Monday, September 8, 2008

Energi Tangguh, bagi siapa?


Kasus energi tangguh yang akhir-akhir ini menjadi ramai dibicarakan, apa yang menjadi pokok masalahnya dan apa akibatnya bagi negara?
Seperti yang di lontarkan pakar minyak ITB Dr.-Ing. Ir. Rudi Rubiandini, hari ini, ada tindakan yang salah dari pemimpin bangsa ini, pasalnya saat panik dalam mekanisme penjualan Gas. Indonesia sebagai penjual menerima tekanan dari pembeli ( Bayers Market).... Harga gas sendiri berkisar antara 1/10 sd 1/15 dari harga minyak. Artinya apa? Harga gas ikut naik atau turunya seiring perubahan harga minyak dunia.Pada saat itu pesaing Indonesia cukup banyak, sehingga Pemerintah menjual dengan formula Gas = 0,0525x Oil +1,34. Tetapi harga OIL dibatasi minimum USD 15 dan max USD 25.
Dan telah dinegosiasi, menjadi USD 39, berarti harga gas dari USD 2,5 hanya berubah menjadi USD 3,9 saja. Hal ini sangat merugikan negara, karena kontrak di teken selama 25 tahun dan di ikat dengan harga yang sangat rendah. Nah ketika harga minyak dunia lebih dari USD 100 dan harga Gas di pasaran berkisar USD 10 - USD15..... Berarti kerugian akan sangat-sangat besar. Lebih anehnya pada saat itu para tim ekonomi yang ada di pemerintahan kok tega menyetujui batasan maximum di harga USD 25, padahal tak ada seorangpun yang bakal tahu harga oil berubah seperti apa selama waktu yang cukup lama sd 25 tahun tersebut. Seyogyanya harga Oil menggunakan harga pasar, sehingga penetapan harga gas kita akan adil bagi kedua belah pihak.


No comments: