Thursday, October 2, 2014

Pengaruh Faktor-Faktor Inflasi Terhadap FDI dan Pengangguran Serta Dampaknya Kepada Daya Beli Masyarakat di Indonesia



II    KAJIAN TEORITIS
A.   Tinjauan Pustaka


Pengertian Landasan Teori dalam sebuah penelitian, merupakan dasar-dasar teori yang menguraikan pengertian tiap-tiap variabel yang diteliti, dalam suatu model.
Teori dasar atau grand theory yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah teori Ekonomi Pembangunan dan teori Inflasi merupakan bagian dari Makro ekonomi, merupakan hal penting dan terus menerus dipantau, dikendalikan oleh otoritas moneter sebagai bagian dari kebijakan peredaran uang berkaitan dengan stabilitas harga dalam suatu perekonomian.




1.     Teori Pembangunan.


Menurut Todaro (2006, hal 20), Pembangunan menurut pandangan ekonomi baru, merupakan redifinisi penghapusan atau pengurangan tingkat kemiskinan, penanggulangan tingkat ketimpangan pendapatan, dan penyediaan lapangan pekerjaan dalam konteks perekonomian yang terus berkembang. Penggantian atau penyesuaian definisi pembangunan ekonomi yang kini lebih didasarkan pada konsep “redistribusi hasil pertumbuhan” itu merupakan slogan yang populer pada masa itu. Dalam pembangunan yang diterapkan oleh negara-negara dunia ke tiga atau negara yang sedang berkembang  ada 3 nilai inti dari arti pembangunan yang paling hakiki yaitu :


a. Kecukupan (sustenance).
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Lalu apa yang dimaksud dengan kebutuhan dasar setiap orang, adalah meliputi segala kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan keamanan. Dari semua komponen kebutuhan pokok tersebut harus bisa terpenuhi. Apabila salah satu kebutuhan tersebut tidak bisa terpenuhi, maka akan terjadi “keterbelakangan absolut”. Karena fungsi dasar dari semua aktivitas ekonomi untuk menyediakan sebanyak mungkin alat, bekal untuk menghindari kelangkaan kebutuhan dasar tersebut, sehingga perlu diupayakan adanya kemajuan ekonomi, tanpa adanya kemajuan ekonomi berkesinambungan maka manusia tidak memiliki kecukupan untuk meningkatkan status sosial dirinya. Setiap orang harus memiliki pendapatan per kapita, mengentaskan kemiskinan absolut, perluasan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan, merupakan hal yang harus diadakan.
b. Harga Diri (self esteem).
Dorongan diri untuk hidup lebih baik, lebih maju untuk menghargai diri sendiri, agar pantas dihargai untuk layak melakukan sesuatu dan seterusnya. Kemakmuran material lambat laun dianggap sebagai suatu ukuran kelayakan yang universal. Ini adalah akibat dari penyebaran “nilai-nilai modern” yang bersumber dari negara-negara maju yang mengakibatkan kebingungan budaya di negara2 berkembang. Banyak bangsa yang tiba-tiba saja merasa kecil atau tidak berarti hanya karena tidak memiliki kemajuan ekonomi dan teknologi setinggi bangsa-bangsa lain, sehingga masyarakat negara-negara dunia ketiga pun berlomba-lomba mengejarnya, dan tanpa disadari mereka itu sejatinya kehilangan jati diri.
c.   Kebabasan (freedom).
Kemampuan untuk memilih, nilai universal yang terakhir ini harus terkandung dalam makna pembangunan kemerdekaan manusia. Konsep yang ada pada kebebasan ini, yaitu kemampuan berdiri tegak sehingga tidak mudah diperbudak oleh materi. Apabila sekali saja suatu bangsa tidak kuat dalam pendirian maka sikap peduli lingkungan akan pudar, yang ada sikap mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain, sikap demikian harus dihindarkan. Konsep kebebasan manusia dalam pengertian pembangunan ekonomi merupakan konsep politik, termasuk keamanan diri sendiri, kepastian hukum, kebebasan berekspresi dan pemerataan kesempatan kerja. Manfaat inti yang terkandung dalam konsep ini adalah kebebasan memilih misalnya kebebasan untuk memilih memiliki barang-barang dan jasa lebih banyak, atau menampik semua barang bersifat materiil ke pemuasan batin.


Konsep pembangunan yang ditulis Paul P Streeten, mantan direktur World Development Institute adalah sebagai upaya menghapuskan berbagai bentuk masalah umat manusia, malnutrisi (kekurangan gizi), penyakit, buta huruf, daerah-daerah pemukiman kumuh, pengangguran dan ketimpangan pendapatan. Jika hanya dihitung berdasarkan tingkat pertumbuhan agregat, maka mungkin pembangunan yang sudah dijalankan selama ini telah membawa kebahagiaan besar. Tetapi apabila diukur atas dasar jumlah kesempatan kerja baru, peningkatan keadilan sosial dan pemberantasan kemiskinan, pembangunan selama ini tidak banyak membuahkan hasil atau bahkan  telah gagal.
Pendapat Mudrajad Kuncoro (2010, hal.1) paradigma tradisional pembangunan negara sedang berkembang diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Semula banyak beranggapan yang membedakan antara negara maju dan negara sedang berkembang (NSB) adalah pendapatan rakyatnya, dengan ditingkatkannya pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dihadapi negara sedang berkembang terselesaikan, yaitu melalui dampak merembes ke bawah (trickle down effect). Indikator berhasil tidaknya pembangunan semata-mata dilihat dari meningkatnya pendapatan perkapita.
Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi saja. Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, tetapi lebih dari itu pembangunan memiliki perspektif yang luas. Dimensi sosial yang sering  terabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi, justru mendapat tempat strategis bagi proses pembangunan. Aspek-aspek penting dalam pembangunan antara lain pertumbuhan dan pemerataan, juga dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat. Tujuan dari proses pembangunan sendiri adalah mengubah struktur perekonomian kearah yang lebih baik.
Menurut Sadono Sukirno (2012, hal. 444), pembangunan ekonomi harus secara terus menerus diikuti oleh pengembangan institusi-institusi yang dapat memberi dorongan kepada berbagai pengembangan kegiatan ekonomi. Sedangkan tingkat pembangunan ekonomi dan taraf kemakmuran masyarakat di suatu negara biasanya diukur dari data pendapatan perkapita nominal. Menurut teori ini bahwa tingkat kemakmuran masyarakat diukur dari tingkat pendapatan perkapita, dengan cara menghitung Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dibagi jumlah penduduk serta dinilai dengan dolar Amerika Serikat.
Teori Gunnar Myrdall (Sumber Fando www.fandoaja.blogspot.com. 2010) berpendapat bahwa pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses sebab-menyebab sirkuler yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak dan mereka yang tertinggal di belakang menjadi semakin terhambat dampak balik cenderung membesar dan dampak sebar cenderung mengecil.


