Tuesday, November 25, 2008

Jeritan Nasib Guru Swasta


(Wacana Oleh Francisca Sestri)

Judul opini Kompas 25 Nopember 2008 hal 7 pagi ini "Ambil Kepahlawananku, Benahi Kesejahteraanku, di tulis oleh R. Kunjana Rahardi, seorang anak bangsa yang berfrofesi guru di sebuah kota Yogyakarta. Tentu bagi orang-orang yang tinggal di perkotaan dengan gaji 1 bulan diatas Rp. 20.000.000,- baca Dua puluh juta rupiah, hal ini tidaklah menjadi masalah, untuk menyekolahkan anak mereka. Bahkan di kehidupan yang serba modern ini, anak-anak mereka bisa menggunakan fasilitas handphone, komputer dan antar jemput sopir untuk mengikuti pelajaran sekolah dan kegiatan ekskuler lainnya apakah itu les piano, ballet dll.

Tujuan kita menyekolahkan anak-anak adalah mencerdaskan dan mempersiapkan masa depannya dengan membekali ilmu sebanyak-banyaknya, jauh dari tujuan itu tentu setiap orang tua berpengharapan menjadikan darah daging kita mendapatkan tempat lebih baik dari orang tuannya. Bahkan kadangkala kita masih menggunakan pengasuh anak istilah kerennya Baby Sitter? Pilihan terhadap lembaga pendidikan akan jatuh pada sekolah yang bagus baik negeri maupun swasta apakah di dalam maupun diluar negeri, berapapun biayanya akan kita bayarkan demi masa depan anak.

Lalu kenapa disaat dunia memasuki zaman modern ini, ada guru yang nelongso seakan menggugat nasibnya kenapa terlahir menjadi seorang guru swasta? Ia dapat mendidik, memberikan perhatian bahkan sampai larut malam membuat sistem mengajar untuk anak didiknya agar mereka menjadi lulusan yang cerdas dan pandai. Sedangkan untuk kehidupan sehari-hari gaji pendidik tersebut tidak cukup untuk menyekolahkan anaknya sendiri. Bahkan untuk makan bersama keluarganya kadang kala harus ada yang mengalah makan hanya dua kali satu hari.

Potret buram ini banyak terjadi di daerah-daerah seperti penuturan seorang dokter sebut saja dr. Hery Gibb yang tinggal di Solo, ketika mengajar di sekolah swasta daerah Kalimantan Barat, kedaannya masih tidak jauh dengan cerita Laskar Pelangi. Sekolah-sekolah swasta ini tergantung pada likuiditas Yayasannya, sehingga apabila kenyataan gaji pegawai negeri naik ternyata swasta tidak termasuk didalam anggaran negara. Oleh sebab itu ketimpangan ini akan semakin membuat para pengajar enggan menjadi guru swasta yang tidak jelas kepastian nasibnya.

Pertanyaannya apakah sekolah negeri mampu mengatasi sendiri proses pencerdasan bangsa melalui lembaga pendidikan? seberapa besar anggaran pemerintah akan membangun sekolah-sekolah semua tingkatan sampai ke seluruh pelosok negeri? Tentunya apabila niat ini ada, perlu nasionalisasi lembaga pendidikan saja. Sehingga yang ada hanya lembaga pendidikan negeri.

Sehingga tidak heran banyak yayasan pendidikan swasta nyaris tergusur bahkan banyak yang mulai tutup, karena tidak mampu menggaji guru-gurunya setara guru negeri yang mendapat subsidi dari negara. Maka tidak heran pak R. Kunjana Rahardi menuliskan jeritan hati, jika boleh berteriak sudahlah ambil saja kepahlawanku, tetapi mohon benar-benar benahi kesejahteraanku. Mungkin pengertiannya adalah aku ini juga guru yang tidak kalah dengan guru lain di negeri, jadi mengapa dimarjinalkan dan di bedakan?

Masih ada waktu untuk memikirkan ini, pemerintah dan DPR tentunya bisa menghitung ulang tentang anggaran 20 % APBN untuk pendidikan, dan janganlah ada diskriminasi terhadap lembaga pendidikan swasta yang sudah di akui dan disamakan. Memang situasi krisis sulit memenuhi setiap permintaan swasta, namun dengan skala preoritas masih ada jalan, misalnya bagi APBD yang belum terpakai bisa dialokasikan untuk pembenahan pendidikan ini, tentu melaluai APBN-P, apabila semua memahami rasanya tidak akan terdengar lagi jeritan tersebut, minimal menjadi "sekalipun kesejahteraanku belum memuaskan, aku tetap mempertahankan gelar guru sebagai pahlawan." semoga.....

3 comments:

Michael, Ryan , Emily's Mommy said...

photonya kok mirip Sarah Palin nih, hmm siapa tahu mau calonin jadi wakil president juga ya? semoga deh ya .. biar orang muda yang mimpin, jangan yang tua tua mulu ( atas 50 tahun )

Anonymous said...

Holly, udah ditanyakan ke Yudhi mudah2an ada blognya. Aduh terlulu tinggi Sarah Palin? saya kan dari kampung he he ttp model rambut sdh 1 th yal.Michael, Ryan,Emily cakep seneng aku melihatnya.

Anonymous said...

Holly, pls find attached Yuddy web :www.yuddychrisnandi.com or email no : yuddy_chrisnandi@yahoo.co.id