II
KAJIAN
TEORITIS
A.
Tinjauan
Pustaka
Pengertian Landasan Teori dalam sebuah penelitian,
merupakan dasar-dasar teori yang menguraikan pengertian tiap-tiap variabel yang
diteliti, dalam suatu model.
Teori dasar atau grand
theory yang menjadi
landasan dalam penelitian ini adalah teori Ekonomi Pembangunan dan teori
Inflasi merupakan bagian dari Makro ekonomi, merupakan hal penting dan terus
menerus dipantau, dikendalikan oleh otoritas moneter sebagai bagian dari
kebijakan peredaran uang berkaitan dengan stabilitas harga dalam suatu
perekonomian.
1.
Teori Pembangunan.
Menurut Todaro (2006, hal 20), Pembangunan
menurut pandangan ekonomi baru, merupakan redifinisi penghapusan atau
pengurangan tingkat kemiskinan, penanggulangan tingkat ketimpangan pendapatan,
dan penyediaan lapangan pekerjaan dalam konteks perekonomian yang terus
berkembang. Penggantian atau penyesuaian definisi pembangunan ekonomi yang kini
lebih didasarkan pada konsep “redistribusi hasil pertumbuhan” itu merupakan
slogan yang populer pada masa itu. Dalam pembangunan yang diterapkan oleh negara-negara dunia ke tiga
atau negara yang sedang berkembang ada 3 nilai inti dari arti pembangunan yang
paling hakiki yaitu :
a. Kecukupan (sustenance).
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar. Lalu apa yang dimaksud dengan kebutuhan dasar setiap orang, adalah
meliputi segala kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan keamanan. Dari
semua komponen kebutuhan pokok tersebut harus bisa terpenuhi. Apabila salah
satu kebutuhan tersebut tidak bisa terpenuhi, maka akan terjadi
“keterbelakangan absolut”.
Karena fungsi dasar dari semua aktivitas ekonomi untuk menyediakan sebanyak
mungkin alat, bekal untuk menghindari kelangkaan kebutuhan dasar tersebut,
sehingga perlu diupayakan adanya kemajuan ekonomi, tanpa adanya kemajuan
ekonomi berkesinambungan maka manusia tidak memiliki kecukupan untuk
meningkatkan status sosial dirinya. Setiap orang harus memiliki pendapatan per
kapita, mengentaskan kemiskinan absolut, perluasan lapangan kerja dan
pemerataan pendapatan, merupakan hal yang harus diadakan.
b. Harga Diri (self esteem).
Dorongan diri untuk hidup lebih baik, lebih
maju untuk menghargai diri sendiri, agar pantas dihargai untuk layak melakukan
sesuatu dan seterusnya. Kemakmuran material lambat laun dianggap sebagai suatu
ukuran kelayakan yang universal. Ini adalah akibat dari penyebaran “nilai-nilai
modern” yang bersumber dari negara-negara maju yang mengakibatkan kebingungan
budaya di negara2
berkembang. Banyak bangsa yang tiba-tiba saja merasa kecil atau tidak berarti
hanya karena tidak memiliki kemajuan ekonomi dan teknologi setinggi
bangsa-bangsa lain, sehingga masyarakat negara-negara dunia ketiga pun
berlomba-lomba mengejarnya, dan tanpa disadari mereka itu sejatinya kehilangan
jati diri.
c. Kebabasan (freedom).
Kemampuan untuk memilih, nilai universal yang
terakhir ini harus terkandung dalam makna pembangunan kemerdekaan manusia.
Konsep yang ada pada kebebasan ini, yaitu kemampuan berdiri tegak sehingga
tidak mudah diperbudak oleh materi. Apabila sekali saja suatu bangsa tidak kuat
dalam pendirian maka sikap peduli lingkungan akan pudar, yang ada sikap
mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain, sikap
demikian harus dihindarkan. Konsep kebebasan manusia dalam pengertian
pembangunan ekonomi merupakan konsep politik, termasuk keamanan diri sendiri,
kepastian hukum, kebebasan berekspresi dan pemerataan kesempatan kerja. Manfaat
inti yang terkandung dalam konsep ini adalah kebebasan memilih misalnya
kebebasan untuk memilih memiliki barang-barang dan jasa lebih banyak, atau
menampik semua barang bersifat materiil ke pemuasan batin.
Konsep pembangunan yang ditulis Paul P Streeten, mantan direktur World
Development Institute adalah sebagai upaya menghapuskan berbagai bentuk masalah
umat manusia, malnutrisi (kekurangan gizi), penyakit, buta huruf, daerah-daerah
pemukiman kumuh, pengangguran dan ketimpangan pendapatan. Jika hanya dihitung
berdasarkan tingkat pertumbuhan agregat, maka mungkin pembangunan yang sudah
dijalankan selama ini telah membawa kebahagiaan besar. Tetapi apabila diukur
atas dasar jumlah kesempatan kerja baru, peningkatan keadilan sosial dan
pemberantasan kemiskinan, pembangunan selama ini tidak banyak membuahkan hasil
atau bahkan telah gagal.
Pendapat Mudrajad Kuncoro (2010, hal.1) paradigma tradisional pembangunan
negara sedang berkembang diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan
perkapita. Semula banyak beranggapan yang membedakan antara negara maju dan
negara sedang berkembang (NSB) adalah pendapatan rakyatnya, dengan
ditingkatkannya pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan
ketimpangan distribusi pendapatan yang dihadapi negara sedang berkembang
terselesaikan, yaitu melalui dampak merembes ke bawah (trickle down effect). Indikator berhasil tidaknya pembangunan
semata-mata dilihat dari meningkatnya pendapatan perkapita.
Proses
pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi saja. Pembangunan
tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh
suatu negara, tetapi lebih dari itu pembangunan memiliki perspektif yang luas.
Dimensi sosial yang sering terabaikan
dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi, justru mendapat tempat strategis bagi
proses pembangunan. Aspek-aspek penting dalam pembangunan antara lain
pertumbuhan dan pemerataan, juga dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan
sosial masyarakat. Tujuan dari proses pembangunan sendiri adalah mengubah
struktur perekonomian kearah yang lebih baik.
Menurut
Sadono Sukirno (2012, hal. 444), pembangunan ekonomi harus secara terus menerus
diikuti oleh pengembangan institusi-institusi yang dapat memberi dorongan
kepada berbagai pengembangan kegiatan ekonomi. Sedangkan tingkat pembangunan ekonomi dan taraf kemakmuran masyarakat
di suatu negara biasanya diukur dari data pendapatan perkapita nominal. Menurut
teori ini bahwa tingkat kemakmuran masyarakat diukur dari tingkat pendapatan
perkapita, dengan cara menghitung Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dibagi jumlah
penduduk serta dinilai dengan dolar Amerika Serikat.
Teori Gunnar Myrdall (Sumber Fando www.fandoaja.blogspot.com. 2010) berpendapat bahwa pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses
sebab-menyebab sirkuler yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak
dan mereka yang tertinggal di belakang menjadi semakin terhambat dampak balik
cenderung membesar dan dampak sebar cenderung mengecil.
2.
Teori Inflsi
Samuelson
dan Nordhaus (2004, hal. 87). Pengertian inflasi merupakan bagian dari ilmu
ekonomi makro akibat dari interaksi antara permintaan agregat (aggregate demand) yang terdiri dari
jumlah total bersedia dibelanjakan untuk pengeluaran konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah yang sangat tergantung pada kebijakan moneter, kebijakan
fiskal dan lain-lain, dan penawaran agregat (aggregate supply) yang mengacu kepada total kuantitas barang dan
jasa yang dihasilkan oleh dunia bisnis suatu negara dan dijual pada periode
tertentu, dan sangat tergantung dari tingkat harga, kapasitas produktif
perekonomian dan tingkat biaya.
variabel
Makro yang utama
Inflasi
adalah faktor penting dari fakta kehidupan ekonomi, dan harus diperhatikan
dalam capital budget. Pada ujian awal
inflasi diperhatikan dalam hubungannya dengan suku bunga. (Ross, et. al. 2002,
hal. 177).
Rumusan
(Ross 2002, hal. 179) tingkat inflasi adalah :
Tingkat Inflasi = Suku bunga
nominal – Suku bunga riil (Rumus : 2.1)
Beberapa indikator yang mempengaruhi inflasi adalah:
a.
Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
b.
Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
c.
Indeks Harga Implisit (DGP Deflator)
Ad. a. Indeks Harga Konsumen
(Consumer Price
Index).
Indeks Harga
Konsumen (IHK), adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan
jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK
diperoleh dengan menghitung harga-harga
barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu.
Masing-masing harga barang dan jasa diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang
dianggap paling penting diberi bobot paling besar. Pratama Rahardja ( 2008,
hal. 367).
Ad.c. Indeks Harga Deflator PDB.
Menurut Pratama Rahardja (2008, hal, 369), Deflator
GDP atau deflator PDB disebut juga
Indeks Harga Implisit, berbeda dengan IHK maupun IHP yang hanya terbatas pada
beberapa ribu barang dan jasa. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling
mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan istilah deflator GDP
disingkat IHI (Indeks Harga Implisit) merupakan perbandingan antara pendapatan
nominal dengan pendapatan riil suatu negara. Perhitungan Inflasi dengan
deflator GDP sebagai berikut :
2.1. Jenis-jenis Inflasi
Beberapa jenis inflasi yang terjadi menurut beberapa
teori yakni :
a. Inflasi dari jenis biaya.
Pendapat Samuelson & Nordhaus
(2004, hal. 390), bagi kesehatan perekonomian pada ekonomi modern campuran,
maka sebagai penyeimbang harus diselidiki teori inflasi modern, dan
menganalisis biaya untuk menekan inflasi. Mungkinkah ekonomi pasar secara
serempak menikmati keuntungan dari kesempatan kerja penuh serta dibarengi
dengan stabilitas harga. Inflasi perlu dikontrol, agar apabila terjadi inflasi,
langkah mengatasinya tidak harus memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
memelihara tingkat pengangguran tetap tinggi.
Inflasi
disebabkan dari permintaan maupun penawaran, seperti halnya penyakit, inflasi
disebabkan oleh berbagai masalah. Kata kunci tentang inflasi modern adalah para
pihak membangun momentum internal dan biaya untuk menghentikannya.
Ada beberapa macam inflasi yaitu :
1) Inflasi Inersial
Inflasi
jenis ini adalah gerakannya lamban. Di Amerika Serikat sendiri gerakan
inflasinya sangat cepat dan cenderung bertahan pada tingkat inflasi yang sama.
Berbeda dengan inflasi inersial yang lamban, namun apabila dikagetkan oleh
suatu sebab, maka akan lari cepat dan berhenti pada titik baru dimana inflasi
tersebut tetap berada disitu sampai dengan ada penyebab yang membangunkan
inflasi tersebut.
Perekonomian
terus berjalan pada tingkat inflasi inersial, dimana selalu menyesuaikan pada
harapan tiap orang. Tingkat inflasi ini built
in akan cenderung bertahan hingga terjadi goncangan yang menyebabkan
bergerak naik turun.
Ketika
inflasi bertahan pada tingkat yang sama untuk beberapa waktu, dan
dalam perekonomian cenderung mendorong inflasi bergerak naik turun.
Ekonomi selalu sebagai subyek untuk merubah permintaan keseluruhan, lonjakan
minyak, perubahan harga komoditas, gagal panen, pergerakan nilai tukar dan
peristiwa-peristiwa ekonomi lainnya yang menekan inflasi jauh ditingkat
inersial.
2) Inflasi
Tarikan Permintaan (demand pull inflation).
Inflasi
tarikan permintaan terjadi ketika permintaan keseluruhan naik lebih cepat dari pada potensi ekonomi produktif, sehingga
harga menaik kekeseimbangan dimana curva permintaan naik kekanan. Akibatnya
permintaan dolar akan meningkat hal ini apabila bahan-bahanmakanan, komoditas
diimpor dari luar negeri sehingga menimbulkan inflasi.
2.2. Teori
Kuantitas
Menurut
teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1 persen
menyebabkan 1 persen tingkat inflasi, selaras dengan persamaan Irving Fisher,
kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi menyebabkan kenaikan 1 persen tingkat
bunga nominal. (Mankiw, Gregory. 2007, hal 90).
Pendapat Boediono (2012, hal 161),
teori ini menitik beratkan kepada jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dan
harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga barang dan jasa.
Teori kuantitas membahas masalah
inti yaitu :
a.
Inflasi, hanya bisa terjadi apabila ada penambahan
volume uang yang beredar, sehingga kenaikan harga karena musim paceklik atau
gagal panen, maka harga akan meningkat tetapi sementara, setelah itu setabil
kembali.
b.
Inflasi ditentukan oleh laju uang beredar dan harapan
masyarakat mengenai kenaikan harga dimasa mendatang.
Jumlah uang beredar merupakan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan inflasi yang sangat erat kaitannya dengan permintaan uang. Setiap
negara memiliki kebijakan pengendalian uang beredar untuk menekan laju
inflasinya. Teori Fisher, Irving (2006, hal. 160), persamaan kuantitas menurut
teori ini adalah jumlah kuantitas uang yang dibutuhkan untuk bertransaksi,
semakin banyak uang yang dipegang, maka kuantitas uang dalam perekonomian suatu
negara, erat kaitannya dengan uang yang dipertukarkan untuk transaksi.
Persamaan Irving Fisher adalah :
M x V = P x T (Rumus 2.6)
M =
Money in circulation
V =
Velocity of circulation
P =
Price
T = Quantity
of trade
Boediono
(2012, hal. 85-86). Uang beredar adalah “konsep penawaran uang”, yang dimaksud
konsep ini adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat, dan dalam kebijakan
makro, maka pembuat kebijakan tidak bisa sendirian, namun dipengaruhi oleh bank
umum, dan masyarakat umum.
Pengertian uang ada dua macam :
a.
Uang Kartal, adalah uang tunai yang dikeluarkan oleh
pemerintah atau (bank sentral) yang langsung dibawah kekuasaan masyarakat. Uang
ini yang dipegang langsung oleh tiap orang, untuk menggunakannya. Bentuk
pecahan uang ini berupa “uang kertas” dan “uang logam” disebut uang kartal.
Pengertian uang kartal adalah, semua bentuk uang kertas atau uang logam yang
berada di luar perbankan (Bank Umum dan Bank Sentral).
b.
Uang Giral, adalah uang beredar berupa seluruh saldo
rekening koran (giro) yang dimiliki seluruh masyarakat yang berada di bank
Umum.
Rumusan sederhana tentang uang beredar:
M1 = K + D Rumus (2.7)
K = Uang Kartal
(uang tunai di masyarakat)
D = Uang giral (Demand deposit/giro).
Perkembangan dari rumusan ini, bahwa pada kenyataan
uang yang disimpan di simpan di Bank
tidak hanya berupa rekening giro, namun juga berupa simpanan tabungan, simpanan
deposito berjangka (Time deposit).
Rumusan uang beredar menjadi :
M2 = K + D + T Rumus (2.8)
Konsep uang beredar (M2) ini disebut broad money, dimana unsur deposito
berjangka dan simpanan tabungan ikut didalamnya.
Sifat simpanan (tabungan, deposito) yang sewaktu waktu
dapat di uangkan, maka disebut quasi
money atau near money yang sifatnya mendekati seperti uang tunai.
Faktor lain
yang mempengaruhi inflasi
adalah kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM), sebab BBM merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk alat
transportasi dan kebutuhan lainnya, sehingga setiap kenaikan BBM akan
menyebabkan harga-harga barang dan jasa di pasaran akan meningkat, bahkan
kenaikannya lebih besar dari kenaikan BBM yang ditentukan oleh pemerintah, hal
ini juga dapat terjadi karena adanya faktor kelangkaan cadangan BBM, sehingga
sangat berpengaruh pada permintaan yang mendorong tingginya harga BBM tadi.
Menurut
konsep permintaan agregat, yaitu aktivitas ekonomi berkaitan dengan pengeluaran
masyarakat, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor pemenuhan konsumsi
masyarakat antara lain kebutuhan BBM yang
meningkat secara terus menerus. Peningkatan aktivitas ekonomi di masyarakat
yang tidak seimbang, maka akan mendorong budaya konsumtif di masyarakat.
Pertumbuhan PDB Indonesia apabila dicermati saat ini didorong oleh konsumsi
tinggi, sementara kegiatan produktif di masyarakat justru menurun. Contoh
budaya konsumtif antara lain penggunaan BBM bersubsidi secara nasional sulit di
kendalikan, menyebabkan dampak makro ekonomi negatif. (Henry Faizal Noor, 2013,
hal. 232).
Pasca krisis
keuangan yang diawali dari jatuhnya mata uang bath di Thailand tahun 1997,
Indonesia terimbas krisis keuangan, hingga akhirnya menjadi pasien IMF. Pada
bulan April 1998 Indonesia dan IMF menyepakati 50 butir LoI dan memorandum
“Kebijakan Ekonomi Keuangan” diantaranya penghapusan subsidi BBM secara
bertahap. Kenaikan harga BBM di pasar internasional dari 45 dolar AS per barel
diawal tahun 2005 menjadi 70 dolar per barel sangat tidak menguntungkan
Indonesia. Indonesia walaupun sebagai anggota negara-negara pengekspor minyak (OPEC)
namun tercatat sebagai negara pengimpor
BBM terbesar di Asia, jauh melebihi Jepang yang bukan penghasil minyak
mentah. Dengan demikian meningkatnya harga BBM sebagai pencabutan bertahap
subsidi pemerintah yang sudah mengalami defisit APBN, akan menimbulkan inflasi.
Tulus Tambunan. (2012, hal.34).
Komite Ekonomi Nasional / KEN (2012,
hal.3), ICOR merupakan kebutuhan investasi terhadap peningkatan 1 persen produk domestik bruto (PDB). Artinya, bila ICOR = 5,3 persen maka untuk meningkatkan PDB sebesar 1 persen membutuhkan investasi sebanyak 5,3 persen dari PDB. Berdasarkan perhitungan yang pernah
dibuat oleh KEN, ICOR Indonesia rata-rata di bawah 5 persen sejak 2004 sampai 2008. Namun sejak 2009 sampai 2012, ICOR
Indonesia rata-rata berada di atas 5 persen.
ICOR kepanjangan dari Incremental Capital Output Ratio, adalah perbandingan Investasi
dibagi PDB terhadap pertumbuhan ekonomi (BPS : 2010).
ICOR,
merupakan dana yang dibutuhkan pada pelaksanaan investasi, maka perlu
pengawasan agar pelaksanaan investasi bisa berjalan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Buruknya infrastruktur yang menunjang investasi, kurang baiknya
birokrasi sehingga biaya perijinan menjadi mahal, banyaknya korupsi serta waktu
penyelesaian pengerjaan proyek menjadi lama, dan apabila tidak ada tambahan
investasi, berarti proyek terhenti maka inflasi akan meningkat. Hal ini
menyebabkan biaya tinggi, dan merugikan masyarakat penikmat fasilitas umum,
seperti tertundanya pembagunan BKT, Monorail, Hambalang dan lain-lain.
ICOR semakin
besar, maka dana
investasi untuk membiayai proyek pembangunan misalnya jalan tol, fasilitas publik makin
besar dan meningkatkan inflasi, maka hal ini
membuat produktivitas menurun, dan banyak biaya serta uang terbuang
karena molor waktunya, ketika inflasi tinggi diatas moderat, maka
perekonomian akan terhambat.
Menurut
Yuyun Wirasasmita (2012, hal.
5), Apabila ICOR meningkat, maka pertumbuhan ekonomi menurun, karena terjadi
kebocoran sehingga harga-harga menjadi mahal dan tidak efisien, maka inflasi
meningkat. Oleh sebab itu dalam penyelesaian belanja investasi (aggregate demand) untuk mencapai
pertumbuhan PDB tertentu, penyediaan dana untuk investasi perlu dikontrol dan
dievaluasi. Apabila ICOR meningkat, investasi menjadi tidak efisien terjadi
pemborosan, maka menimbulkan kenaikan inflasi.
Pengertian suku bunga kredit adalah
suku bunga pinjaman yang di keluarkan oleh BI kepada para pelaku usaha. Tingkat
bunga pinjaman yang semakin rendah, maka akan meningkatkan aktivitas produksi,
sebaliknya semakin meningkatnya suku bunga kredit, maka biaya akan meningkat
dan output berkurang akan mendorong kenaikan harga di pasaran. Tingkat bunga
pinjaman ini dapat digunakan sebagai instrumen atau alat kebijakan untuk
mengatur jumlah dan arah investasi, sekaligus bagi pemerintah sebagai
pengawasan inflasi. Sektor-sektor yang dianggap strategis dapat didorong
perkembangannya melalui investasi dengan menggunakan kredit prioritas
dengan suku bunga yang rendah, bilamana perlu dapat
diberikan subsidi oleh pemerintah. Di Indonesia kredit prioritas
diberikan kepada pengusaha atau pedagang ekonomi lemah dapat berupa kredit
investasi kecil (KIK), kredit modal kerja permanen (KMKP), dan beberapa
perusahaan PMDN. Bunga yang dikenakan lebih kecil dari bunga kredit umum.
Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi,
dalam rangka menyejahterakan masyarakat melalui pemerataan pendapatan (Eddy
Soegiarto dan Mardyono. 2011, hal. 100).
Kurs adalah
sistem pembayaran internasional, yang dinyatakan dalam bentuk nilai tukar mata
uang satu negara dengan mata uang negara lainnya yang melakukan transaksi
perdagangan internasional. Salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi adalah
nilai tukar uang suatu negara, apabila nilai tukar negara pengimpor bahan
mentah dan barang modal produksi merosot, maka yang terjadi adalah defisit
perdagangan dan menimbulkan biaya tinggi karena tidak efisien serta mendorong
harga pokok produksi
meningkat, akibatnya kuantitas
produksi menurun dan menimbulkan harga jual barang di pasaran meningkat.
Menurut
Masngudi (2012, hal.2), sistem kurs devisa, dimana dibedakan kurs devisa tetap
(fixed change rate) dan kurs devisa
mengambang ( floating exchange rate).
Konsep
penawaran agregat, yaitu aktivitas ekonomi berkaitan dengan kegiatan total
produksi negara yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor produksi. Pergeseran
penawaran output yang meningkat
atau menurun disebabkan efisien atau tidaknya harga input bahan mentah untuk
proses produksi antara lain, bahan mentah, harga barang modal seperti
mesin-mesin, biaya–biaya ini di Indonesia
sekarang ditentukan oleh kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,
sebagai penunjang jalannya proses produksi. (Sadono Sukirno : 2012, hal.248)
Pengertian Terms
of Trade (TOT), adalah rasio harga barang ekspor dan harga barang impor,
asumsi barang yang diperdagangkan hanya dua jenis. Dan apabila perdagangan ini
hanya dilakukan oleh dua negara maka mitra dagang tersebut akan merupakan
satu-satunya pengimpor dari barang yang diekspor negara tersebut.
