Kita semua mungkin pernah merasakan ketika masa kecil pernah makan permen, dan menjadi kalang kabut ketika permen yang cukup besar tersebut ketelan nyangkut di kerongkongan kita. Mata sampai melotot karena tercekik, mau ditelan tidak mungkin, dimuntahkan sulit dilakukan. Jalan satu-satunya adalah dibawa ke dokter THT yang lebih ahli tentang hal ini.
Sepuluh tahun reformasi yang menggulirkan demokrasi yang sedang dan akan berjalan di republik ini. Bahkan pemilu langsung para caleg dan calon presiden pun di tahun 2009 benar-benar sama dengan di Amerika. Banyak Partai, banyak Caleg dan membingungkan publik, setiap orang dari buruh tani, buruh pabrik, pegawai, ekekutif perusahaan dll semua jawabannya pusing dan pusing. Jangankan mereka yang awam, para Caleg yang baru saja juga bingung sosialisasi masalah coblos dan contreng, belum lagi DPT-DPT yang tidak tepat sampai ke RT-RT, semrawut katanya.
Proses ini mau tidak mau tetap harus berjalan melalui seribu janji-janji manis kampanye, dan tentu semakin banyak orang akan menjadi golput, karena capai dan lelah. Namun masih ada pilihan bagi para elit politik untuk mereposisi citra demokrasi kearah yang menjadi pesta demokrasi yang benar.
Pertama melanjutkan sistem demokrasi liberal multi partai bisa 50 partai, 100 partai seperti di Amerika? Anggaran tinggi dibutuhkan untuk penyempurnaan-penyempurnaan konstitusi yang baru beberapa kali mengalami perubahan. Tentu resikonya tidak mudah. Para DPR yang terpilih nanti harus menguasai benar tiap permasalahan legislasi yang aspiratif untuk kepentingan masyarakat sesuai janji-janji mereka, jauh lebih berkualitas dibandingkan yang sekarang ada membuat UU banyak yang dikoreksi MK atau bahkan dibatalkan, sesuai yang diamanatkan UUD 45 : 2002. Begitu juga Presiden terpilih yang memilki kedudukan setara DPR,MPR, DPD dan Lembaga Tinggi Negara lainnya memiliki ligitimasi sah langsung dari rakyat, seyogyanya tegas dan berani mengambil keputusan secara cepat demi kepentingan memakmurkan seluruh rakyat Indonesia.
Kedua apabila kenyataan diatas bukan semakin membuahkan hasil yang baik, bahkan semakin timbul perpecahan-perpecahan antar kelompok yang akhirnya benar-benar mengancam keutuhan NKRI, maka perlu dengan pikiran yang jernih dan hati lapang setiap elit politik, para cendekiawan, kampus, dan pelindung keamanan mengambil langkah musaywarah untuk mufakat, tanpa menelan biji kedodong yang mengganjal pernapasan berbangsa dan bernegara.
Dari pandangan tersebut semua pilihan ada resiko yang harus dibayar, opportunity cost mau menelan biji kedondong atau mengeluarkan dari kerongkongan? tentu untuk menciptakan kondisi demokrasi yang pantas dan pas bagi bangsa dan negara kita.
5 comments:
sampai skrg anggota legislatif kayaknya gak ada banyak kemajuan yah? atau tolong koreksi bila aku salah. masyarakat kita masih banyak yg 'bodoh', jadi gampang diiming2i. mudah2an NKRI bisa makin majulah. jangan terus2an hanya mengejar negara lain.
Daripada ngurusin politik, mending kita makan kue kesukaan. Nah.. coba deh cek di http://victoryacookies.blogspot.com. Pasti kamu suka :)
Sambil baca koran, nikmati kampanye minum kopi dan Victorya Cookies ok juga plus music Jazz Bls....thanks Mr. Daniel.
Wah betul.. memang enak banget nikmatin Victorya Cookies sambil ngopi atau nge-teh. Ayo pesan.. biar tau rasanya :) Kita bisa antar loh..
Btw, pada milih siapa nih utk presiden? Saya pribadi sih masih SBY sepertinya :) Saya ga bilang dia sempurna. Tapi dia menunjukan hasil positif yang nyata. Memang masih banyak kekurangannya. Tapi secara umum, yang paling penting (menurut saya), beliau telah membantu Indonesia lebih dihargai dan didengar dan diperhitungkan di komunitas internasional.
Salam,
Hanz Tarore
http://freelancepr.wordpress.com
http://victoryacookies.blogspot.com
V :
Semua adalah pilihan, yang penting gunakan hak pilih krn itu adalah puncak sebuah demokrasi, ketika tiap warga negara menggunakan hak pilihnya pada wakil,pemimpin yang di yakini baik, bebas dan rahasia.....
Post a Comment