2.         Teori Inflsi


Samuelson dan Nordhaus (2004, hal. 87). Pengertian inflasi merupakan bagian dari ilmu ekonomi makro akibat dari interaksi antara permintaan agregat (aggregate demand) yang terdiri dari jumlah total bersedia dibelanjakan untuk pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah yang sangat tergantung pada kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan lain-lain, dan penawaran agregat (aggregate supply) yang mengacu kepada total kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan oleh dunia bisnis suatu negara dan dijual pada periode tertentu, dan sangat tergantung dari tingkat harga, kapasitas produktif perekonomian dan tingkat biaya.


 











                          
variabel Makro yang utama


Inflasi adalah faktor penting dari fakta kehidupan ekonomi, dan harus diperhatikan dalam capital budget. Pada ujian awal inflasi diperhatikan dalam hubungannya dengan suku bunga. (Ross, et. al. 2002, hal. 177).
Rumusan (Ross 2002, hal. 179) tingkat inflasi adalah :
Tingkat Inflasi = Suku bunga nominal – Suku bunga riil     (Rumus : 2.1)


Beberapa indikator yang mempengaruhi inflasi adalah:
a.       Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
b.       Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
c.        Indeks Harga Implisit (DGP Deflator)


Ad. a. Indeks Harga Konsumen
(Consumer Price Index).


Indeks Harga Konsumen (IHK), adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan  menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar. Pratama Rahardja ( 2008, hal. 367).

Ad.c. Indeks Harga Deflator PDB.


Menurut Pratama Rahardja (2008, hal, 369), Deflator GDP  atau deflator PDB disebut juga Indeks Harga Implisit, berbeda dengan IHK maupun IHP yang hanya terbatas pada beberapa ribu barang dan jasa. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan istilah deflator GDP disingkat IHI (Indeks Harga Implisit) merupakan perbandingan antara pendapatan nominal dengan pendapatan riil suatu negara. Perhitungan Inflasi dengan deflator GDP sebagai berikut :


                   
2.1. Jenis-jenis Inflasi


Beberapa jenis inflasi yang terjadi menurut beberapa teori yakni :
a.     Inflasi dari jenis biaya.
Pendapat Samuelson & Nordhaus (2004, hal. 390), bagi kesehatan perekonomian pada ekonomi modern campuran, maka sebagai penyeimbang harus diselidiki teori inflasi modern, dan menganalisis biaya untuk menekan inflasi. Mungkinkah ekonomi pasar secara serempak menikmati keuntungan dari kesempatan kerja penuh serta dibarengi dengan stabilitas harga. Inflasi perlu dikontrol, agar apabila terjadi inflasi, langkah mengatasinya tidak harus memperlambat pertumbuhan ekonomi dan memelihara tingkat pengangguran tetap tinggi.
Inflasi disebabkan dari permintaan maupun penawaran, seperti halnya penyakit, inflasi disebabkan oleh berbagai masalah. Kata kunci tentang inflasi modern adalah para pihak membangun momentum internal dan biaya untuk menghentikannya.


Ada beberapa macam inflasi yaitu :


1)       Inflasi Inersial
Inflasi jenis ini adalah gerakannya lamban. Di Amerika Serikat sendiri gerakan inflasinya sangat cepat dan cenderung bertahan pada tingkat inflasi yang sama. Berbeda dengan inflasi inersial yang lamban, namun apabila dikagetkan oleh suatu sebab, maka akan lari cepat dan berhenti pada titik baru dimana inflasi tersebut tetap berada disitu sampai dengan ada penyebab yang membangunkan inflasi tersebut.
Perekonomian terus berjalan pada tingkat inflasi inersial, dimana selalu menyesuaikan pada harapan tiap orang. Tingkat inflasi ini built in akan cenderung bertahan hingga terjadi goncangan yang menyebabkan bergerak naik turun.
Ketika inflasi bertahan pada tingkat yang sama untuk beberapa waktu,   dan  dalam perekonomian cenderung mendorong inflasi bergerak naik turun. Ekonomi selalu sebagai subyek untuk merubah permintaan keseluruhan, lonjakan minyak, perubahan harga komoditas, gagal panen, pergerakan nilai tukar dan peristiwa-peristiwa ekonomi lainnya yang menekan inflasi jauh ditingkat inersial.
2)        Inflasi Tarikan Permintaan (demand pull inflation).
Inflasi tarikan permintaan terjadi ketika permintaan keseluruhan naik lebih cepat  dari pada potensi ekonomi produktif, sehingga harga menaik kekeseimbangan dimana curva permintaan naik kekanan. Akibatnya permintaan dolar akan meningkat hal ini apabila bahan-bahanmakanan, komoditas diimpor dari luar negeri sehingga menimbulkan inflasi.




2.2.   Teori Kuantitas
Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1 persen menyebabkan 1 persen tingkat inflasi, selaras dengan persamaan Irving Fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi menyebabkan kenaikan 1 persen tingkat bunga nominal. (Mankiw, Gregory. 2007, hal 90).
Pendapat Boediono (2012, hal 161), teori ini menitik beratkan kepada jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga barang dan jasa.
Teori kuantitas membahas masalah inti yaitu :
a.    Inflasi, hanya bisa terjadi apabila ada penambahan volume uang yang beredar, sehingga kenaikan harga karena musim paceklik atau gagal panen, maka harga akan meningkat tetapi sementara, setelah itu setabil kembali.
b.    Inflasi ditentukan oleh laju uang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga dimasa mendatang.
3.   Jumlah Uang Beredar M2
Jumlah uang beredar merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan inflasi yang sangat erat kaitannya dengan permintaan uang. Setiap negara memiliki kebijakan pengendalian uang beredar untuk menekan laju inflasinya. Teori Fisher, Irving (2006, hal. 160), persamaan kuantitas menurut teori ini adalah jumlah kuantitas uang yang dibutuhkan untuk bertransaksi, semakin banyak uang yang dipegang, maka kuantitas uang dalam perekonomian suatu negara, erat kaitannya dengan uang yang dipertukarkan untuk transaksi. Persamaan Irving Fisher adalah :
M x V  = P x T                                                                                                                        (Rumus 2.6)
M    =  Money in circulation
V     =  Velocity of circulation
P      =  Price
T     = Quantity of trade
Boediono (2012, hal. 85-86). Uang beredar adalah “konsep penawaran uang”, yang dimaksud konsep ini adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat, dan dalam kebijakan makro, maka pembuat kebijakan tidak bisa sendirian, namun dipengaruhi oleh bank umum, dan masyarakat umum.
Pengertian uang ada dua macam :
a.       Uang Kartal, adalah uang tunai yang dikeluarkan oleh pemerintah atau (bank sentral) yang langsung dibawah kekuasaan masyarakat. Uang ini yang dipegang langsung oleh tiap orang, untuk menggunakannya. Bentuk pecahan uang ini berupa “uang kertas” dan “uang logam” disebut uang kartal. Pengertian uang kartal adalah, semua bentuk uang kertas atau uang logam yang berada di luar perbankan (Bank Umum dan Bank Sentral).
b.       Uang Giral, adalah uang beredar berupa seluruh saldo rekening koran (giro) yang dimiliki seluruh masyarakat yang berada di bank Umum.
Rumusan sederhana tentang uang beredar:
M1          = K + D                   Rumus (2.7)
K             = Uang Kartal (uang tunai di masyarakat)
D   = Uang giral (Demand deposit/giro).


Perkembangan dari rumusan ini, bahwa pada kenyataan uang yang disimpan di  simpan di Bank tidak hanya berupa rekening giro, namun juga berupa simpanan tabungan, simpanan deposito berjangka (Time deposit). Rumusan uang beredar menjadi :
M2                 = K + D + T                                                                                                     Rumus (2.8)
Konsep uang beredar (M2) ini disebut broad money, dimana unsur deposito berjangka dan simpanan tabungan ikut didalamnya.
Sifat simpanan (tabungan, deposito) yang sewaktu waktu dapat di uangkan, maka disebut quasi money  atau near money yang sifatnya mendekati seperti uang tunai.


4.     Harga BBM


Faktor lain yang mempengaruhi inflasi adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), sebab BBM merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk alat transportasi dan kebutuhan lainnya, sehingga setiap kenaikan BBM akan menyebabkan harga-harga barang dan jasa di pasaran akan meningkat, bahkan kenaikannya lebih besar dari kenaikan BBM yang ditentukan oleh pemerintah, hal ini juga dapat terjadi karena adanya faktor kelangkaan cadangan BBM, sehingga sangat berpengaruh pada permintaan yang mendorong tingginya harga BBM tadi.
Menurut konsep permintaan agregat, yaitu aktivitas ekonomi berkaitan dengan pengeluaran masyarakat, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor pemenuhan konsumsi masyarakat antara lain kebutuhan BBM yang meningkat secara terus menerus. Peningkatan aktivitas ekonomi di masyarakat yang tidak seimbang, maka akan mendorong budaya konsumtif di masyarakat. Pertumbuhan PDB Indonesia apabila dicermati saat ini didorong oleh konsumsi tinggi, sementara kegiatan produktif di masyarakat justru menurun. Contoh budaya konsumtif antara lain penggunaan BBM bersubsidi secara nasional sulit di kendalikan, menyebabkan dampak makro ekonomi negatif. (Henry Faizal Noor, 2013, hal. 232).
Pasca krisis keuangan yang diawali dari jatuhnya mata uang bath di Thailand tahun 1997, Indonesia terimbas krisis keuangan, hingga akhirnya menjadi pasien IMF. Pada bulan April 1998 Indonesia dan IMF menyepakati 50 butir LoI dan memorandum “Kebijakan Ekonomi Keuangan” diantaranya penghapusan subsidi BBM secara bertahap. Kenaikan harga BBM di pasar internasional dari 45 dolar AS per barel diawal tahun 2005 menjadi 70 dolar per barel sangat tidak menguntungkan Indonesia. Indonesia walaupun sebagai anggota negara-negara pengekspor minyak (OPEC) namun tercatat sebagai negara pengimpor BBM terbesar di Asia, jauh melebihi Jepang yang bukan penghasil minyak mentah. Dengan demikian meningkatnya harga BBM sebagai pencabutan bertahap subsidi pemerintah yang sudah mengalami defisit APBN, akan menimbulkan inflasi. Tulus Tambunan. (2012, hal.34).


