Thursday, September 18, 2008

Banjir dan Gempa Yogya- Jateng


Awal tahun 2006 hujan yang berhari-hari, dan udara mendung hampir satu bulan menyelimuti kota Jakarta. Tidak disangka Jakarta bisa dikatakan terendam air. Bahkan gedung Telkom di Kuninganpun sempat pagarnya jebol dan listrik padam. Kelapa Gading kembali terendam, begitu pula Jakarta Timur. Setelah hujan mulai agak mereda aku dan sopir nekad pergi ke kantor, sampai di Kalimalang ujung mobil Taft tersebut dikepung air yang makin tinggi, sialnya kami terjebak di tengah jembatan. Air semakin tinggi dan mobil bisa lolos namun mandeg diterowongan Cawang. Sambil ketar ketir sopir suamiku sudah cemas. Apabila terus kearah Cililitan berarti menyongsong bencana. Semua mobil panik dan pelan-pelan kami putar dan lawan arus, setelah berhasil tiba-tiba ada bus PPD dari arah Tanjung Priok yang mogok. Kami pasrah sambil usaha mencari jalan terobosan dalam waktu dua jam, sambil terus berdoa. Akhirnya mujizatpun datang, kami lolos dan kembali pulang ke rumah.

Belum sembuh dari perasaan sedih, dalam tahun yang sama kita semua di kejutkan oleh berita yang menyedihkan. Yogyakarta dan Jawa Tengah diterjang gempa bumi. Telp terus berdering dari sanak saudara. Saya dan almarhum Riswanda Imawan, pakar ilmu politik UGM, SMS dan terus memantau situasi. Begitu pula guru spiritual Solo pak Wisnu Agung Dipo tidak henti-hentinya menyebut nama Allah, karena dilokasi beliau terus mengurus mayat yang bergelimpangan.
Disela-sela pembukaan Mukernas APPSI Pedagang Pasar ke 2, yang dihadiri Presiden SBY, kutinggalkan acara inti tersebut dan kami beberapa Manajer Mustika Ratu memutuskan untuk menyalurkan bantuan sekedarnya. Kami dari Jakarta dibantu anak-anak cabang Semarang dan Solo akhirnya sampai lokasi. SMS Riswanda menceritakan ia dan mahasiswa UGM hampir mati di kali Anget karena menolong orang-orang disana. Kami sendiri ditengah sengatan matahari mendirikan tenda untuk pengungsi. Saking antusiasnya dan lupa tentang tali temali, tenda tentara yang kami bawa tidak kunjung berdiri. Lalu saya perintahkan Lilis asistenku, untuk minta tolong dari regu PMI yang kebetulan baru sampai. Sekali tarik tenda berdiri, lega rasanya, sambil malu-malu kami mengucapkan terimakasih.
Rute berikutnya kami ke Gunung Kidul untuk menyalurkan bantuan melalui pamong setempat, dilanjutkan ke lokasi hotel Sherathon Mustika, memberikan bantuan uang, baik dari karyawan maupun perusahaan kepada para karyawan Mustika Ratu yang ada di Yogyakarta.
Seusai dari Yogyakarta mobil dan truk kami menuju Gantiwarno, Klaten Jawa-Tengah. Kami menyalurkan bahan makanan, sarung, sandal, obat-obtan dll.
Karena hari sudah malam, rombongan menuju Solo untuk istirahat. Karena badan capai sebaiknya kami wedangan, lesehan minum jahe dan nasi liwet.
Pagi-pagi saya dan Lilis harus bertolak ke Jakarta, kami berhasil mendarat di Cengkareng dan langsung menuju kantor pusat, karena ada gladiresik RUPS. Mobil kami tiba-tiba mati ditengah jalan tol, sopir tuaku sudah ketakutan kena omelan, klakson mobil-mobil di belakang tambah membuat kacau.
Sopir turun ternyata tutup radiator kelupaan dipasang sewaktu mencuci mobil dirumah. Astaga! Lilis dengan sigap menelpon mobil derek, kami bertiga naik mobil tanpa AC dan pengap bau radiator. Akhirnya dengan basah kuyup sampai juga di kantor pusat Mustika Ratu, dengan selamat. Pengalaman pahit tetapi puas sudah membantu korban bencana......

No comments: