Konon Raja Pengging yang juga keturunan raja Majapahit, bernama Prabu Jayaningrat, atau masyarakat Pengging biasa menyebut prabu Handayaningrat, makamnya sekarang ada di desa Gatak, Malangan. Prabu Handayaningrat memiliki dua putra bernama Kebo Kanigoro yang sudah lama pergi entah kemana, namun banyak orang meyakini makamnya ada di Sragen, Jawa Tengah. Putra ke dua adalah Kebo Kenanga alias Ki Ageng Pengging. dua kakak beradik ini dari dulu tidak pernah akur dan selalu uring-uringan.
Ki Ageng Pengging sakti, dan menganut agama Islam kejawen, ia adalah murid Siti Jenar yang terkenal sakti. Sebagai seorang pemuka wilayah Pengging yang subur, kaya air, maka hidupnya juga dari hasil bercocok tanam. Ki Ageng Pengging suka sekali menanggap wayang kulit atau wayang beber, pada saat pegelaran wayang biasanya penduduk sekitar bersuka ria, ada yang menggelar aneka jajanan, sehingga seperti arena pasar malam.
Suatu ketika raja Demak R. Patah bergelar Jimbun Ingalogo Sayidin Panotogomo, beliau keturunan Puteri Cina dan Prabu Brawijaya raja Majapahit. Raja Demak tidak nyaman melihat Ki Ageng Pengging sudah lama tidak menghadap ke Demak. Pengging adalah wilayah kekuasaan pemerintahannya, dan menganggap Ki Ageng Pengging sudah sesat menjadi murid spiritual Siti Jenar. Maka di utuslah Sunan Kudus untuk memaksa Ki Ageng Pengging bersujud kepada Raja. Namun tidak berhasil, sehingga membuat sunan Kudus naik pitam. Pada malam ketika keadaan sunyi di ruang tamu tersebut siku Ki Ageng Pengging di iris oleh Sunan Kudus dan meninggal dunia.Makam Ki Ageng Pengging ada di desa Gedong, Pengging, sampai sekarang banyak orang mencari ilmu dan semedi di makam tersebut. Bahkan menurut cerita apabila semedi diterima, orang tersebut bisa menjadi sakti dan dapat merubah wajahnya menjadi Gurila raksasa berbulu coklat tua, apa bila perasaannya tersinggung.
Putera yang masih bayi bernama Mas Karebet, oleh ibunya yang sudah sakit-sakitan sepeninggal Ki Ageng Pengging diasuh oleh teman seperguruan mendiang ayahnya dan hidup di desa Tingkir. Kelak Mas Karebet atau Jaka Tingkir ini, akan mengalahkan kerbau yang direkayasa menjadi liar dan mengamuk atas anjuran Ki Ageng Selo penasihatnya,di kerajaan Demak, dan menjadi raja di Pajang dengan gelar, Sultan Hadiwijaya. Melalui pemerintahannya ia akan menurunkan raja-raja Mataram, mulai dari anak angkatnya Sutawijaya adalah putera Ki Ageng pamanahan yang bergelar Panembahan Senopati. Sampai sekarang di pengging masih subur, ada dam sungai peninggalan Belanda di, Bantulan, ada Pipa jaman pabrik nila milik Belanda, pemandian Tirto Marto peninggalan Sinuhun PB X raja Surakarta, dll.
Mudah-mudahan semua peninggalan kerajaan Pengging, apakah berupa Candi atau petilasan lainnya dapat di temukan sebagai peninggalan warisan budaya, konon masih ada tetapi tertimbun tanah, semoga.....
5 comments:
" Senang bisa ikut baca sejarah... jadi tambah pengalaman"
terlalu dangkal..
-Mei, Kapan2 kedesaku ya..spt rombongan WKS dan Mustika Ratu Juni 2010.
- NN: Seberapa kita membaca sejarah, alangkah baiknya dibekali kitab atau buku mis "Babad Raja2 Jawa" shgg memperkaya penulisan blog anda sekalian...
Sejarah masuknya Islam Watu Telu (Waktu Tiga) di Lombok
Ajaran Islam Watu Telu dibawa ke Lombok oleh Sunan Pengging thn 1515 M, Sunan Pengging adalah kakak dari Ki Ageng Pengging (Ki Ageng Kebo Kenongo), mereka berdua adalah murid dari Syech Siti Jenar, Sunan Pengging dan Ki Ageng Pengging adalah putra dari Prabu Handayaningrat IV (Brawijaya VI) dan Ratu Ratna Pembayun (Putri Brawijaya V / pewaris tahta Majapahit), Sunan Pengging (Ki Ageng Kebo Kanigoro) hijrah ke Lombok krn mendapat tekanan dan ancaman dari Kerajaan Demak dan Wali Songo, yg mana setelah kematian Ki Ageng Pengging dan Syech Siti Jenar krn di bunuh oleh Wali Songo, Sunan Pengging hijrah ke Lombok atas bantuan dan dukungan dari sahabat beliau sekaligus Guru beliau yakni Danghyang Nirartha (Pangeran Sangupati), beliaulah yg membantu Sunan Pengging menyebarkan ajaran Ilmu Kesejatian (Makrifat) yg dikenal dengan nama Islam Watu Telu yg merupakan ajaran dari Almarhum Guru beliau yakni Syech Siti Jenar, Sunan Pengging menetap di Lombok dan mendirikan sebuah kerajaan bernama Kerajaan Pujut, itulah sebabnya ajaran Watu Telu bisa ditemukan di Bayan dan Pujut dan Masjid Bayan dan Masjid Pujut didirikan oleh beliau (Sunan Pengging) dibantu oleh Pangeran Sangupati, ajaran Watu Telu diterima baik oleh Raja2 dan Masyarakat di Lombok krn disebarkan dgn damai dan mendapat tempat di hati mrk hingga sekarang, belakangan datanglah Sunan Prapen (1548 - 1605) yg menyebarkan Islam dgn cara kekerasan ala Wali Songo.
Terimakasih komennya,luar biasa dan komplit menambah kekayaan penulisan sejarah Kiageng Pengging dan Syeik Siti Jenar
Post a Comment