5.     ICOR


Komite Ekonomi Nasional / KEN (2012, hal.3), ICOR merupakan kebutuhan investasi terhadap peningkatan 1 persen produk domestik bruto (PDB). Artinya, bila ICOR = 5,3 persen maka untuk meningkatkan PDB sebesar 1 persen membutuhkan investasi sebanyak  5,3 persen dari PDB. Berdasarkan perhitungan yang pernah dibuat oleh KEN, ICOR Indonesia rata-rata di bawah 5 persen sejak 2004 sampai 2008. Namun sejak 2009 sampai 2012, ICOR Indonesia rata-rata berada di atas 5 persen.
ICOR kepanjangan dari Incremental Capital Output Ratio, adalah perbandingan Investasi dibagi PDB terhadap pertumbuhan ekonomi (BPS : 2010).


      
ICOR, merupakan dana yang dibutuhkan pada pelaksanaan investasi, maka perlu pengawasan agar pelaksanaan investasi bisa berjalan dengan baik dan tepat pada waktunya. Buruknya infrastruktur yang menunjang investasi, kurang baiknya birokrasi sehingga biaya perijinan menjadi mahal, banyaknya korupsi serta waktu penyelesaian pengerjaan proyek menjadi lama, dan apabila tidak ada tambahan investasi, berarti proyek terhenti maka inflasi akan meningkat. Hal ini menyebabkan biaya tinggi, dan merugikan masyarakat penikmat fasilitas umum, seperti tertundanya pembagunan BKT, Monorail, Hambalang dan lain-lain.
ICOR semakin besar, maka dana investasi untuk membiayai proyek pembangunan misalnya jalan tol, fasilitas publik makin besar dan meningkatkan inflasi, maka hal ini  membuat produktivitas menurun, dan banyak biaya serta uang terbuang karena molor waktunya, ketika inflasi tinggi diatas moderat, maka perekonomian akan terhambat.
Menurut Yuyun Wirasasmita (2012, hal. 5), Apabila ICOR meningkat, maka pertumbuhan ekonomi menurun, karena terjadi kebocoran sehingga harga-harga menjadi mahal dan tidak efisien, maka inflasi meningkat. Oleh sebab itu dalam penyelesaian belanja investasi (aggregate demand) untuk mencapai pertumbuhan PDB tertentu, penyediaan dana untuk investasi perlu dikontrol dan dievaluasi. Apabila ICOR meningkat, investasi menjadi tidak efisien terjadi pemborosan, maka menimbulkan kenaikan inflasi.


                               


Pengertian suku bunga kredit adalah suku bunga pinjaman yang di keluarkan oleh BI kepada para pelaku usaha. Tingkat bunga pinjaman yang semakin rendah, maka akan meningkatkan aktivitas produksi, sebaliknya semakin meningkatnya suku bunga kredit, maka biaya akan meningkat dan output berkurang akan mendorong kenaikan harga di pasaran. Tingkat bunga pinjaman ini dapat digunakan sebagai instrumen atau alat kebijakan untuk mengatur jumlah dan arah investasi, sekaligus bagi pemerintah sebagai pengawasan inflasi. Sektor-sektor yang dianggap strategis dapat didorong perkembangannya melalui investasi dengan menggunakan kredit prioritas dengan suku bunga yang rendah, bilamana perlu dapat diberikan subsidi oleh pemerintah. Di Indonesia kredit prioritas diberikan kepada pengusaha atau pedagang ekonomi lemah dapat berupa kredit investasi kecil (KIK), kredit modal kerja permanen (KMKP), dan beberapa perusahaan PMDN. Bunga yang dikenakan lebih kecil dari bunga kredit umum. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi, dalam rangka menyejahterakan masyarakat melalui pemerataan pendapatan (Eddy Soegiarto dan Mardyono. 2011, hal. 100).


7.     Kurs


Kurs adalah sistem pembayaran internasional, yang dinyatakan dalam bentuk nilai tukar mata uang satu negara dengan mata uang negara lainnya yang melakukan transaksi perdagangan internasional. Salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi adalah nilai tukar uang suatu negara, apabila nilai tukar negara pengimpor bahan mentah dan barang modal produksi merosot, maka yang terjadi adalah defisit perdagangan dan menimbulkan biaya tinggi karena tidak efisien serta mendorong harga pokok produksi meningkat, akibatnya kuantitas produksi menurun dan menimbulkan harga jual barang di pasaran meningkat.
Menurut Masngudi (2012, hal.2), sistem kurs devisa, dimana dibedakan kurs devisa tetap (fixed change rate) dan kurs devisa mengambang ( floating exchange rate).
Konsep penawaran agregat, yaitu aktivitas ekonomi berkaitan dengan kegiatan total produksi negara yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor produksi. Pergeseran penawaran output yang meningkat atau menurun disebabkan efisien atau tidaknya harga input bahan mentah untuk proses produksi antara lain, bahan mentah, harga barang modal seperti mesin-mesin, biaya–biaya ini di Indonesia  sekarang ditentukan oleh kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sebagai penunjang jalannya proses produksi. (Sadono Sukirno : 2012, hal.248)


           



Pengertian Terms of Trade (TOT), adalah rasio harga barang ekspor dan harga barang impor, asumsi barang yang diperdagangkan hanya dua jenis. Dan apabila perdagangan ini hanya dilakukan oleh dua negara maka mitra dagang tersebut akan merupakan satu-satunya pengimpor dari barang yang diekspor negara tersebut.
Terms of Trade merupakan dasar tukar antara ekspor dan impor, sangat penting dibicarakan dalam perdagangan internasional.
Menurut Nopirin (2012, hal. 71), dasar tukar ini mempengaruhi tingkat kesejahteraan suatu bangsa dan sekaligus sebagai alat ukur posisi perdagangan luar negeri suatu bangsa.