Terms of
Trade merupakan dasar tukar antara ekspor dan impor, sangat penting dibicarakan
dalam perdagangan internasional.
Menurut Nopirin (2012, hal. 71), dasar tukar ini
mempengaruhi tingkat kesejahteraan suatu bangsa dan sekaligus sebagai alat ukur
posisi perdagangan luar negeri suatu bangsa.
Investasi adalah penanaman modal berupa pembelanjaan
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa dalam perekonomian.
Investasi atau pembentukan modal merupakan komponen permintaan agregat dalam aktivitas makro
ekonomi.
Henry Faizal Noor, ( 2013, hal. 37), berpendapat bahwa
aspek-aspek investasi menurut jenisnya adalah :
a.
Investasi langsung (direct investment) : investasi pada faktor produksi yang
menghasilkan aneka barang, dan jasa untuk keperluan konsumsi masyarakat atau
disebut investasi pada sektor riil.
b.
Investasi tidak langsung (indirect investment) : investasi bukan pada faktor produksi, tetapi
pada sektor keuangan (financial
investment) seperti deposito, saham, obligasi dan sejenisnya yang
menghasilkan jasa keuangan, termasuk SUN, baik yang konvensional maupun syariah
(sukuk) dan investasi pada surat berharga lainnya.
Menurut kepemilikan penanaman modal
di Indonesia ada dua macam :
a. PMA
(investornya orang asing dalam bentuk Badan Usaha).
b. PMDN (investornya adalah WNI baik
bentuk perorangan maupun badan usaha).
Sehingga jelas
sekali bahwa investasi asing langsung menurut teori ini, adalah pemindahan
aliran dana dari kepemilikan orang asing yang masuk ke negara tujuan investasi
dan beroperasi di sektor riilnya dalam suatu aktivitas ekonomi yang berupa
kegiatan produksi nasional.
Menurut
Krugman, Paul (2004, hal. 214), yang dimaksud Penanaman Modal Asing Langsung (foreign direct investment) / FDI adalah
suatu arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan
atau memperluas operasi atau jaringan bisnisnya di negara-negara lain. Ciri
yang menonjol dari FDI ini adalah melibatkan bukan hanya sumber daya, tetapi
juga memberlakukan pengendalian asing (pemilik modal itu). Cabang ataupun anak
perusahaan tidak hanya diikat dengan kewajiban finansial kepada induk perusahaannya,
akan tetapi secara keseluruhan ia adalah bagian integral dari struktur
organisasi perusahaan induk, sehingga cabang atau anak perusahaan ini merupakan
perpanjangan tangan dari perusahaan induk yang berada di negara asalnya, dan
segala keputusan puncak diambil dari pusat.
FDI di
Indonesia sebagian besar merupakan kepemilikan penuh atau hampir penuh dari
sebuah perusahaan luar negeri. Pemberian lisensi dan penggunaan teknologi
tinggi dari luar negeri merupakan salah satu bentuk investasi langsung. Namun
istilah FDI tidak termasuk di dalamnya yang terkait investasi asing di bursa
saham.
Di era
globalisasi ini FDI memegang peran penting dalam internasionalisasi bisnis.
Perubahan yang sangat besar telah terjadi baik dalam segi ukuran, cakupan, dan
metode-metode FDI dalam beberapa dekade terakhir. Perubahan-perubahan ini
terjadi karena adanya perkembangan teknologi, pengurangan batasan bagi
investasi asing dan akuisisi dari banyak negara, serta deregulasi dan
privatisasi di berbagai industri. Berkembangnya sistem teknologi informasi dan
komunikasi global memungkinkan manajemen investasi langsung dapat dilakukan
dengan jauh lebih cepat dan semakin mereduksi cost transaksi. (Deviana
Anesya 2010, hal
2).
Dornbusch, Rudiger & Ficher, Stanley
(1984,hal.486), permasalahan pengangguran tidak terlepas dari pengaruh inflasi.
Munculnya kebijakan bank sentral seperti di Amerika Serikat tentang pengawasan
inflasi yang dibarengi penerapan kebijakan uang ketat terhadap angka
pengangguran, dengan segala konsekuensinya, bahwa pelaksanaan peraturan
kebijakan uang ketat untuk pemberantasan inflasi dampaknya kepada munculnya
bentuk-bentuk pengangguran.
Beberapa tujuan para pembuat kebijakan ekonomi adalah
mencapai tingkat inflasi yang rendah dan pengangguran juga rendah, namun
demikian pada kenyataannya kedua tujuan tersebut berlawanan arah, saling
bertentangan. Mankiw, Gregory (2007, hal. 375).
Sebagai ilustrasi ketika para pembuat kebijakan
ekonomi memperbesar permintaan agregat, kebijakan ini akan menggerakkan
perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek ke titik output
yang tinggi dan tentu pada tingkat harga yang tinggi pula. Output yang lebih
tinggi menunjukkan pengangguran lebih rendah. Sebaliknya tingkat harga
meningkat dibanding periode atau tahun sebelumnya, artinya inflasi lebih
tinggi. Sehingga para pembuat kebijakan pada jangka pendek akan melihat
pertumbuhan ekonomi meningkat sepanjang kurva penawaran agregat, pengangguran
akan menurun dan inflasi meningkat. Sebaliknya bila mereka mengontraksi
permintaan agregat dan memperlambat perekonomian kebawah sepanjang kurva
penawaran agregat kebawah, maka pengangguran akan meningkat dan inflasi
menurun. Trade-off inflasi dan
pengangguran ini disebut kurva Philips.
Kurva Philips, menerangkan sebagai refleksi dari kurva
penawaran agregat (aggregate supply) jangka pendek, artinya
ketika para pembuat kebijakan ekonomi menggerakkan perekonomian sepanjang kurva
penawaran agregat jangka pendek, maka inflasi akan bergerak bersamaan
pengangguran pada posisi berlawanan. Kurva Philips (Philips curve), menjelaskan bahwa tingkat inflasi dipengaruhi oleh
:
a.
Inflasi yang diharapkan
b.
Pengangguran tingkat siklis
c.
Peningkatan penawaran
Teori ini membahas masalah daya beli masyarakat (purchasing power) merupakan kekuatan dan
kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya dalam bentuk barang dan jasa yang dibutuhkan pada harga
dan waktu tertentu.
Sadono Sukirno (2007, hal. 56), apabila membandingkan tingkat kesejahteraan
masyarakat di beberapa negara berdasarkan tingkat pendapatan perkapitanya, maka
secara sadar atau tidak sebenarnya khalayak menganggap bahwa tingkat
kesejahteraan masyarakat dicerminkan dari pendapatan per kapita masyarakat
tersebut.
Pada kenyataannya pendapatan masyarakat perkapita,
masih digunakan sebagai acuan kesejahteraan tersebut hingga sekarang, yang
dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin
kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat. Demikian sebaliknya
apabila pendapatan tetap, ketika terjadi kenaikan harga yang terus menerus,
maka daya beli akan merosot.
Daya beli masyarakat yang meningkat untuk membeli
barang yang diminta di suatu tempat yang lazim disebut pasar dengan biaya
dan periode tertentu. Daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap dan
golongan tidak mampu akan menurun apabila harga-harga barang terus menerus naik
di setiap kategori
komoditas di pasar. Daya beli masyarakat diukur dari pendapatan per kapita
Daya beli masyarakat dipengaruhi permintaan
masyarakat, pertumbuhan ekonomi sebagai akibat
perubahan daya beli masyarakat akan berimplikasi kepada kesempatan
kerja.
Sudarsono (1995, hal. 69), permintaan masyarakat juga
dinamakan permintaan pasar dimana fungsi permintaan yang berhasil dirumuskan
didasarkan atas perilaku konsumen individual. Kumpulan permintaan-permintaan
individual membentuk permintaan pasar.
Hukum permintaan:
“Hubungan antara
barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding
terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta
akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat.”
Sebagai kelengkapan penelitian ini, disertakan judul
penelitian, variabel penelitian, persamaan, dan perbedaan penelitian terdahulu yang masih relevan dengan penelitian ini dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu yang
relevan
No
|
Peneliti
dan Judul
|
Variabel
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
1
|
Beta-Yulianita
Laksono
“Faktor-faktor
Yang mempengaruhi Inflasi di Indonesia (2005)”
|
Inflasi
dan Pertumbuhan Ekonomi
|
Persamaan
penelitian ini menggunakan faktor Inflasi dengan tujuan Penelitian antara lain :
Kebijakan
Moneter dalam mencapai tingkat Inflasi yang diharapkan dalam
perekonomian
|
1.
Variabel yang
diteliti : Inflasi,
Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian Ini Inflasi, FDI, Pengangguran dan Daya beli
masyarakat
2.
Tujuan: Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal untuk
analisis Inflasi.
Penelitian
ini untuk menganalisis Inflasi melalui Kebijakan moneter.
|
2
|
Willem A.
Makaliwe
“Relevansi
Nilai Tukar pada transmisi moneter pencapaian pertumbuhan
output dan kestabilan Inflasi dan perbandingan regim nilai tukar (2007)”
|
Nilai
Tukar, Pertumbuhan Output dan Inflasi
|
Persamaan
penelitian ini menggunakan faktor-faktor Nilai tukar dan Inflasi dengan tujuan Penelitian antara lain : Mengkaji
dan menganalisis hubungan nilai tukar terhadap pertumbuhan
output dan Inflasi
|
Variabel yang diteliti adalah
Nilai tukar, Pertumbuhan Output dan Inflasi, sehingga dapat diketahui
pengaruh nilai tukar, pertumbuhan output terhadap Inflasi.
Penelitian
ini :Variabel yang diteliti Faktor- faktor Inflasi, Inflasi, FDI,
Pengangguran dan Daya beli masyarakat, sehingga dapat diketahui pengaruh
faktor-faktor yang mana kuat mempengaruhi Inflasi dan dampaknya terhadap Daya
beli masyarakat
|
3
|
Analisis Karno “Faktor-faktor Yang mempengaruhi
FDI di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura (2012)”
|
PDB,
Inflasi, suku bunga, IHSG, Infra struktur,
ekspor, nilai mata uang dan FDI
|
- Persamaan
penelitian
ini menggunakan
faktor-faktor Inflasi,
Suku bunga pinjaman,nilai
mata
uang dan FDI
dengan tujuan Penelitian
antara lain untuk
mengkaji dan
meng- analisis PDB, Inflasi, Suku bunga kredit, IHSG,nilai mata uang terhadap FDI secara simultan
~ PDB,Inflasi,Suku bunga kredit, IHSG, Nilai mata
uang terhadap FDI secara parsial
|
1.
Variabel penelitian
adalah PDB, Inflasi,
Suku bunga, IHSG,
Infrastruktur, Ekspor,
nilai mata uang dan
FDI. Menganilisis
pengaruh faktor-faktor tersebut hanya kepada FDI
dan dibandingkan
dengan Asean.
penelitian ini variabel
penelitian Faktor-
faktor M2, Harga
BBM, ICOR, Suku
Bunga Kredit, Kurs
dan TOT terhadap
Inflasi. Inflasi
pengaruhnya terhadap FDI, Pengangguran.
dampak terhadap Daya beli
masyarakat di Indonesia.
2. Obyek
Penelitian Asean
Penelitian ini :
di
Indonesia.
|
4
|
Agnes
Sediana Milasari D
“Analisis dampak Inflasi Tinjauan Literatur (2010)”
|
Nilai Tukar, Inflasi.
|
Persamaan
penelitian ini menggunakan faktor-faktor Nilai tukar dan Inflasi
dengan tujuan Penelitian antar
lain : mengkaji dan menganalisis
pengaruh nilai tukar terhadap Inflasi?
|
1.
Variabel penelitian meliputi Nilai Tukar dan Inflasi
Penelitian ini : Inflasi, FDI,
Pengangguran, dan Daya beli masyarakat
2.
Obyek Penelitian : Kajian litertur. Penelitian ini
melalui data sekunder BI, BPS, BKPM, Bappenas, dan Kementerian
Tenaga Kerja.
|
5
|
Nandang
Utama
“ Dampak
Kebijakan Harga Minyak Terhadap Daya Beli Masyarakat. Nopember 2008 (Jurnal
dalam negeri)”
|
Harga BBM,
Daya Beli
|
Persamaan
Penelitian ini menggunakan faktor Daya Beli dengan tujuan Penelitian antara lain untuk
mengkaji dan menganalisis pengaruh kenaikan BBM
terhadap Daya Beli?
|
1. Variabel
penelitian dan Kesimpulan :Kebijakan pembangunan ekonomi memiliki ranah
(domain) meliputi bagaimana penggunaan sumberdaya regional, tenaga kerja,
modal, teknologi dan sosial untuk menghasilkan output yang selalu harus naik.
Dampak lingkungan yang timbul berakumulasi pada kesejahteraan
masyarakat. Maka kesulitan ekonomi timbul, karena daya beli turun setelah
Pemerintah menetapkan kebijakan kenaikan harga BBM.
Penelitian
ini : Dampak Kenaikan BBM signifikan terhadap Inflasi. Implikasinya
berpengaruh secara parsial negatif terhadap daya beli masyarakat.
2. Data
penelitian hanya pada s.d 2008.
Penelitian ini dari tahun 1982-2013.
|
6
|
Putri
Tirta EnistinSipayung & Made Kembar Sri Budhi
“Pengaruh
PBD, Nilai Tukar dan Jumlah Uang Beredar terhadap Inflasi periode 1993-2012
Jurnal
Ekonomi dalam negeri”
|
PDB, Nilai
Tukar Rupiah terhadap dolar AS, Jumlah Uang Beredar (M1), dan Inflasi
|
1).
Persamaan penelitian ini menggunakan faktor-faktor Nilai tukar, Jumlah uang
beredar dan Inflasi,
dengan tujuan penelitian antara lain :
untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh Nilai Tukar, dan jumlah uang beredar
secara simultan terhadap tingkat Inflasi pada tahun 1993-2012
2).Untuk
mengkaji dan menganalisis pengaruh Nilai
Tukar, dan jumlah beredar secara parsial terhadap tingkat Inflasi
pada tahun 1993-2012?
|
1. Variabel
Produk Domestik Bruto (PDB) dan Jumlah uang beredar (M1) tidak
berpengaruh secara parsial terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia periode
1993-2012. Nilai Tukar berpengaruh signifikan dan positif terhadap
Tingkat Inflasi di Indonesia periode 1993-2012. Variabel nilai tukar dikethui
sebagai variabel berpengaruh paling dominan terhadap tingkat Inflasi di
Indonesia periode 1993-2012 jika dibanding dengan PDB dan Jumlah uang
beredar.
Penelitian
ini : pengaruh paling dominan Kurs, Suku bunga
Kredit, Harga BBM, M2 terhadap Inflasi di Indonesia.
|
7
|
Ni-Komang
opianti &A.A. Ketut Ayuningsasi
“Jurnal
Akademik : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi, Dan Upah Minimum
Terhadap Jumlah Pengangguran di Bali. (April, 2013)”
|
Pertumbuhan
Ekonomi, Tingkat Inflasi, Upah Minimum dan Pengangguran di Bali
|
1. Persamaan
penelitian ini menggunakan faktor-faktor Inflasi dan Pengangguran tujuan Penelitian antara lain:
untuk mengkaji dan menganalisis Tingkat Inflasi,
Upah Minimum secara serempak berpengaruh terhadap Pengangguran di Bali
pada tahun 2004-2010?
2. Untuk
mengkaji dan menganalisis Tingkat Inflasi,
Upah Minimum, secara parsial
berpengaruh terhadap Pengangguran di Bali pada tahun
2004-2010?
3. Persmaan
mengukur dominansi dari variabel Pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan
Upah minimum yang berpengaruh terhadap pengangguran di Bali tahun
2004-2010?
|
1.
Variabel
independen
pertumbuhan
ekonomi, tingkat inflasi, dan upah minimum
terhadap
pengangguran di Bali
pada tahun
2004-2010
Penelitian ini : Variabel
independen FDI, Inflasi terhadap pengangguran di Indonesia.
2. Secara
parsial variabel pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan upah minimum
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran di Bali pada tahun
2004-2010
Penelitian ini : Inflasi secara
parsial tidak signifikan terhadap
pengangguran.
3. Variabel
yang berpengaruh dominan adalah variabel inflasi dimana dilihat dari tabel
standardized coefficient beta
nilai tingkat inflasi sebesar 26 persen secara positif
mempengaruhi jumlah pengangguran.
Penelitian ini : secara nasional
Inflasi berpengaruh signifikan
terhadap FDI ,pengangguran
di Indonesia
|
8
|
Patra,
Sudhakar, Sahu dan Kabita Kumari
“Inflasi
dan Jaringan Ekonomi Makro di Kawasan Asia Selatan (Jurnal Ekonomi
Internasional 2012)
|
Inflasi
dan PDB
|
Persamaan
variabel yang diteliti adalah Inflasi dengan tujuan penelitian,
untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh Inflasi terhadap PDB.
|
1. Variabel
yang digunakan dan Kesimpulan:Inflasi yang tinggi akan mempengaruhi
ketidakstabilan PDB di Negara-negara Asia Selatan.
