksesnya sebuah perusahaan
melakukan postioning atau repositioning. Oleh karena itu, perubahan
perilaku pelanggan penting untuk dikaji.
Dr. Tonny Hendratono, LPER dan KEIN |
Industri
pariwisata perlu mencermati, mengantisipasi dan menanggapi perubahan
fundamental dan dratis, yang terjadi pada perilaku wisatawan dalam
mengambil keputusan berwisata sebagai dampak pandemik covid 19.
Tuntutan wisatawan terhadap industri pariwisata semakin besar sebagai
bentuk rasa ketakukatan dan kecemasan terutama dalam hal kesehatan,
keamanan, kenyamanan dan kebersihan, dimana faktor tersebut menjadi
salah satu kelemahan industri pariwisata Indonesia. Salah satu strategi
alternatif yaitu dengan melakukan brand repositioning, dengan
memberikan new value proposition, yang mampu menciptakan brand image
baru yang positif dibenak wisatawan. Hendratono (2010) brand image
positif memengaruhi kepercayaan dan kepuasan pelanggan yang pada
akhirnya menciptakan loyalitas pelanggan.
Pengelolaan
brand sangat penting karena brand merupakan salah satu elemen aset tan
wujud (intangible assets), yang bernilai tinggi dalam menciptakan nilai
perusahaan (Company value). S&P (2018) meneliti tentang
kontribusi asset tehadap nilai perusahaan, menemukan bahwa kontribusi
nilai asset tan wujud pada tahun 2005 tiga kali lebih besar dari pada
nilai asset berwujud (tangible assets). Sementara pada tahun 2018
kontribusi nilai asset tan wujud ( intangible Assets) melonjak lima
kali lebih besar dari pada asset berwujud (tangible Assets). Oleh karena
itu, sebelum brand meredup, industri pariwisata perlu memprsiapkan
strategi brand repositioning di era kenormalan baru, agar tetap mampu
mempertahankan kelestarian keunggulan bersaing ditengah-tengah
persaingan yang semakin kompetitif, dengan pamer brand anyar (brand
repositioning) tersebut.
(17 Mei 2020, salam pamer brand anyar, Tonny Hendratono)
No comments:
Post a Comment