Investasi adalah penanaman modal berupa pembelanjaan barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa dalam perekonomian. Investasi atau pembentukan modal merupakan komponen  permintaan agregat dalam aktivitas makro ekonomi.
Henry Faizal Noor, ( 2013, hal. 37), berpendapat bahwa aspek-aspek investasi menurut jenisnya adalah :
a.       Investasi langsung (direct investment) : investasi pada faktor produksi yang menghasilkan aneka barang, dan jasa untuk keperluan konsumsi masyarakat atau disebut investasi pada sektor riil.
b.       Investasi tidak langsung (indirect investment) : investasi bukan pada faktor produksi, tetapi pada sektor keuangan (financial investment) seperti deposito, saham, obligasi dan sejenisnya yang menghasilkan jasa keuangan, termasuk SUN, baik yang konvensional maupun syariah (sukuk) dan investasi pada surat berharga lainnya.
Menurut kepemilikan penanaman modal di Indonesia ada dua macam :
a.     PMA (investornya orang asing dalam bentuk Badan Usaha).
b.    PMDN (investornya adalah WNI baik bentuk perorangan maupun  badan usaha).
Sehingga jelas sekali bahwa investasi asing langsung menurut teori ini, adalah pemindahan aliran dana dari kepemilikan orang asing yang masuk ke negara tujuan investasi dan beroperasi di sektor riilnya dalam suatu aktivitas ekonomi yang berupa kegiatan produksi nasional.
Menurut Krugman, Paul (2004, hal. 214), yang dimaksud Penanaman Modal Asing Langsung (foreign direct investment) / FDI adalah suatu arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas operasi atau jaringan bisnisnya di negara-negara lain. Ciri yang menonjol dari FDI ini adalah melibatkan bukan hanya sumber daya, tetapi juga memberlakukan pengendalian asing (pemilik modal itu). Cabang ataupun anak perusahaan tidak hanya diikat dengan kewajiban finansial kepada induk perusahaannya, akan tetapi secara keseluruhan ia adalah bagian integral dari struktur organisasi perusahaan induk, sehingga cabang atau anak perusahaan ini merupakan perpanjangan tangan dari perusahaan induk yang berada di negara asalnya, dan segala keputusan puncak diambil dari pusat.
FDI di Indonesia sebagian besar merupakan kepemilikan penuh atau hampir penuh dari sebuah perusahaan luar negeri. Pemberian lisensi dan penggunaan teknologi tinggi dari luar negeri merupakan salah satu bentuk investasi langsung. Namun istilah FDI tidak termasuk di dalamnya yang terkait investasi asing di bursa saham.
Di era globalisasi ini FDI memegang peran penting dalam internasionalisasi bisnis. Perubahan yang sangat besar telah terjadi baik dalam segi ukuran, cakupan, dan metode-metode FDI dalam beberapa dekade terakhir. Perubahan-perubahan ini terjadi karena adanya perkembangan teknologi, pengurangan batasan bagi investasi asing dan akuisisi dari banyak negara, serta deregulasi dan privatisasi di berbagai industri. Berkembangnya sistem teknologi informasi dan komunikasi global memungkinkan manajemen investasi langsung dapat dilakukan dengan jauh lebih cepat dan semakin mereduksi cost transaksi. (Deviana Anesya 2010, hal 2).


10.  Pengangguran


Dornbusch, Rudiger & Ficher, Stanley (1984,hal.486), permasalahan pengangguran tidak terlepas dari pengaruh inflasi. Munculnya kebijakan bank sentral seperti di Amerika Serikat tentang pengawasan inflasi yang dibarengi penerapan kebijakan uang ketat terhadap angka pengangguran, dengan segala konsekuensinya, bahwa pelaksanaan peraturan kebijakan uang ketat untuk pemberantasan inflasi dampaknya kepada munculnya bentuk-bentuk pengangguran.
Beberapa tujuan para pembuat kebijakan ekonomi adalah mencapai tingkat inflasi yang rendah dan pengangguran juga rendah, namun demikian pada kenyataannya kedua tujuan tersebut berlawanan arah, saling bertentangan. Mankiw, Gregory (2007, hal. 375).
Sebagai ilustrasi ketika para pembuat kebijakan ekonomi memperbesar permintaan agregat, kebijakan ini akan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek ke titik output yang tinggi dan tentu pada tingkat harga yang tinggi pula. Output yang lebih tinggi menunjukkan pengangguran lebih rendah. Sebaliknya tingkat harga meningkat dibanding periode atau tahun sebelumnya, artinya inflasi lebih tinggi. Sehingga para pembuat kebijakan pada jangka pendek akan melihat pertumbuhan ekonomi meningkat sepanjang kurva penawaran agregat, pengangguran akan menurun dan inflasi meningkat. Sebaliknya bila mereka mengontraksi permintaan agregat dan memperlambat perekonomian kebawah sepanjang kurva penawaran agregat kebawah, maka pengangguran akan meningkat dan inflasi menurun. Trade-off inflasi dan pengangguran ini disebut kurva Philips.
Kurva Philips, menerangkan sebagai refleksi dari kurva penawaran agregat (aggregate supply) jangka pendek, artinya ketika para pembuat kebijakan ekonomi menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek, maka inflasi akan bergerak bersamaan pengangguran pada posisi berlawanan. Kurva Philips (Philips curve), menjelaskan bahwa tingkat inflasi dipengaruhi oleh :
a.       Inflasi yang diharapkan
b.       Pengangguran tingkat siklis
c.        Peningkatan penawaran