Penelitian ini : Inflasi tinggi menurunkan
Daya beli (PDB/kapita)
2. Kebijakan
Makro yaitu Moneter harus bersinergi dengan kebijakan Fiskal dalam
menyetabilkan Inflasi di angka 4 persen/ tahun
3. Penelitian
ini : stabilitas inflasi akan ditekan di angka 5-6 % untuk menarik FDI
4. Obyeknya
di Asia Selatan.
Penelitian
ini di Jakarta.
|
9
|
Russia & CIS Food And
Agreeculture weekly
“Jurnal
Internasional : Official Documents and Commentaries forecast Inflasi June
2013, Jurnal Ekonomi Internasional”
|
Konsumsi
dan Inflasi
|
Persamaan
penelitian ini menggunakan faktor Inflasi dengan tujuan penelitian
antara lain : untuk mengkaji dan menganalisis Pengaruh Konsumsi (permintaan
agregat) terhadap Inflasi di Rusia ?
|
1. Variabel
penelitian dan temuan :Indikator Konsumsi sangat mempengaruhi tingkat Inflasi
di Rusia Kenaikan inflasi rata-rata 6,2 persen dari target 5-6 persen karena
faktor kekurangan sediaan pangan mengakibatkan inflasi menaik
Penelitian ini : Inflasi moderat
di Indonesia 5-8% berpengaruh positif terhadap FDI
2. Obyeknya
di Rusia. Penelitian ini : di Indonesia
|
10
|
Hossain
dkk
“Jurnal
Ekonomi Internasional : Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Bangladesh (2012)
Jurnal Ekonomi Internasional”
|
Inflasi
dan Pertumbuhan Ekonomi
|
Persamaan
Penelitian antara lain menggunakan faktor inflasi untuk mengkaji
dan menganalisis pengaruh Inflasi Terhadap Pertubuhan
Ekonomi di Bangladesh?
|
1. Variabel
yang digunakan dan hasil temuan :
Dengan analisis kausalitas
ditemukan bahwa Inflasi yang ditunjukkan oleh Deflator GDP, mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi di Bangladesh
Penelitian
ini : ditemukan pengaruh secara
parsial negatif Inflasi terhadap PDB/ kapaita atau Daya beli masayrakat di
Indonesia
2. Obyeknya
di Bangladesh. Penelitian ini : di
Indonesia.
|
11
|
Vala,
Yuvrajsinh
“Jurnal
Ekonomi Internasional : Adakah hubungan antara Harga Komoditi dan Kebijakan
Moneter di India (2013) Jurnal Ekonomi Internasional”
|
GDP, Inflasi, Bunga Bank dan Peredaran Uang
|
Persmaan
penelitian ini menggunakan faktor Inflasi, Bunga Bank, Jumlah uang beredar
untuk tujuan antara lain untuk
mengkaji dan menganalisis pengaruh, Inflasi, Bunga Bank dan Jumlah Uang
beredar terhadap GDP
|
1.
Variabel penelitian
Bunga Bank, Jumlah
uang beredar
berpengaruh signifikan
terhadap Inflasi
dan pertumbuhan GDP di India
2.
Penelitian ini :
Pengaruh
simultan dan parsial M2,
Harga BBM, ICOR,
Suku
bunga kredit, Kurs, TOT
terhadap
Inflasi.
3.
Obyek penelitian di
India. Penelitian ini : di Indonesia.
|
12
|
Alalaya, Mohammad dan Eiad Bashaer Al Hyasat
“ Jurnal
Ekonomi Internasional : Purchasing
Power Parity Analysis through Co Integration Evidance From Yordan
(1987-2009), Jurnal Internasional.
|
Inflasi-CPI
dan GDP dan PPP diukur dari tingkat upah
|
Persamaan
penelitian ini menggunakan faktor Daya beli masyarakat (PPP) dengan
tujuan Penelitian antara lain untuk mengkaji dan menganalisis :
pengaruh variabel independen Inflasi-CPI dan GDP terhadap variabel independen
Upah (Wages)
|
1.
Variabel Independen
variabel Inflasi-CPI
dan GDP tidak
terdapat hubungan
yang signifikan
Penelitian
ini : antara Inflasi dan FDI berpengaruh positif dan signifikan.
|
13
|
Rossiter,
Rosemary D
“Stable cointegrating regressions :
Fully-modified estimates for inflation and employment cost indices (1997)
Jurnal Ekonomi Internasional”
|
Inflasi
dan Biaya Tenaga Kerja
|
Persamaan
penelitian ini menggunakan faktor Inflasi untuk tujuan penelitian
mengkaji dan menganalisis hubungan
inflasi dengan biaya tenaga kerja
|
1. Variabel
yang digunakan Inflasi, FDI, Pengangguran dan Daya beli masyarakat Indonesia.
Terdapat hubungan searah dan
konsisten antara inflasi dan biaya tenaga kerja sesuai pendekatan teori
Philip (1995)
2.
Penelitian ini : terdapat hubungan searah
antara vaiabel Inflasi terhadap
Pengangguran. Sehingga kurva Philips tidak berlaku di Ind.
3. Obyek
Penelitian di Amerika. Penelitian ini di Indonesia.
|
Berdasarkan teori-teori dan penelitian terdahulu yang
masih relevan diatas, maka posisi penelitian ini adalah:
Menggabungkan teori inflasi demand pull inflation berupa faktor-faktor Jumlah Uang Beredar M2, Harga BBM, ICOR dan cost push inflation berupa
faktor-faktor Suku Bunga Kredit, Kurs dan Terms
of Trade sehingga diperoleh temuan baru, merupakan penelitian yang belum dilakukan
oleh peneliti lain. Penggabungan jenis
Inflasi (demand pull inflation & cost push inflation) yang memengaruhi
Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran serta dampaknya kepada Daya beli
masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, maka posisi penelitian ini menggantikan teori yang ada dari penelitian-penelitian
terdahulu, yaitu mengembangkan, memperkaya pendekatan teori baru yang adaptif
dengan konteks Indonesia.
No comments:
Post a Comment