IV. HASIL
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
A.1. Pengujian Hipotesis Model
1. Pengujian Hipotesis Model 1
Tahap selanjutnya pengujian hipotesis model 1, untuk
mengetahui pengaruh faktor-faktor Jumlah Uang Beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku
bunga kredit, Kurs, dan Terms of trade
(TOT) terhadap Inflasi, melalui regresi linier berganda, yang menunjukkan
hubungan kausalitas antara variabel-varibel independen dan variabel dependen
adalah sebagai berikut:
Persamaan Model 1 (Lihat rumus 2.25):
Y =
β₀1 + β₁X₁ + β₂ X₂ + β₃ X₃ + β₄ X₄ +β₅ X₅+ β6 X6 + Ɛ1
Hasil perhitungan statistik didapat hasil pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.18.
Persamaan Regresi Model Pengaruh
Faktor-faktor Jumlah Uang Beredar M2,
Harga BBM, ICOR, Suku Bunga Kredit, Kurs, dan Terms of Trade Terhadap Inflasi
Dependent Variable: INFLASI
|
|
|
||
Method: Least Squares
|
|
|
||
Date: 01/21/14 Time: 17:51
|
|
|
||
Sample: 1982 2013
|
|
|
||
Included observations: 32
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C
|
-49.89761
|
18.74964
|
-2.661258
|
0.0134
|
LN_M2
|
-10.48667
|
3.315084
|
-3.163321
|
0.0041
|
LN_HARGA_BBM
|
5.817187
|
4.187125
|
1.789303
|
0.0177
|
ICOR
|
-1.051695
|
0.263996
|
-3.683745
|
0.0005
|
SUKU_BUNGA_KREDIT
|
1.730760
|
0.349520
|
4.951824
|
0.0000
|
LN_KURS
|
18.92597
|
5.623595
|
3.365457
|
0.0025
|
TERMS_OF_TRADE
|
-0.265139
|
0.071446
|
-3.711028
|
0.0010
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R-squared
|
0.775694
|
Mean
dependent var
|
10.09688
|
|
Adjusted R-squared
|
0.697861
|
S.D.
dependent var
|
12.71182
|
|
S.E. of regression
|
8.061132
|
Akaike
info criterion
|
7.202625
|
|
Sum squared resid
|
1624.546
|
Schwarz
criterion
|
7.523255
|
|
Log likelihood
|
-108.2420
|
Hannan-Quinn
criter.
|
7.308905
|
|
F-statistic
|
8.681290
|
Durbin-Watson
stat
|
2.094838
|
|
Prob(F-statistic)
|
0.000037
|
|
|
|
1.1. Hipotesis 1 (Uji Simultan)
Hasil perhitungan E-views yang
terdapat pada tabel 4.18, menyatakan secara statistik variabel – variabel
independen Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs,
dan Terms of Trade terhadap variabel
dependen Inflasi secara simultan melalui uji statistik F. Hasil statistik F
hitung = 8,681, pada
signifikansi p-value = 0,000 dan α = 0,05, dan F tabel dengan jumlah observasi n = 32 , dari data runtut
waktu 1982 s/d 2013 selama 32 tahun, jumlah variabel independen (k) = 6 derajat
kebebasan pada pembilang 6 - 1 = 5 dan derajat kebebasan penyebut n – k
-1 = 32 – 5= 27, dengan menggunakan tingkat signifikansi dengan taraf kesalahan α = 5 % di peroleh hasil F tabel = 2,57. Dengan demikian F
statistik atau F hitung
lebih besar dari F tabel, yaitu : F hitung = 8,681 >
F tabel = 2,57. Dengan demikian hubungan variabel independen Jumlah uang
beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs dan Terms of trade secara simultan signifikan.
Tabel 4.19.
Hasil Uji
Pengaruh Simultan Jumlah Uang Beredar M2, Harga BBM,
ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade terhadap Inflasi
Pengaruh
Simultan
|
R²
|
Adjusted
R-squared
|
R
|
SE.of regression
|
F hitung
|
P-Value
|
Kontribusi
variabel-variabel (X
|
0,776
|
0,698
|
0,535
|
8,061
|
8,681
|
0,000
|
1.2. Hipotesis 2
(Uji Parsial)
Berdasarkan hasil perhitungan
statistik Tabel 4.19. pengaruh pertumbuhan masing-masing variabel Jumlah uang
beredar M2 (X1), Harga BBM (X2), ICOR (X3), Suku bunga kredit (X4), Kurs (X5),
dan Terms of Trade (X6) secara
partial signifikan terhadap Inflasi (Y), ditunjukkan
oleh koefisien regresi (βn) dengan nilai
statistik-t (t hitung) dengan (t tabel).
Hasil ringkasan dari
masing-masing uji-t, pengaruh masing-masing variabel (X) terhadap Inflasi (Y)
disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel. 4. 20
Hasil Uji
Pengaruh Parsial Faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku
bunga kredit, Kurs, Terms of Trade
terhadap Inflasi
Pengaruh
Parsial
|
Koefisien
Reg.(β1....β6)
|
thitung
|
p- value
|
r²
|
ttabel
|
Jumlah uang beredar M2 (X1)
|
-10,487
|
-3,163
|
0,004
|
12,27
|
1,708
|
Harga BBM (X2)
|
5,817
|
1,789
|
0,017
|
15,09
|
1,708
|
ICOR (X3)
|
-1,052
|
-3,984
|
0,000
|
7,80
|
1,708
|
Suku Bunga Kredit (X4)
|
1,731
|
4,951
|
0,000
|
23,50
|
1,708
|
Kurs (X5)
|
18,926
|
3,365
|
0,002
|
24,01
|
1,708
|
Terms of
Trade (X6)
|
-0,266
|
-3,711
|
0,001
|
11,41
|
1,708
|
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas pengaruh
faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs,
dan Terms of Trade secara
parsial terhadap Inflasi, melalui uji-t signifikasi diperoleh hasil bahwa
thitung harga mutlak
= l - 3,163l
untuk Jumlah uang beredar M2, thitung = 1,690 untuk Harga BBM, harga mutlak t hitung = l-
3,984l untuk ICOR, terhitung =
4,952 untuk Suku bunga kredit,
t hitung =
3,365 untuk Kurs, dan harga mutlak t hitung = l
-3,711 l untuk Terms of Trade.
Untuk mengukur tingkat signifikansi secara parsial
masing-masing t- statistik harga mutlak
(t hitung) harus > t tabel.
Nilai t tabel pada
taraf kesalahan α = 5 %, dan derajat bebas df = n-k-1 = 32-6-1 = 25, (dimana n= jumlah
sampel, k = variabel bebas) diperoleh t tabel=
1,708. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, Jumlah uang beredar M2 secara parsial berpengaruh negatif
signifikan sebesar (β1 = – 10,487) dan
dijelaskan oleh penelitian terdahulu bahwa perubahan M2 berpengaruh negatif
terhadap perubahan Inflasi Putri Tirta Enistin Sipayung & Made Kembar Sri
Budhi (1993-2013), hal ini disebabkan M2 uang quasi semakin besar, Harga BBM
berpengaruh secara parsial positif signifikan sebesar (β2 = 5,817) terhadap
Inflasi, ICOR berpengaruh secara parsial negatif signifikan sebesar (β3 =
–1,052) terhadap Inflasi, Suku bunga kredit berpengaruh secara parsial positif
signifikan sebesar (β4 = 1,731) terhadap Inflasi, Kurs berpengaruh secara
parsial positif signifikan paling besar yaitu (β5 =
18,926) terhadap Inflasi, dan Terms of
Trade berpengaruh secara parsial negatif
signifikan sebesar (β6 = -0,265) terhadap Inflasi
2. Analisis Model 2 Pengaruh Inflasi
terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia. Analisis Regresi Sederhana Linier, menunjukkan hubungan
kausalitas antara variabel independen Inflasi dengan variabel dependen
Investasi Asing Langsung sebagai berikut : Regresi Sederhana Linier , lihat rumusan ( 2.33) :
Z₁ = β08 + β7Y^ + Ɛ8
Berdasarkan perhitungan statistik
melalui program
E-views versi 7.0, analisis model 2 tersebut diatas diperoleh hasil seperti
yang tertera dalam tabel 4.24 sebagai berikut :
Tabel 4.24.
Persamaan
Regresi Sederhana Linier Model Pengaruh Inflasi terhadap
Investasi
Asing Langsung
Dependent Variable: LN_FDI
|
|
|
||
Method: Least Squares
|
|
|
||
Date: 02/07/14
Time: 18:28
|
|
|
||
Sample: 1982 2013
|
|
|
||
Included observations: 27
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C
|
4.304160
|
2.758235
|
1.560476
|
0.1312
|
INFLASI
|
0.969150
|
0.083338
|
11.62919
|
0.0000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R-squared
|
0.843982
|
Mean dependent var
|
36.31827
|
|
Adjusted R-squared
|
0.837741
|
S.D. dependent var
|
2.209794
|
|
S.E. of regression
|
0.890135
|
Akaike info criterion
|
2.676300
|
|
Sum squared resid
|
19.80850
|
Schwarz criterion
|
2.772288
|
|
Log likelihood
|
-34.13005
|
Hannan-Quinn criter.
|
2.704842
|
|
F-statistic
|
135.2380
|
Durbin-Watson stat
|
0.779342
|
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Interpretasi
hasil Data Konversi (Ln) Regresi Linier Sederhana Model 2 :
Hasil regresi yang diperoleh dari perhitungan
statistik model 2, seperti nampak pada
perhitungan tabel 4.23. sebagai berikut :
1) Nilai konstanta β08
= 4,304, artinya secara statistik, jika variabel bebas Inflasi estimasi (Y^)
dianggap = 0 (nol), maka Investasi Asing Langsung (Z1) akan meningkat sebesar 4,304 persen.
2) Nilai
koefisien regresi β7 = 0,969, artinya secara statistik, apabila
variabel bebas Inflasi (Y^) meningkat 1 persen, maka Investasi Asing Langsung
(Z1) akan meningkat sebesar 0,969
persen.
2.1. Hipotesis 2 Uji Parsial
Pengaruh variabel Inflasi terhadap
Investasi Asing Langsung, ditunjukkan oleh koefisien regresi βn
dengan nilai statistik-t (t hitung)
dengan (t tabel).
Tabel dibawah ini menunjukan
ringkasan hasil perhitungan secara statistik mengenai pengaruh Inflasi dengan
Investasi Asing langsung sebagai berikut :
Tabel 4.25.
Hasil Uji
Pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung
Pengaruh Parsial
|
β08
|
t hitung
|
p-value
|
t tabel
|
Inflasi (Y^)
|
0,969
|
11,629
|
0,000
|
1,697
|
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas
pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung dengan hasil uji
signifikansi diperoleh t hitung = - 11,629
lebih > dari ttabel = 1,697. Nilai ttabel dapat
dicari pada t statistik dengan tingkat
kesalahan α = 0,05,
dimana menentukan
terlebih dahulu df = n-k-1 yaitu 32-1-1 = 30 (k = jumlah variabel independen, n
= jumlah sampel), maka t tabel =
1,697. Analisis ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
variabel Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung, maka Ho ditolak dan
Ha diterima, yaitu Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Investasi Asing
Langsung di Indonesia.
2.2. Uji
Koefisien Determinasi (R²)
Untuk
mengetahui kuatnya pengaruh suatu variabel independen terhadap variabel
dependen. Kuatnya hubungan antara Inflasi dengan Investasi Asing Langsung yang
ditunjukkan oleh koefisien korelasi multipel R = 0,919 dikatagorikan kuat dan
positif karena > 0 dan mendekati angka 1 (Husein Umar :2002). Besarnya
pengaruh atau kuatnya pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung ditunjukkan
oleh hasil regresi Investasi terhadap FDI yaitu R² = 0,844, artinya besarnya
pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung sebesar 84,40 persen. Pengaruh
suatu variabel terhadap variabel yang lain apabila hasil regresi model
menunjukkan R²> 0,50, maka pengaruh variabel independen tersebut kuat (Yuyun
Wirasasmita : 2012). Hasil penelitian terhadap model 2 pada tabel 4.25.
diperoleh hasil R² = 0, 844 sehingga pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing
langsung kuat sebesar 84,40 persen, sisanya 15,60 persen dipengaruhi
faktor-faktor lain di luar model yang diteliti.
3. Analisis Model 3 Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran di Indonesia
Pengujian hipotesis untuk mengetahui
pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran di
Indonesia, dilakukan dengan melalui analisis Regresi Linier sederhana,
menunjukkan hubungan satu
variabel independen secara kausal dengan variabel dependen, digambarkan dalam model
persamaan sebagai berikut:
Persamaan Model 3 sesuai (rumus :
2.28) : Z₂ = β09 + β7 Y^ + Ɛ 9
Perhitungan secara statistik dengan
menggunakan program software E-Views versi 7.0, meregresikan
model dengan data mentah diubah bentuk
Ln untuk semua variabel penelitian, kecuali sudah dalam bentuk
persentage. Hasil regresi dalam tabel 4.29. :
Tabel. 4.
29.
Persamaan
Regresi Linier Sederhan Inflasi
Terhadap
Pengangguran di Indonesia
Dependent Variable:
LN_PENGANGGURAN
|
|
|||
Method: Least Squares
|
|
|
||
Date: 02/07/14 Time: 19:08
|
|
|
||
Sample: 1982 2013
|
|
|
||
Included observations: 32
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C
|
3.723227
|
0.830507
|
4.483078
|
0.0001
|
INFLASI
|
0.348015
|
0.024953
|
13.94689
|
0.0000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R-squared
|
0.866379
|
Mean
dependent var
|
15.28648
|
|
Adjusted R-squared
|
0.861925
|
S.D.
dependent var
|
0.737674
|
|
S.E. of regression
|
0.274108
|
Akaike
info criterion
|
0.309874
|
|
Sum squared resid
|
2.254059
|
Schwarz
criterion
|
0.401482
|
|
Log likelihood
|
-2.957983
|
Hannan-Quinn
criter.
|
0.340240
|
|
F-statistic
|
194.5157
|
Durbin-Watson
stat
|
0.489784
|
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berdasarakan hasil perhitungan statistik tabel 4.29
tersebut diatas maka dirumuskan hasil regresi sebagai berikut:
Ln
Pengangguran = 3,723 + 0,348 Inflasi + Ɛ9 Interpretasi pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran di
Indonesia dapat di interpretasikan sebagai berikut :
Berdasarkan regresi model pengaruh
Inflasi terhadap Pengangguran di Indonesia, maka dapat diinterpretasikan
sebagai berikut:
1). Nilai konstanta β09 = 3,723
artinya secara statistik, jika variabel independen Inflasi bernilai = 0, maka
pengangguran akan meningkat sebesar 3,723 persen.
2). Nilai koefisien regresi β7 = 0,348,
artinya secara statistik, jika variabel Inflasi meningkat 1 persen, maka
Pengangguran akan meningkat, sebesar 0,348 persen.
1.1. Hipotesis 3 Uji Parsial
Pengaruh variabel Pengangguran, ditunjukkan oleh
koefisien regresi βn dengan nilai statistik -t (t hitung)
dengan t tabel.
Tabel 4.30. menunjukkan ringkasan
hasil perhitungan secara statistik mengenai pengaruh Inflasi terhadap
Pengangguran sebagai berikut:
Tabel 4.30.
Hasil Uji
Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran
Pengaruh
Parsial
|
Β7
|
t hitung
|
p-value
|
t tabel
|
Inflasi (Y^)
|
0,348
|
13,947
|
0,000
|
1,697
|
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas
pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran dengan hasil uji signifikansi t,
diperoleh t hitung = 13,947 > dari t tabel =
1,697. Nilai ttabel dapat dicari
pada t statistik tingkat kesalahan α = 0,05, dimana menentukan terlebih dahulu df = n-k-1
yaitu 32-1-1 = 30 (k = jumlah variabel independen, n = jumlah observasi), maka
diperoleh hasil t tabel =
1,697. Analisis ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara variabel Inflasi terhadap pengangguran,
maka Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu : Inflasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengangguran
di Indonesia.
3.2. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Hubungan variabel independen Inflasi
dan Pengangguran ditunjukkan oleh koefisien korelasi R = 0,931, memiliki
hubungan yang positif kuat. Menurut Yuyun Wirasasmita (2012), bahwa pengaruh
kuat suatu variabel terhadap variabel lainnya apabila hasil statistik koefisien
determinasi R² > dari 0,50. Berdasarkan hasil
perhitungan statistik bahwa model 3 memiliki R² = 0,866 > 0,50,
maka dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh variabel Inflasi signifikan (t
hitung > t
tabel) dan kuat terhadap Pengangguran di Indonesia sebesar = 86,60 % sisanya
sebesar 13,40 % persen dipengaruhi variabel – variabel
lain diluar model.
4.
Model 4 Pengaruh Inflasi, Investasi
Asing Langsung, dan Pengangguran terhadap Daya Beli Masyarakat di Indonesia
Hasil
perhitungan statistik menggunakan program software E-views seri 7.0 diperoleh
hasil yang tertera dalam tabel 4.38 sebagai berikut:
Tabel 4.38.
Hasil
Regresi Model Pengaruh Inflasi, Investasi Asing langsung, dan Pengangguran
terhadap Daya Beli Masyarakat di Indonesia
Dependent Variable: LN_DAYA_BELI
|
|
|||
Method: Least Squares
|
|
|
||
Date: 01/21/14
Time: 22:47
|
|
|
||
Sample: 1982 2013
|
|
|
||
Included observations: 27
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C
|
-19.72644
|
1.868163
|
-10.55928
|
0.0000
|
LN_FDI
|
0.161283
|
0.080144
|
2.012423
|
0.0260
|
INFLASI
|
-0.065694
|
0.031256
|
-2.101816
|
0.0467
|
LN_PENGANGGURAN
|
1.441179
|
0.229169
|
6.288721
|
0.0000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R-squared
|
0.912335
|
Mean dependent var
|
7.519045
|
|
Adjusted R-squared
|
0.900901
|
S.D. dependent var
|
1.514347
|
|
S.E. of regression
|
0.476717
|
Akaike info criterion
|
1.492165
|
|
Sum squared resid
|
5.226955
|
Schwarz criterion
|
1.684141
|
|
Log likelihood
|
-16.14423
|
Hannan-Quinn criter.
|
1.549250
|
|
F-statistic
|
79.78783
|
Durbin-Watson stat
|
1.310466
|
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perumusan hasil regresinya adalah sebagai berikut :
Ln Daya Beli
= -19,726 - 0,066 Inflasi + 0,161 Ln FDI + 1,44 Ln Pengangguran + Ɛ10 Interpretasi Model 4 adalah sebagai
berikut :
1). Nilai konstanta β0 = - 19,726, artinya secara
statistik, jika seluruh variabel bebas Inflasi, Investasi Asing langsung, dan
pengangguran bernilai = 0, maka Daya beli masyarakat di Indonesia akan menurun
sebesar 19,727 persen.
2). Nilai koefisien regresi β7 =
- 0,066, artinya secara statistik, apabila Inflasi naik 1 persen, sedangkan
variabel independen Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran dianggap
konstan, maka Daya beli masyarakat akan menurun sebesar 0,066 persen.
3). Nilai
koefisien regresi β8 = 0,161,
artinya secara statistik, jika
Investasi Asing Langsung naik 1 persen,
sedangkan variabel Inflasi dan Pengangguran dianggap konstan, maka Daya beli
masyarakat di Indonesia akan meningkat 0,161 persen.
4) Nilai koefisien regresi β9 =
1,44, artinya secara statistik apabila pengangguran meningkat 1 persen,
sedangkan Inflasi dan Investasi Asing
Langsung, dianggap konstan, maka Daya beli masyarakat akan meningkat sebesar 1,44 persen.
4.2. Hipotesis 4
1). Hipotesis 4 Uji Simultan
Berdasarkan tabel 4.39 secara
statistik variabel pengaruh Inflasi, Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran
terhadap Daya Beli Masyarakat di Indonesia secara simultan digunakan statistik
uji F terhadap koefisien korelasi diperoleh F statistik (F hitung ) = 79,788.
Mencari F tabel dengan
mencari pada tabel F statistik dengan tingkat kesalahan α = 0,05, dimana menentukan terlebih dahulu df, n :
jumlah observasi, k : banyaknya variabel independendan df 1 = n-k-1 yaitu
27-3-1 = 23, maka F tabel = 2,64. Maka hasil analisis menyatakan bahwa : F
hitung = 79,788 > F tabel = 2,64.
Ringkasan
hasil uji pada model pengaruh Inflasi, Investasi Asing langsung (FDI), dan
Pengangguran terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia secara simultan sebagai
berikut :
Tabel 4.39.
Hasil Uji
Pengaruh Simultan Inflasi, Investasi
Asing langsung, dan Pengangguran terhadap Daya Beli masyarakat di Indonesia
Pengaruh
Simultan
|
R²
|
R
|
SE.of
regression
|
F hitung
|
P-Value
|
Kontribusi variabel-variabel (Y^, Z1^, Z2^)
|
0,912
|
0,867
|
0,476
|
79,78
|
0,000
|
Pada tabel 4.39 terlihat hasil uji yang signifikan dimana
menunjukkan pengaruh kuat dari pengaruh variabel-variabel independen secara
simultan terhadap Daya beli masyarat di Indonesia. Kontribusi masing-masing
variabel secara bersama-sama memiliki peran kuat
dalam meningkatkan PDB perkapita sebagai pengukuran Daya beli masyarakat di
Indonesia.
Kuatnya hubungan Investasi Asing
Langsung, Inflasi dan Pengangguran terhadap Daya beli masyarakat secara
simultan ditunjukkan oleh R =
0,867, artinya antara variabel-variabel independen memiliki hubungan (korelasi)
yang kuat dan positif terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia, sedangkan
kuatnya pengaruh ketiganya terhadap peningkatan Daya beli masyarakat di
Indonesia ditunjukkan oleh hasil R² = 0,912, artinya Daya beli masyarakat di
Indonesia 91,20 persen dipengaruhi oleh variabel , Inflasi, Investasi Asing
langsung (FDI), dan Pengangguran, sisanya sebesar 0,88 persen dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain di luar model
yang diteliti.
2). Hipotesis 4
Uji Parsial
Pengukuran peran masing-masing
variabel Inflasi, Investasi Asing langsung, dan Pengangguran secara parsial
terhadap Daya beli masyarakat ditunjukkan oleh koefisien regresi βn dengan
nilai statistik-t (t hitung)
dibandingkan (t tabel)
Tabel dibawah ini menjelaskan hasil
statistik peran masing-masing variabel yang dimaksud pada model 4 sebagai
berikut :
Tabel 4.40.
Hasil Uji
Parsial Inflasi, Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran terhadap Daya Beli
masyarakat di Indonesia
Pengaruh
Parsial
|
Koefisen
Reg. β(7,8,9)
|
t hitung
|
p-value
|
r²
|
t tabel
|
Inflasi (Y^)
|
- 0,066
|
-2,102
|
0,047
|
17,00
|
1,714
|
Investasi Asing Langsung / FDI (Z1^)
|
0,161
|
2,012
|
0,026
|
75,01
|
1,714
|
Pengangguran (Z2^)
|
1,441
|
6,289
|
0,000
|
86,82
|
1,714
|
Hasil perhitungan yang tertera
pada tabel 4.40, bahwa pengaruh peran Inflasi negatif terhadap Daya beli
masyarakat di Indonesia ditunjukkan oleh perhitungan pada tabel 4.40, dengan t hitung harga mutlak
= l -2,102 l > dibandingkan t tabel =
1,714, maka terdapat pengaruh parsial Inflasi terhadap Daya beli masyarakat
pada taraf kesalahan α = 0,05. Dengan demikian, Ho ditolak, dan Ha diterima,
yaitu hipotesis mengenai terdapat pengaruh negatif secara parsial Inflasi
terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia.
Peran Investasi Asing Langsung,
terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia secara parsial, dengan hasil uji
signifikansi diperoleh t hitung =
2,012. Sedangkan t tabel dapat
diketahui pada tabel t statistik = 0,05 , dimana menentukan terlebih dahulu df
= n-k-1 yaitu 27-3-1 =23, (k = jumlah variabel independen, n = jumlah
observasi), maka didapat hasil t tabel =
1,708. Karena diketahui t hitung =
2,012 > t tabel =
1,714, maka peran Investasi Asing Langsung berpengaruh secara parsial terhadap
Daya beli masyarakat di Indonesia pada taraf kesalahan α = 0,05.
Dengan demikian, Ho ditolak, dan Ha (Hipotesis alternatif) diterima, yang
menyatakan : terdapat pengaruh positif secara parsial Investasi Asing Langsung
terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia.
Peran Pengangguran terhadap Daya
beli masyarakat di Indonesia ditunjukkan oleh perhitungan pada tabel 4.40,
dengan t hitung =
6,829 > dibandingkan t tabel =
1,714, maka terdapat pengaruh parsial Pengangguran terhadap Daya beli
masyarakat pada taraf kesalahan α = 0,05. Dengan demikian, Ho ditolak, dan Ha
(Hipotesis alternatif) diterima, yaitu hipotesis mengenai : terdapat pengaruh
positif secara parsial Pengangguran terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis yang
telah diuraikan, variabel dalam model ini memiliki peran untuk meningkatkan
Daya beli masyarakat di Indonesia. Peran dari Investasi Asing Langsung , perlu
terus didorong untuk membuka lapangan pekerjaan sehingga mampu meningkatkan
Daya beli masyarakat di Indonesia. Demikian pula Inflasi harus dikendalikan
oleh otoritas moneter karena memiliki pengaruh negatif terhadap Daya beli
masyarakat di Indonesia. Sebaliknya dari ke tiga variabel yang mempengaruhi
Daya beli masyarakat, pengangguran memiliki hubungan searah dengan Daya beli
masyarakat, dan perlu dikaji lebih mendalam bahwa Investasi Asing langsung, di
Indonesia yang telah diuraikan pada model 3 terhadap pengangguran memiliki
hubungan searah karena penambahan Investasi tersebut adalah padat modal dan
menggunakan tenaga outsourcing,
sehingga meningkatkan angka pengangguran. Dan daya beli masyarakat tetap
meningkat walaupun catatan pemerintah pengangguran terus meningkat.
Secara keseluruhan pengaruh Inflasi,
Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran memberikan pengaruh signifikan dalam
meningkatkan Daya beli masyarakat di Indonesia.
B.
Interpretasi
1. Hasil Analisis Koefisien Regresi Model 1
Pengaruh Faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku
bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade
terhadap Inflasi secara simultan diperoleh hasil R= 0,598 dan Adjusted R² = 0,698. Dengan demikian secara
statistik, pengaruh faktor-faktor : Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR,
Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of
Trade terhadap Inflasi sebesar (Adjusted
R² = 0,698) atau sebesar 69,80 persen, sisanya 30,20 persen dipengaruhi oleh
variabel-variabel atau faktor-faktor lain diluar model yang diteliti.
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik koefisien regresi pengaruh
faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs,
dan Terms of Trade terhadap Inflasi,
melalui model persamaan sebagai berikut:
Koefisien regresi Jumlah uang beredar M2 (X1) = - 10,49, meningkat 1 persen dengan
anggapan variabel-variabel independen lainnya Harga BBM, ICOR, Suku bunga
kredit, Kurs, dan Terms of Trade konstan
(ceteris paribus), maka Inflasi di
Indonesia akan menurun sebesar 10,49 persen. Faktor uang beredar sangat
berpengaruh terhadap Inflasi, melalui uji parsial (signifikansi) t dengan tingkat kesalahan α = 0,05, dan df = n-k-1, (32-6-1=25)
maka diperoleh t tabel = 1,708. : t hitung = I- 3,163 I
> ttabel = 1,708, dengan demikian
terdapat pengaruh negatif dan signifikan Jumlah uang beredar terhadap Inflasi.
Berdasarkan pendapat Sadono Sukirno (2012, hal. 296-297), pandangan teori
kuantitas mengenai perubahan penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang
sama tingkatnya keatas dengan harga-harga, dan perubahan kedua variabel
tersebut adalah kearah yang sama, artinya apabila penawaran uang bertambah lima
persen, maka harga - harga akan
bertambah lima persen juga. Kenaikan harga yang terus menerus menimbulkan
inflasi. Teori kuantitas Irving Fisher : MV = PT, dimana M penawaran uang, V
adalah laju peredaran uang, P adalah tingkat harga dan T adalah jumlah barang-barang
dan jasa yang diperjual belikan dalam perekonomian, dan M tersebut diasumsikan arti sempit M1 =
uang kartal + giral (simpanan giro).
Sedangkan dalam penelitian ini, bahwa jumlah uang beredar M2 yaitu M1
ditambah uang simpanan dalam tabungan dan deposito berjangka, merupakan alat
untuk memenuhi kebutuhan permintaan agregat. Pendapat Tulus Tambunan (2011, hal
278) dijelaskan sejak tahun 2000-2008 kenaikan uang quasi bertambah Rp, 584,80
trilyun menjadi Rp. 1.417,50 triliun = 75,24 % dari M2 (Total jumlah uang
beredar) Rp.1.883,90. Oleh sebab itu di Indonesia Jumlah uang beredar M2
sesungguhnya banyak dalam simpanan berupa uang quasi dan simpanan, deposito
berjangka cenderung dalam
mata uang asing seperti dolar AS, dolar Singapura dll, menyebabkan Inflasi
justru menurun. Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa terdapat temuan baru yang
menyatakan bertambahnya jumlah uang beredar M2 akan menurunkan Inflasi di
Indonesia.
Koefisien Harga BBM (X2) = 5,817 meningkat sebesar 1 persen sementara
faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade dianggap konstan atau ceteris paribus, Inflasi akan meningkat 5,817 persen. BBM Premium
adalah salah satu kelompok bahan bakar yang disubsidi Pemerintah, kebutuhan
yang terus meningkat karena beberapa hal: 1). Perubahan harga minyak mentah
Indonesia dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena BBM di
impor. 2). Pembayaran kekurangan subsidi tahun sebelumnya dan menyebabkan
defisit anggran yang besar. Maka ketika sebagian subsidi dicabut menyebabkan
harga BBM akan naik, dan mengakibatkan harga-harga barang dan jasa di pasar
perekonomian naik dan menyebabkan Inflasi (Nota Keuangan, 2013, hal.4.7). Kebutuhan pokok seperti BBM merupakan
bagian dari permintaan agregat. Permintaan agregat (aggregate demand) merupakan hubungan antara jumlah output yang
diminta dan tingkat harga agregat. Sehingga kurva permintaan akan menunjukkan
hubungan harga yang berbanding terbalik dengan kuantitas yang diminta. (Mankiw,
Gregory.2007, hal.256).
Dengan kebutuhan yang semakin meningkat, persediaan BBM pemerintah
terbatas, maka harga akan dinaikkan, artinya Pemerintah tidak mampu lagi
menahan defisit perdagangan karena barang-barang tersebut impor, maka
terjadilah lonjakan permintaan menimbulkan inflasi yang disebut demand pull inflation.
Berdasarkan olah data statistik diperoleh thitung = 1,789 > t tabel = 1,708,
artinya pengaruh Harga BBM secara parsial terhadap inflasi adalah signifikan.
Kebijakan pemerintah tentang pencabutan BBM bersubsidi akan berpengaruh meningkatkan
harga-harga umum dipasaran dan meningkatkan Inflasi di Indonesia.
Koefisien regresi pengaruh
variabel ICOR (X3) sebesar = - 1,052
meningkat 1 persen dimana faktor-faktor lain Jumlah uang beredar M2,
Harga BBM, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms
of Trade dianggap konstan atau cateris paribus, maka Inflasi akan menurun sebesar
1,052 persen.
Menurut Yuyun Wirasasmita (2012, hal. 2) tentang ICOR yang menentukan
jumlah investasi, merupakan perbandingan antara pertambahan Investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara, apabila ICOR meningkat maka tambahan
investasi yang harus dilakukan menjadi meningkat bahkan proyek berhenti karena
banyak kebocoran-kebocoran. Pendapat senada juga dikemukakan Komite Ekonomi
Nasional (2012, hal 4) bahwa ICOR sangat menentukan jalannya investasi, ICOR
yang melampaui ketentuan akhirnya akan menimbulkan pemborosan, sehingga bisa
memperlambat pertumbuhan ekonomi dan Investasi tidak berjalan sesuai rencana,
menimbulkan inflasi. Di Indonesia pada kenyataan berlawanan dengan teori,
tambahan investasi yang meningkat dibarengi dengan penawaran agregat yaitu
peningkatan produksi komoditas non migas seperti minyak kelapa sawit, kopra dll
beberapa tahun terakhir sehingga inflasi menurun. Berdasarkan olah data melalui uji t,
diperolah t hitung angka mutlak = I- 3,984 l > dari t tabel = 1,708, dengan demikian meningkatnya ICOR yang dibarengi penawaran agregat berupa meningkatnya produksi nasional non
migas menurunkan Inflasi di Indonesia.
Koefisien regresi faktor Suku bunga kredit (X4) = 1,731, meningkat
sebesar 1 persen, sedangkan
faktor-faktor lain, Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Kurs, dan Terms of Trade dianggap konstan, maka akan meningkatkan 1,731
persen Inflasi di Indonesia.
Suku bunga kredit, pengertian bunga adalah harga atau balas jasa bagi
uang atau dana yang dipinjamkan. Dua faktor yang menyebabkan timbulnya bunga
yaitu time preference yaitu
pengorbanan atas resiko kehilangan atau tertundanya memperoleh keuntungan atau
kehilangan kepuasan mengkonsumsi barang, maka orang akan menuntut balas jasa berupa
kelebihan pengembalian uang atas pokok yang dipinjamkan. dan liquidity preference yaitu pelaku yang
menyebabkan terjadinya bunga ini adalah pihak yang meminjamkan uang dan pihak
yang meminjam uang atau dana tersebut. Semakin tinggi tingkat bunga menyebabkan
semakin banyak uang yang tersedia (penawaran) untuk dipinjamkan, sebaliknya
bagi sisi peminjam semakin tinggi bunga pinjaman maka semakin kecil jumlah uang
yang dibutuhkan (permintaan) karena semakin mahal biaya imbal jasanya (Eddy
Sugiarto dan
Mardyono.2011, hal. 63-64). Suku bunga kredit adalah faktor penting yang diperlukan untuk menopang
proses produksi, hampir seluruh sektor usaha dibiayai oleh minimal kredit modal
kerja (KMK) oleh bank komersial. Faktor suku bunga kredit akan mempengaruhi
aktivitas ekonomi terutama bagi industri yang pendanaannya sebagian besar
dibiayai dengan kredit bank, semakin tinggi suku bunga pinjaman akan membebani industri, dan aktivitas
ekonomi melambat, sehingga harga pokok meningkat dan mendorong kenaikan harga
di pasar menimbulkan cost push inflation.
Seseorang atau pengusaha akan bertindak hati-hati dalam investasi kalaupun ia
harus meminjam uang dari lembaga keuangan, investasi usaha yang direncanakan, hanya
akan dilaksankan apabila tingkat keuntungan yang akan diperolehnya adalah lebih
dari suku bunga yang harus dibayar. Apabila tidak maka ongkos yang dibayarkan
sebagai bunga pinjaman akan menimbulkan kerugian yang pada akhirnya akan
dibebankan kepada harga produksinya (Sadono Sukirno. 2012, hal.123). Uji oleh
data statistik menunjukkan faktor Suku bunga krdit melalui uji-t dimana t hitung = 4,952 > t tabel = 1,708, dengan demikian kenaikan suku bunga kredit
berpengaruh meningkatkan Inflasi.
Koefisien Kurs (X5) = 1,708 meningkat sebesar 1 persen, sedangkan faktor-faktor Jumlah uang
beredar M2, Harga BBM, ICOR, dan Terms of
Trade dianggap konstan atau ceteris paribus, Inflasi meningkat sebesar
1,708 persen. Peran kurs sebagai nilai tukar mata uang adalah harga dari mata
uang yang harus ditentukan dalam sistem ekonomi. Alat tukar ini sangat penting untuk
alat transaksi internasional. (Anindita & Reed. 2008, hal. 103), dalam sistem penyeimbangan
melalui perubahan kurs (devaluasi untuk defisit dan revaluasi untuk surplus).
Perubahan kurs ini di samping akan menimbulkan ongkos riil dalam proses
penyesuaian produksi dan konsumsi, juga tidak dapat dipastikan bahwa
keseimbangan akan tercapai. Keseimbangan devaluasi untuk menghilangkan atau
mengurangi ketidak seimbangan tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran valuta
asing, semakin elastis permintaan akan barang ekspor dari negara lain dan impor
suatu negara, devaluasi akan makin efektif (Nopirin. 2012, hal. 182). Di
Indonesia untuk kebutuhan bahan baku, alat-alat produksi sekitar 70 persen impor dari negara lain (Kadin, FGD 2013, hal
2), maka fluktuasi kurs akan berpengaruh pada rupiah, semakin merosot nilainya
maka harga satuan bahan/alat-alat produksi akan menjadi mahal dan menekan
produksi sehingga tidak efisien menyebabkan kenaikan harga barang, dan
menimbulkan inflasi. Penelitian ini menunjukkan hasil olah data uji thitung =
3,365 > dari t tabel = 1,708, maka kenaikan Kurs sangat berpengaruh meningkatkan Inflasi
(cost push inflation) di Indonesia.
Koefisien regresi Terms of Trade
(X6) = - 0,265 meningkat 1 persen, sedangkan faktor-faktor lain Jumlah uang
beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade dianggap konstan atau ceteris paribus, maka Inflasi
akan menurun sebesar 0,265 persen. Dinamika keunggulan kompetitif dan peran
pemerintah sangat penting di era globalisasi menuju masyarakat ekonomi Asean
(MEA 2015) peran industri atau perusahaan suatu negara dalam hal inovasi dalam
mengatasi kekurangan faktor-faktor misalnya harga bahan dan upah di efisienkan
secara optimal, maka industri atau perusahaan akan memiliki daya saing tinggi
dan meningkatkan ekspornya. Kebijakan pemerintah dan deregulasinya dapat
membantu industri mengembangkan keunggulan kompetitif jika kebijakan dan deregulasi
tersebut ditata sebelumnya, dengan demikian diharapkan nilai ekspor lebih besar
dari impornya (Anindita Ratya & Reed, Michael R 2008, hal. 166), meskipun masih terdapat beberapa
perbedaan pandangan mengenai Terms of
Trade (TOT), namun masih sangat penting untuk dibicarakan, sebab apa yang
disebut TOT tersebut memiliki pengaruh besar terhadap kesejahteraan suatu
bangsa dan sekaligus sebagai alat ukur posisi perdagangan luar negeri suatu
bangsa (Nopirin. 2012, hal. 71). Pengukuran TOT ini merupakan perbandingan
antara indeks harga ekspor dengan indeks harga impornya yang terdiri dari
ekspor non migas terhadap impornya. Selama 20 tahun terakhir TOT meningkat,
namun merosot pada tahun 2012-2013 karena defisit perdagangan bidang migas.
Secara keseluruhan Indonesia masih harus berjuang untuk
meningkatkan ekspor non migasnya, mengurangi pemakaian BBM impor harus
mulai menggunakan bahan bakar bio disel, maka TOT akan semakin besar dan dapat
menekan kenaikan harga untuk ekspor. Berdasarkan olah data uji t hitung : angka
mutlak I – 3,711 I
> t tabel = 1,708, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan Terms of Trade akan menurunkan atau
menekan laju Inflasi di Indonesia.
2. Hasil Analisis koefisien regresi model 2
Hasil regresi pengaruh Inflasi (Y^) terhadap Investasi Asing Langsung
(Z1) adalah sebesar = 0,969, artinya bila Investasi Asing Langsung meningkat 1
persen, maka Inflasi akan meningkat sebesar 0,969 persen. Inflasi di Indonesia
berpengaruh positif terhadap Investasi Asing Langsung, karena inflasinya pada
tingkat moderat antara 5-8 persen, yang diharapkan diikuti pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan uji signifikansi parsial uji-t diperoleh hasil t hitung = 11,629 > t tabel = 1,708
yang diperoleh dari statistik t pada taraf α = 0,05 dengan df = (n-k-1 ) = 27-1-1
= 25, maka dengan uji t, didapat t tabel = 1,708, artinya Inflasi di Indonesia berpengaruh
positif signifikan terhadap Investasi Asing Langsung yang masuk ke Indonesia.
Menurut Boediono (2012, hal. 159) Inflasi sebagai gejala ekonomi ditandai
kecenderungan harga-harga menaik, dalam prakteknya untuk masalah inflasi bukan
hanya masalah ekonomi, namun sudah merupakan masalah sosio ekonomi politis,
karena di Indonesia pada 10 tahun terakhir memiliki tingkat inflasi moderat,
situasi keamanan stabil, pertumbuhan ekonomi > 5
persen menarik untuk pertumbuhan investasi asing langsung dibandingkan
negara-negara Amerika, Eropa memliki pertumbuhan < 3 persen (BPS, 2013).
Sehingga inflasi moderat berpengaruh positif terhadap FDI di Indonesia.
5. Hasil Analisis koefisien regresi model 3
Hasil regresi pengaruh Inflasi (Y^), terhadap Pengangguran (Z2) hasil R = 0,931 dan R² = 0,867. Dengan demikian secara statistik, Inflasi dan Pengangguran memiliki
hubungan yang kuat positif ditunjukkan oleh angka koefisien korelasi sebesar R = 0,931 > 0 dan mendekati angka 1 (Husein Umar : 2002, hal.
178). Pengaruh variabel Inflasi terhadap Pengangguran (R² = 0,867) atau sebesar 86,70 persen,
sisanya 13,30 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain
diluar model yang diteliti.
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik koefisien regresi pengaruh
faktor Inflasi terhadap Pengangguran melalui model persamaan sebagai berikut:
Koefisien regresi Inflasi (Y^) = 0,348 meningkat 1 persen, maka Pengangguran di Indonesia akan
meningkat sebesar 0,348 persen. Faktor berpengaruh Inflasi terhadap
Pengangguran, sesuai hasil uji parsial (uji-t) yaitu t hitung = 13,947 > t tabel = 1,708 (n-k-1 = 27- 1-1=25), dengan
demikian pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran kuat positif, dan perlu diperhatikan
seksama tentang inflasi seharusnya memiliki slope
atau angka arah negatif, namun hasil penelitian model ini di Indonesia
berlawanan arah artinya tidak sesuai dengan dengan teori kurva Philips atau peneliti Amerika terdahulu
(Rossiter, Rosemary : 1997). Teori kurva Philips menyatakan hubungan antara
inflasi dan pengangguran dinyatakan oleh kurva Philips yaitu apabila terjadi
inflasi maka pengangguran akan menurun, artinya ketika ada kenaikan inflasi
maka aktivitas ekonomi menggeliat dan kesempatan kerja bertambah dan
pengangguran berkurang (Samuelson & Nordhaus : 2004, hal. 394). Teori yang
sama tentang kurva Philips adalah hubungan negatif antara laju inflasi dan
tingkat pengangguran (Rudiger & Stanley Ficher 1984 : hal.491). Inflasi di Indonesia meningkat tidak serta merta diikuti
oleh penurunan pengangguran, karena pada saat inflasi naik karena tekanan
permintaan barang-barang seperti daging sapi, kedelai, dan bahan-bahan makanan
lainnya, bersamaan terjadi kenaikan harga bahan-bahan produksi, mesin-mesin
yang diimpor dalam keadaan rupiah menurun nilainya terhadap mata uang asing
yang digunakan untuk transaksi pembayaran menyebabkan kenaikan harga pokok
produksi dampaknya industri harus mengurangi output, dan terjadilah cost push inflation, akibat dari keadaan ini pengurangan tenaga kerja tidak
terhindarkan, dan dampaknya pengangguran di Indonesia bertambah selama periode
1982 sd 2013, artinya ketika inflasi naik maka pengangguran juga naik dan sebaliknya apabila inflasi menurun maka
pengangguran akan menurun.
4. Hasil Analisis koefisien regresi model 4
Pengaruh Inflasi (Y^), Investasi Asing Langsung (Z1^), dan
Pengangguran (Z2^) terhadap Daya Beli Masyarakat (Z3)
diperoleh dari hasil statistik R = 0,889 menunjukkan hubungan antara variabel
Inflasi, Investasi Asing Langsung (FDI), dan Pengangguran korelasinya kuat dan
positif, sedangkan kuatnya pengaruh secara simultan (R²) = 0,912, hasil
penelitian ini menerangkan bahwa pengaruh variabel-variabel independen tersebut
sebesar 91,20 persen terhadap Daya beli masyarakat, dan sisanya 8,80 persen
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model yang diteliti.
Pengaruh Inflasi, Investasi Asing, dan Pengangguran secara parsial terhadap Daya beli masyarakat
dijelaskan oleh koefisien regresi masing-masing variabel independen pada model
4 adalah sebagai berikut :
Koefisien regresi untuk nilai variabel Inflasi (Y^) = - 0,066, artinya
meningkatnya angka Inflasi sebesar 1 persen sedangkan variabel Investasi Asing
langsung, dan Pengangguran dianggap konstan atau ceteris paribus, maka Daya beli
masyarakat akan menurun sebesar 0,066 persen. Berdasarkan hasil uji
signifikansi uji-t atau uji parsial t hitung = angka mutlak l - 2,102 l > dari t tabel = 1,711, maka
Inflasi berpengaruh negatif secara parsial terhadap Daya beli masyarakat.
Berdasarkan koefisien regresinya bahwa pada kenyataan ketika inflasi meningkat
maka pengaruh langsung adalah kepada Daya beli masyarakat di Indonesia.
Pendapat Sadono Sukirno (2012. Hal. 15), bahwa salah satu akibat penting dari
inflasi ialah akan cenderung menurunkan taraf kemakmuran segolongan masyarakat.
Sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang
bergaji atau pendapatannya tetap. Karena kenaikan inflasi lebih cepat dari
kenaikan upah riil, maka nilai upah riil masyarakat akan merosot disebabkan
oleh inflasi, ini berarti kemerosotan daya beli mereka terjadi, setiap kenaikan
inflasi maka daya beli masyarakat akan menurun.
Koefisien regresi variabel Investasi Asing Langsung (Z1^) terhadap
variabel Pengangguran (Z2^) secara statistik diperoleh hasil 0,161, artinya
apabila Investasi Asing Langsung meningkat sebesar 1 persen sedangkan variabel
Inflasi dan Pengangguran dianggap konstan atau ceteris paribus, maka Daya beli masyarakat meningkat sebesar 0,161
persen. Hasil koefisien regresi tersebut sejalan dengan uji signifikansi uji-t
(uji parsial) yang diperoleh t hitung = 2,012 dan dibandingkan dengan ttabel yang diperoleh dari statistik
t pada α = 0,05 df = (n-k-1 = 27-3-1 = 23) didapat t tabel = 1,711. Hasil uji t diperoleh
hasil bahwa t hitung = 2,012
> t tabel = 1,711, maka pengaruh Investasi Asing Langsung positif secara
parsial terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia. Setiap ada pertumbuhan
positif dari Investasi Asing Langsung ke Indonesia akan meningkatkan Daya beli
masyarakat, yang dapat di ukur dari bertambahnya PDB per kapita, ini berarti
menambah kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Selaras dengan pendapat (Anindita Ratya & Reed, Michael R 2008, hal. 149), keuntungan dari FDI yang didapat oleh
negara tuan rumah sangat mudah dilihat daripada keuntungan yang didapat oleh
negara asal (pengirim). Ketika Multi
National Company (MNC) memutuskan untuk mendirikan pabrik di negara tuan
rumah, maka segera akan diperoleh keuntungan berupa terbukanya lapangan kerja
dan pendapatan dari produksi. Disamping itu ada keuntungan secara tidak
langsung yaitu teknologi baru, manajemen dan persaingan yang dibawa oleh MNC
akan meningkatkan keterampilan dan keahlian kerja para buruh. Hal ini akan
meningkatkan pendapatan perkapita bagi negara tuan rumah.
Koefisien regresi untuk nilai variabel Pengangguran (Z2^) adalah = 1,441,
artinya meningkatnya Pengangguran di Indonesia sebesar 1 persen, dimana
variabel-variabel independen lainnya dianggap konstan atau ceteris paribus, maka Daya beli masyarakat akan bertambah 1,441
persen. hasil uji t signifikansi uji parsial t = 6,289 > t tabel = 1,711. Maka terdapat pengaruh
positif secara parsial variabel Pengangguran terhadap Daya beli masyarakat di
Indonesia. Hal ini ironis bahwa bertambahnya pengangguran di Indonesia justru
menyebabkan meningkatkan Daya beli masyarakat, seperti yang diuraikan terdahulu
bahwa pengaruh teknologi baru dan pasar tenaga kerja outsorcing yang marak pasca reformasi sejak tahun 1999, membuat
meningkatnya pengangguran (semu) yaitu PHK dari pekerja tetap masuk tenaga outsourcing di Indonesia dan tumbuhnya
Pedagang kaki lima (PKL) yang merupakan UMKM sekala mikro ekonomi, sedangkan
PDB terus bertambah melebihi rata-rata pertambahan penduduk di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang cepat tidak serta merta diikuti oleh tingkat
kesejahteraan rakyatnya secara merata, atau pertumbuhan ekonomi yang cepat
tidak dengan sendirinya diikuti oleh pertumbuhan atau perbaikan distribusi
keuntungan bagi segenap penduduk (Todaro, Michael & Smith. C Stephen :
2006, hal.260).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis pembahasan, maka penelitian ini telah menghasilkan model dengan temuan
– temuan baru yaitu pada model satu, model dua, dan model empat yang menggantikan teori yang ada dari
penelitian-penelitian terdahulu, yaitu mengembangkan, memperkaya pendekatan teori baru yang adaptif dengan konteks
Indonesia. Model juga
memiliki tingkat accuracy of the
estimates of the parameters yang
akurat signifikan dan tidak bias, memiliki tingkat explanatory ability yang tinggi dalam hal menjelaskan pengaruh
faktor-faktor Jumlah Uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs,
dan Terms of Trade terhadap Inflasi, dan pengaruhnya terhadap Investasi
Asing Langsung, dan Pengangguran serta dampaknya kepada Daya beli masyarakat di Indonesia. Rincian uraian diatas, dan berdasarkan
perumusan masalah pada bab sebelumnya, serta interpretasi hasil penelitian,
maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor Jumlah uang beredar
M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap
Inflasi di Indonesia. Faktor-faktor dominan yang memengaruhi Inflasi yakni,
Kurs dan Suku bunga kredit merupakan bagian dari cost push inflation, selanjutnya Harga BBM dan Jumlah uang beredar
M2 merupakan bagian dari demand pull
inflation.
2. Inflasi berpengaruh positif terhadap
Investasi Asing Langsung, artinya, Inflasi yang meningkat akan berpengaruh
menaikkan Investasi Asing Langsung, hal ini menunjukkan Inflasi memiliki
hubungan searah dengan FDI di Indonesia.
3. Inflasi berpengaruh positif terhadap Pengangguran di Indonesia,
artinya Inflasi yang meningkat akan menaikkan Pengangguran, hal ini menunjukkan
Inflasi memiliki hubungan searah dengan Pengangguran di Indonesia.
4.
Inflasi, Investasi Asing Langsung, dan
Pengangguran berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Daya beli
masyarakat di Indonesia. Faktor paling dominan berpengaruh terhadap Daya beli masyarakat di
Indonesia adalah Pengangguran.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis data
penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, maka dikemukakan saran-saran sebagai
berikut :
1. Untuk dapat menekan laju Inflasi (demand pull dan cost push), maka disarankan
kepada Pemerintah tetap pada kebijakan selama ini yaitu mengendalikan
faktor-faktor dominan yang mempengaruhi demand pull
inflation antara lain
: Kebijakan Harga BBM, setiap kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan
harga-harga barang dan jasa lainnya, maka Pemerintah khususnya di bawah
koordinator Menko Perekonomian, diminta jangan mengulur-ulur waktu saat
mengumumkannya, dengan kompensasi membuka lapangan pekerjaan di Pedesaan
selaras dengan disahkannya UU Desa tahun 2013, Jumlah uang beredar M2,
langkah BI sudah tepat dan terus
didorong melakukan pengendalian dengan terus memperbesar uang quasi dalam
bentuk simpanan deposito jangka panjang, sehingga peredaran uang menekan laju
Inflasi seperti yang terjadi saat ini di Indonesia, ICOR berpengaruh negatif
secara parsial terhadap inflasi, maka Pemerintah sudah tepat mendorong aggregate supply antara lain
meningkatkan output non migas seperti saat sekarang, ditengah defisit
perdagangan migas yang terus meningkat. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi cost push inflation : BI diharapkan
menjaga stabilitas nilai tukar Kurs, sehingga tidak merosot terus menerus,
karena bahan baku dan barang modal di Indonesia sangat tergantung impor dan ini
akan memicu kenaikan harga barang produksi memicu inflasi, Suku bunga kredit
perlu diperhitungkan secara cermat agar tidak membebani ongkos produksi yang
mengakibatkan biaya produksi tinggi, dan Pemerintah diharapkan memberikan insentif
kemudahan birokrasi perijinan, pajak dll. kepada aktivitas ekspor agar Terms of Trade yang terus merosot bisa meningkat,
dan dampaknya bisa menekan inflasi.
2. Disarankan kepada BI untuk tetap
mempertahankan inflasi pada tingkat moderat sekitar 5 persen atau di bawah
pertumbuhan ekonomi, sehingga Investasi Asing Langsung atau yang berpengaruh positif dengan Inflasi saat ini terus tumbuh, baik ekspansi yang sudah ada, maupun
investasi asing langsung yang baru, masuk ke Indonesia.
3. Berdasarkan hasil penelitian,
Inflasi berpengaruh positif terhadap Pengangguran di Indonesia, disarankan
kepada BI secara terus menerus menjaga stabilitas nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS dan kepada Pemerintah menyederhanakan birokrasi
sehingga kenaikan harga bahan baku, barang modal yang diimpor dapat memicu cost push inflation dapat ditekan, untuk
mengurangi PHK yang dapat menambah pengangguran di Indonesia.
4.
Disarankan
kepada BI agar inflasi dikendalikan karena inflasi tinggi dampaknya langsung
negatif kepada Daya beli masyarakat, Investasi Asing langsung, terus didorong
agar semakin tumbuh sebagai investor padat karya di Indonesia, sehingga Daya
beli masyarakat terus meningkat, demikian juga terhadap Pengangguran,
disarankan kepada Pemerintah melalui BPS agar melakukan pendataan ulang
terhadap jumlah pengangguran terbuka di Indonesia, akibat PHK disebabkan
hadirnya investasi
sepuluh tahun terakhir berupa padat modal, dan beralihnya pekerja yang terkena
PHK tersebut menjadi PKL, sehingga menimbulkan kenaikan pengangguran semu
berpengaruh meningkatkan Daya beli masyarakat di Indonesia.
5. Selanjutnya saran tambahan kepada
para peneliti yang akan datang mengenai masalah Inflasi, Investasi Asing
Langsung dan Pengangguran serta dampaknya terhadap Daya beli masyarakat khususnya masyarakat
berpenghasilan tetap di Indonesia, dan merupakan hal menarik untuk mengkaji
lebih dalam sebab-sebab yang mempengaruhi M2 berpengaruh negatif terhadap
Inflasi, khususnya jumlah uang quasi dalam bentuk simpanan jangka panjang, dan
kenaikan upah buruh yang tinggi terhadap inflasi, memasukkan faktor-faktor
seperti Defisit APBN, Daya Saing terhadap Inflasi akibat impor, pertumbuhan
PKL, tenaga outsourcing terhadap
Pengangguran yang memiliki hubungan searah dengan Daya beli masyarakat, dan
diharapkan menyempurnakan penelitian ini, sehingga bermanfaat bagi berbagai
pihak untuk penelitian-penelitian mendatang.
DAFTAR
PUSTAKA
Agnes Sediana Milansari D.”Analisis
Dampak Inflasi Tinjauan Literatur”
Fakultas Ekonomi, UI, 2010.
Alalaya,Mohammad dan Eiad Basher Al
Hyasat.“Inflation from Yordan : Purchasing Power Parity Anaysis through Co
Integration Evidence from Yordan (1987-2009).”
Anindita Ratya dan Reed, Michael R.“Bisnis dan Perdagangan Internasional”.
CV. Andi Offset. Yogyakarta, 2008.
Aulia Pohan.“Kerangka Kebijakan Moneter & Implementasinya di Indonesia”
PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta, 2008.
Bank Indonesia.“Undang-Undang no. 23 tahun 1999 tentang Bank Indoneisa” Jakarta.
1999.
Bank Indonesia. “Pengertian Tentang Inflasi” Jakarta,
2010.
Bank Indonesia. “Data-data Jumlah Uang Beredar M2, Suku Bunga Kredit, Kurs” BI, Jakarta, 2013.
Badan Pusat Statistik. “Berita Resmi BPS tentang Inflasi” BPS.
Jakarta, 2000.
Badan Pusat Statistik “Berita Resmi BPS tentang Daya Beli
Masyarakat” BPS, Jakarta, 2013.
Badan Koordinator Penanaman Modal. “Daftar Penanaman Modal PMA dan PMDN”
Jakarta, 2013.
Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.“Data ICOR dan Rumusan
perhitungannya” Jakarta, 2013.
Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.“Data Terms of Trade”
Bappenas, Jakarta, 2013.
Beta Yulianita Laksono.“Faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi di Indonesia” journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/view/47/144.
2005.
Boediono. “Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Seri Sinopsis” Fakultas Ekonomi &
Bisnis UGM. Yogyakarta, 2012.
Burhan Bungin. “Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi Format-Format Kuantitatif dan
Kualitatif” Kencana Prenada Media Group. Jakarta, 2013.
Chatib
Basri, dkk.”Rumah Ekonomi Rumah Budaya”
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2012.
Devinia Anesia.“Penanaman Modal Asing Langsung” http://frenndw.wordpress.com/2010/12/10/ . 24 Pebruari
jam 20.55, penanaman-modal-asing langsung.
Dornbusch, Rudiger dan
Ficher,Stanley. “Makro Ekonomi”
Penerjemah Rudy. P. Sitompul. Penerbit Erlangga. Jakarta, 1984.
Fisher, Irving. “Elementary Principles of Economics”
Cosimo, Inc. Po Box416, Old Chelsea Station, New York, NY 10113-0416. 2006.
Eddy Soegiarto dan Mardyono.”Pengantar Teori Ekonomi” Mahkota Ilmu
Tangerang, 2011.
Gujarati, Damodar.“Dasar-dasar Ekonometrika” Penerjemah Carlos Mangunsong. Penerbit
Erlangga, 2007.
Henry Faizal Noor.“Ekonomi Publik Ekonomi Untuk Kesejahteraan
Rakyat”Akademia Permata. Padang Indonesia, 2013.
Hidayat Amir. “Penguatan Hubungan Ekonomi dan Keuangan Internasional dalam Mendukung
Pembangunan Nasional” PT. Nagakusuma Media Kreatif, Jakarta, 2012.
Hossain and Friends. “Inflation and Economic Growth in Bangladesh”.
Educational Research Multimedia &
Publications, Malegaon India. Oct, 2012.
Husein Umar. “Metode Riset Bisnis” PT. Gramedia Pustka Utama. Jakarta, 2002.
Russia & CIS Food &
Agreeculture Weekly.”Official
Docummentarie; Econ Min Lower June Inflationary Forecast from 0,5%- 0,6% to
0,4%- 0,5%”. Jurnal Internasional , Interfax-America, Inc. June 2013.
Kadin Indonesia dan Kemenperin, “FGD II Dukungan dan Sinergi Kebijakan Antar
Kementrian Dalam Tahapan Pembangunan Industri Nasional” Kajian Akademis.
Jakarta, 24 Juni 2013.
Kadin Indonesia “Subsidi Energi dan BBM Pengaruhnya terhadap
Industri” Policy Paper, Jakarta, 2013.
Karno” Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Foreign Direct Investment di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura” Unbor. Jakarta, 2012.
Kautsoyiannis.“Theory of Econometrics : An
Introductory Exposition Econometric Methods”. The Macmillann Press Ltd,
United Kingdom, 1990.
KEN (Komite Ekonomi Nasional).“Prospek Ekonomi Indonesia 2013” Jakarta,
2012.
Krugman, Paul & Obstfeld, Maurice “Ekonomi Internasioanl Teori Dan Kebijakan”.
Alih bahasa oleh Faisal Basri, PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta, 2004.
Mankiw. N. Gregory.“Makro Ekonomi” Penerjemah Fitria Liza dan Imam Nurmawan. Penerbit
Erlangga, Jakarta, 2007.
Masngudi. “Ilmu Ekonomi Internasional“ Penerbit FE Unbor, Jakarta, 2012.
Masngudi. “Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi” Badan Penerbit FE, Unbor,
Jakarta, 2003.
McKenzie. “Macroeconomics” Houghton Miffin Company, One Beacon Street, Boston,
Massachusetts. 02108, USA, 1986.
McMillan, Alexander. “Macroeconomics The Canadian Context”
Prentice Hall Canadian Inc. Canada, 1983.
Miura, Hideyuki. “Analysis of Industrial and Trade Policies of
Japan and Free Trade Agreement in Asia-Pacific Region”, Www.hoganlovells.com. Tokyo, 2013.
Mudrajad Kuncoro.“Dasar-dasar Ekonomi Pembangunan” UPP
STIM. Yogyakarta, 2010.
Mukhtar. “Metode Praktis Penelitian deskriptif kualitatif “ Referensi (GP
Press Group). Jakarta, 2013.
Nandang Najmulmunir.”Dampak kebijakan harga Minyak Terhadap Daya
Beli Masyarakat”, Jurnal Madani. Edisi II, Nopember 2008.
Nandang Utama.“Dampak Kebijakan harga Minyak Terhadap Daya Beli Masyarakat” Jurnal
Madani. Edisi Nopember, 2008.
Ni Komang Sopianti dan AA Ketut
Ayuningsasi.”Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat Inflasi Dan Upah Minimum Terhadap Jumlah Pengangguran di Bali”
Jurnal Akademik Udayana, Bali. 2013.
Nopirin. “Ekonomi Internasional” BPFE UGM, Yogyakarta, 2012.
Nota Keuangan. “APBN dan APBN-P 2013” Kementrian Keuangan RI, 2013.
Patra, Sudhakar, Sahu, Kabita Kamari.”Inflation In South Asia And It’s Macro
Economic Linkages" Malegaon, India. Jurnal internasional. Jul, 2012.
Prathama Rahardja & Mandala Manurung.“Pengantar Ilmu Ekonomi Mikroekonomi &
Makroekonomi” Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta, 2008.
Putri Tirta Enistin Sipayung &
Sri Budhi Made Kembar.”Pengaruh PDB,
Nilai Tukar, Dan Jumlah uang beredar Terhadap Inflasi Di Indonesia. Periode 1993-2012”
E-Jurnal, Unud, Bali. Juli 2012.
Ross, et. al “Corporate Finance” A Division of The McGrow- Hill Companies, Inc.
1221 Avenue of the Americas. New York, NY, 10020. 2002.
Rossiter, Rosemary ”Stabel cointegrating regressions :
Fully-modified estimates for inflation and employment cost indices”
Departement of Economics Ohio University, USA, July 1997.
Sadono Sukirno. “Makro Ekonomi Teori Pengantar” PT.
Rajagrafindo Persada. Jakarta, 2012.
Samuelson, Paul. A dan Nordhaus“ Ilmu Makro Ekonomi “ Penerjemah :
Gretta, Theresa Tanoto, Bosco Carvallo dan Anna Elly. PT. Gramedia Global
Edukasi. Jakarta, 2004.
Sekaran, Uma. “Research Methods for Business” Penerjemah Kwan Men Yon, Jakarta,
Salemba Empat, 2006.
Sudarsono. “Pengantar Ekonomi Mikro” PT. Pustaka LP3ES. Jakarta, 1995.
Sunyoto Danang. “Riset Ekonomi”, Irama Widya, Bandung,
2012.
Suliyanto.“Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi” CV. ANDI. Yogyakarta,
2011.
Sutrisno Nandang.”Pemajuan Kepentingan Negara-Negara
Berkembang Dalam Sistem WTO” Penerjemah Susi Fauziah IMR Press, Cianjur,
2012.
Todaro, Michael dan Smith C.
Stephen.“Pembangunan Ekonomi”
Penerjemah Haris Munandar, Penerbit Erlangga. Jakarta, 2006.
Tulus Tambunan. “Perekonomian Indonesia Kajian Teoritis dan
Analisis Empiris” Ghalia Indonesia. Bogor, 2012.
Undang-undang No. 23 Tahun 1999
Tentang “Bank Indonesia”. BI Jakarta, 1999.
Undang-undang No. 25 Tahun 2007
Tentang “Penanaman Modal” Kementrian Perdagangan RI, 2007.
Vala,Yuvrajsinh.”Is There any Link Between Commodity Price
And Monetary Policy / Evidence From India” Science : Comprehensive Works, Business And
Economics Commerce, Art. Mumbai India, Jurnal internasional. Jan 2013.
W.I.M.Poli.“Tonggak-tonggak Sejarah Pemikiran Ekonomi” Brilian Internasional,
Sidoarjo, Jatim, 2010.
William F.Sharpe, et. al. “Investasi “ Alih bahasa : Henry
Njooliangtik dan Agustiono. Prentice Hall (Singapore) Pte. Ltd.1997.
Willem A. Makaliwe.“Relevansi Nilai Tukar pada transmisi moneter mencapai pertumbuhan
output dan kestabilan Inflasi dan perbandingan regim nilai tukar”.
Disertasi FEUI, Jakarta, 2007.
Wing Wahyu Winarno.“Analisis Ekonometrika Dan Statistik dengan
Eviews” Yogyakara, 2007.
Yuyun Wirasasmita, “Ilmu
Ekonomi Makro Advance” Buku Ajar, FE Unbor Jakarta 2012.
Yuyun Wirasasmita. “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis
Advance” Buku Ajar, FE Unbor. Jakarta, 2012.
1 comment:
Waduh...banyak angka2, musmet aku. Tp udah kelar kan Aunt yah..Sukses Selalu...Amin
Post a Comment