11. Daya beli masyarakat
Teori ini membahas masalah daya beli masyarakat (purchasing power) merupakan kekuatan dan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya dalam bentuk  barang dan jasa yang dibutuhkan pada harga dan waktu tertentu.
Sadono Sukirno (2007, hal. 56), apabila  membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di beberapa negara berdasarkan tingkat pendapatan perkapitanya, maka secara sadar atau tidak sebenarnya khalayak menganggap bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat dicerminkan dari pendapatan per kapita masyarakat tersebut.
Pada kenyataannya pendapatan masyarakat perkapita, masih digunakan sebagai acuan kesejahteraan tersebut hingga sekarang, yang dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat. Demikian sebaliknya apabila pendapatan tetap, ketika terjadi kenaikan harga yang terus menerus, maka daya beli akan merosot.
Daya beli masyarakat yang meningkat untuk membeli barang yang diminta di suatu tempat yang lazim disebut pasar dengan biaya dan periode tertentu. Daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap dan golongan tidak mampu akan menurun apabila harga-harga barang terus menerus naik di setiap kategori komoditas di pasar. Daya beli masyarakat diukur dari pendapatan per kapita


                                      


Daya beli masyarakat dipengaruhi permintaan masyarakat, pertumbuhan ekonomi sebagai akibat  perubahan daya beli masyarakat akan berimplikasi kepada kesempatan kerja.
Sudarsono (1995, hal. 69), permintaan masyarakat juga dinamakan permintaan pasar dimana fungsi permintaan yang berhasil dirumuskan didasarkan atas perilaku konsumen individual. Kumpulan permintaan-permintaan individual membentuk permintaan pasar.
Hukum permintaan:
Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat.”
Sebagai kelengkapan penelitian ini, disertakan judul penelitian, variabel penelitian, persamaan, dan perbedaan  penelitian terdahulu yang masih relevan  dengan penelitian ini dalam bentuk tabel sebagai berikut:




Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu yang relevan

No
Peneliti dan Judul
Variabel
Persamaan
Perbedaan
1
Beta-Yulianita Laksono
“Faktor-faktor Yang mempengaruhi Inflasi di Indonesia (2005)”

Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Persamaan penelitian ini menggunakan faktor Inflasi dengan tujuan  Penelitian antara lain :
Kebijakan Moneter  dalam mencapai tingkat Inflasi yang diharapkan dalam perekonomian
1.    Variabel yang diteliti : Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian Ini Inflasi, FDI, Pengangguran dan Daya beli masyarakat
2.    Tujuan: Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal untuk analisis Inflasi.
      Penelitian ini untuk menganalisis Inflasi melalui Kebijakan moneter.
2
Willem A. Makaliwe
“Relevansi Nilai Tukar pada transmisi moneter pencapaian pertumbuhan output dan kestabilan Inflasi dan perbandingan regim nilai tukar (2007)”
Nilai Tukar, Pertumbuhan Output dan Inflasi
Persamaan penelitian ini menggunakan faktor-faktor Nilai tukar dan  Inflasi dengan  tujuan Penelitian antara lain : Mengkaji dan menganalisis hubungan nilai tukar terhadap pertumbuhan output dan Inflasi
      Variabel yang diteliti adalah Nilai tukar, Pertumbuhan Output dan Inflasi, sehingga dapat diketahui pengaruh nilai tukar, pertumbuhan output terhadap Inflasi.
      Penelitian ini :Variabel yang diteliti Faktor- faktor Inflasi, Inflasi, FDI, Pengangguran dan Daya beli masyarakat, sehingga dapat diketahui pengaruh faktor-faktor yang mana kuat mempengaruhi Inflasi dan dampaknya terhadap Daya beli masyarakat

3
Analisis Karno           “Faktor-faktor Yang mempengaruhi FDI di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura (2012)”

PDB, Inflasi, suku bunga, IHSG, Infra struktur, ekspor, nilai mata uang dan FDI
- Persamaan penelitian
 ini menggunakan
faktor-faktor Inflasi,
Suku bunga pinjaman,nilai mata
uang dan FDI dengan tujuan Penelitian
antara lain untuk
mengkaji dan meng- analisis PDB, Inflasi, Suku bunga kredit,  IHSG,nilai mata uang terhadap FDI secara simultan
~  PDB,Inflasi,Suku bunga kredit, IHSG, Nilai mata uang terhadap FDI secara parsial

1. Variabel penelitian
     adalah PDB, Inflasi,
     Suku bunga, IHSG,
     Infrastruktur, Ekspor,
     nilai mata uang dan
     FDI. Menganilisis
     pengaruh faktor-faktor tersebut hanya kepada FDI  dan dibandingkan
      dengan Asean. 
      penelitian ini variabel
      penelitian Faktor-
      faktor M2, Harga
      BBM, ICOR, Suku
      Bunga Kredit, Kurs
      dan TOT terhadap
      Inflasi. Inflasi
      pengaruhnya terhadap  FDI, Pengangguran.
      dampak terhadap Daya beli masyarakat di       Indonesia.
2. Obyek Penelitian Asean
    Penelitian ini  :
    di  Indonesia.      
4
Agnes Sediana Milasari D
“Analisis dampak Inflasi Tinjauan Literatur (2010)”


Nilai Tukar, Inflasi.
Persamaan penelitian ini menggunakan faktor-faktor Nilai tukar dan Inflasi  dengan tujuan Penelitian antar lain : mengkaji dan menganalisis  pengaruh nilai tukar terhadap Inflasi?
1.    Variabel penelitian meliputi Nilai Tukar dan Inflasi
     Penelitian ini : Inflasi, FDI, Pengangguran, dan Daya beli masyarakat
2.    Obyek Penelitian : Kajian litertur. Penelitian ini melalui data sekunder BI, BPS, BKPM, Bappenas, dan Kementerian Tenaga Kerja.
5
Nandang Utama
“ Dampak Kebijakan Harga Minyak Terhadap Daya Beli Masyarakat. Nopember 2008 (Jurnal dalam negeri)”


Harga BBM, Daya Beli
Persamaan Penelitian ini menggunakan faktor Daya Beli  dengan tujuan Penelitian antara lain untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh kenaikan BBM terhadap Daya Beli?
1.    Variabel penelitian dan Kesimpulan :Kebijakan pembangunan ekonomi memiliki ranah (domain) meliputi bagaimana penggunaan sumberdaya regional, tenaga kerja, modal, teknologi dan sosial untuk menghasilkan output yang selalu harus naik. Dampak lingkungan yang timbul berakumulasi pada kesejahteraan masyarakat. Maka kesulitan ekonomi timbul, karena daya beli turun setelah Pemerintah menetapkan kebijakan kenaikan harga BBM.
Penelitian ini : Dampak Kenaikan BBM signifikan terhadap Inflasi. Implikasinya berpengaruh secara parsial negatif terhadap daya beli masyarakat.
2.    Data penelitian hanya pada s.d 2008. Penelitian ini dari tahun 1982-2013.
6
Putri Tirta EnistinSipayung & Made Kembar Sri Budhi
“Pengaruh PBD, Nilai Tukar dan Jumlah Uang Beredar terhadap Inflasi periode 1993-2012
Jurnal Ekonomi dalam negeri”
PDB, Nilai Tukar Rupiah terhadap dolar AS, Jumlah Uang Beredar (M1), dan Inflasi
1). Persamaan penelitian ini menggunakan faktor-faktor Nilai tukar, Jumlah uang beredar dan Inflasi, dengan  tujuan penelitian antara lain : untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh Nilai Tukar, dan jumlah uang beredar secara simultan terhadap tingkat Inflasi pada tahun 1993-2012
2).Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh  Nilai Tukar, dan jumlah beredar secara parsial terhadap tingkat Inflasi pada tahun 1993-2012?

1.     Variabel Produk Domestik Bruto (PDB) dan Jumlah uang beredar (M1) tidak berpengaruh secara parsial terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia periode 1993-2012. Nilai Tukar berpengaruh signifikan dan positif terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia periode 1993-2012. Variabel nilai tukar dikethui sebagai variabel berpengaruh paling dominan terhadap tingkat Inflasi di Indonesia periode 1993-2012 jika dibanding dengan PDB dan Jumlah uang beredar.
Penelitian ini : pengaruh  paling dominan Kurs, Suku bunga Kredit, Harga BBM, M2 terhadap Inflasi di Indonesia.           
7
Ni-Komang opianti &A.A. Ketut Ayuningsasi
“Jurnal Akademik : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi, Dan Upah Minimum Terhadap Jumlah Pengangguran di Bali. (April, 2013)”
Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi, Upah Minimum dan Pengangguran di Bali
1.    Persamaan penelitian ini menggunakan faktor-faktor Inflasi dan Pengangguran  tujuan Penelitian antara lain: untuk mengkaji dan menganalisis Tingkat Inflasi, Upah Minimum secara serempak berpengaruh terhadap Pengangguran di Bali pada tahun 2004-2010?
2.    Untuk mengkaji dan menganalisis Tingkat Inflasi, Upah Minimum, secara  parsial berpengaruh terhadap Pengangguran di Bali pada tahun 2004-2010?
3.    Persmaan mengukur dominansi dari variabel Pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan Upah minimum yang berpengaruh terhadap pengangguran di Bali tahun 2004-2010?
1.    Variabel   independen
       pertumbuhan ekonomi,       tingkat inflasi, dan upah minimum terhadap
      pengangguran di Bali
      pada tahun 2004-2010
    Penelitian ini : Variabel independen FDI, Inflasi terhadap pengangguran di Indonesia.
2.    Secara parsial variabel pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan upah minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran di Bali pada tahun 2004-2010
    Penelitian ini : Inflasi secara parsial tidak signifikan terhadap pengangguran.
3.    Variabel yang berpengaruh dominan adalah variabel inflasi dimana dilihat dari tabel standardized coefficient beta nilai tingkat inflasi sebesar 26 persen secara positif mempengaruhi jumlah pengangguran.
    Penelitian ini : secara nasional Inflasi  berpengaruh signifikan terhadap FDI ,pengangguran di Indonesia
8
Patra, Sudhakar, Sahu dan Kabita Kumari
“Inflasi dan Jaringan Ekonomi Makro di Kawasan Asia Selatan (Jurnal Ekonomi Internasional 2012)
Inflasi dan PDB
Persamaan variabel yang diteliti adalah Inflasi dengan tujuan penelitian, untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh Inflasi terhadap PDB.
1.    Variabel yang digunakan dan Kesimpulan:Inflasi yang tinggi akan mempengaruhi ketidakstabilan PDB di Negara-negara Asia Selatan.  
 Penelitian ini : Inflasi tinggi menurunkan Daya beli (PDB/kapita)                     
2.    Kebijakan Makro yaitu Moneter harus bersinergi dengan kebijakan Fiskal dalam menyetabilkan Inflasi di angka 4 persen/ tahun
3.    Penelitian ini : stabilitas inflasi akan ditekan di angka 5-6 % untuk menarik FDI
4.    Obyeknya di Asia Selatan.
      Penelitian ini di Jakarta.
9
Russia & CIS Food And Agreeculture weekly
“Jurnal Internasional : Official Documents and Commentaries forecast Inflasi June 2013, Jurnal Ekonomi Internasional”
Konsumsi dan Inflasi
Persamaan penelitian ini menggunakan faktor Inflasi dengan tujuan penelitian antara lain : untuk mengkaji dan menganalisis Pengaruh Konsumsi (permintaan agregat) terhadap Inflasi di Rusia ?
1.    Variabel penelitian dan temuan :Indikator Konsumsi sangat mempengaruhi tingkat Inflasi di Rusia Kenaikan inflasi rata-rata 6,2 persen dari target 5-6 persen karena faktor kekurangan sediaan pangan mengakibatkan inflasi menaik
     Penelitian ini : Inflasi moderat di Indonesia 5-8% berpengaruh positif terhadap FDI
2.    Obyeknya di Rusia. Penelitian ini : di Indonesia
10
Hossain dkk
“Jurnal Ekonomi Internasional : Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Bangladesh (2012) Jurnal Ekonomi Internasional”
Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Persamaan Penelitian antara lain menggunakan faktor inflasi untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh Inflasi Terhadap Pertubuhan Ekonomi di Bangladesh?
1.    Variabel yang digunakan dan hasil temuan :
     Dengan analisis kausalitas ditemukan bahwa Inflasi yang ditunjukkan oleh Deflator GDP, mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Bangladesh
      Penelitian ini :  ditemukan pengaruh secara parsial negatif Inflasi terhadap PDB/ kapaita atau Daya beli masayrakat di Indonesia
2.    Obyeknya di Bangladesh. Penelitian ini  : di Indonesia.
11
Vala, Yuvrajsinh
“Jurnal Ekonomi Internasional : Adakah hubungan antara Harga Komoditi dan Kebijakan Moneter di India (2013) Jurnal Ekonomi Internasional”
 GDP, Inflasi, Bunga Bank dan Peredaran Uang
Persmaan penelitian ini menggunakan faktor Inflasi, Bunga Bank, Jumlah uang beredar untuk tujuan  antara lain untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh, Inflasi, Bunga Bank dan Jumlah Uang beredar terhadap GDP
1.    Variabel penelitian
     Bunga Bank, Jumlah
     uang beredar
      berpengaruh signifikan
      terhadap Inflasi
     dan pertumbuhan GDP    di India
2.     Penelitian ini :  Pengaruh
 simultan dan parsial      M2,
      Harga BBM, ICOR,
      Suku   bunga kredit,        Kurs, TOT
terhadap Inflasi.
3.     Obyek penelitian di
     India. Penelitian ini : di  Indonesia.
12
 Alalaya, Mohammad dan Eiad Bashaer Al Hyasat
“ Jurnal Ekonomi Internasional : Purchasing Power Parity Analysis through Co Integration Evidance From Yordan (1987-2009), Jurnal Internasional.
Inflasi-CPI dan GDP dan PPP diukur dari tingkat upah
Persamaan penelitian ini menggunakan faktor Daya beli masyarakat (PPP) dengan tujuan Penelitian antara lain untuk mengkaji dan menganalisis : pengaruh variabel independen Inflasi-CPI dan GDP terhadap variabel independen Upah (Wages)
1.     Variabel Independen
      variabel Inflasi-CPI
      dan   GDP tidak
      terdapat hubungan
      yang signifikan
      Penelitian ini : antara Inflasi dan FDI berpengaruh positif  dan signifikan.
13
Rossiter, Rosemary D
Stable cointegrating regressions : Fully-modified estimates for inflation and employment cost indices (1997) Jurnal Ekonomi Internasional”
Inflasi dan Biaya Tenaga Kerja
Persamaan penelitian ini menggunakan faktor Inflasi untuk tujuan penelitian mengkaji dan menganalisis  hubungan inflasi dengan biaya tenaga kerja
1.    Variabel yang digunakan Inflasi, FDI, Pengangguran dan Daya beli masyarakat Indonesia. Terdapat hubungan searah dan konsisten antara inflasi dan biaya tenaga kerja sesuai pendekatan teori Philip (1995)
2.        Penelitian ini : terdapat hubungan searah antara  vaiabel Inflasi terhadap Pengangguran. Sehingga kurva Philips tidak berlaku di Ind.
3.    Obyek Penelitian di Amerika. Penelitian ini di Indonesia.



Berdasarkan teori-teori dan penelitian terdahulu yang masih relevan diatas, maka posisi penelitian ini adalah:
Menggabungkan teori inflasi demand pull inflation berupa faktor-faktor Jumlah Uang Beredar M2, Harga BBM, ICOR dan cost push inflation berupa faktor-faktor Suku Bunga Kredit, Kurs dan Terms of Trade sehingga diperoleh temuan baru, merupakan penelitian yang belum dilakukan oleh peneliti lain. Penggabungan jenis Inflasi (demand pull inflation & cost push inflation) yang memengaruhi Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran serta dampaknya kepada Daya beli masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, maka posisi penelitian ini menggantikan teori yang ada dari penelitian-penelitian terdahulu, yaitu mengembangkan, memperkaya pendekatan  teori baru yang adaptif dengan konteks Indonesia.































No comments: