Ho ho ho apa semudah itu, bila dolar naik lalu APBN diuntungkan? Lagi pula prinsip akuntansi selisih kurs itu masuk ke pendapatan (pengeluaran) lain-lain. Dan potensial sifat penggunaannya, tidak serta merta ada keuntungan selisish kurs langsung di eksekusi di uangkan.
Kenyataan sektor riil masih impor barang-barang dari luar negeri , bahan baku, setengah jadi, barang modal mesin-mesin dll. Bahkan beberapa bahan pangan juga masih impor anl, beras, gandum, jagung. Minyak jadi pun juga masih impor, mudah-mudahan bu Mentri sri Mulyani tidak asal-asalan mengungkapkan, ingat stabilitas makro ekonomi seperti kurs mata uang asing, inflasi ada di tangan Gubernur Bank Indonesia, seperti halnya Ben Bernanke Gubernur Bank Central USA.
Tanggapan Dradajd Hari Wibowo yang dihubungi, terhadap berita Kompas hari ini tanggal 15 Sepember, memang ini Pemerintah rejim Pinokio, satu kebohongan ditutup kebohongan berikutnya. Maka lihat hidungnya sudah panjang dari Merauke- Sabang. Contoh jelas, ketika IHSG anjlok, Pemerintah Pinokio memerintahkan BUMN untuk buyback saham-saham pertambangan, perkebunan, untuk apa? Melindungi Emiten-emiten nya antara lain rejim pinokio dan konco-konconya yang mengendalikannya seperti Perusahaan Bumi Resources dll. Dengan uang BUMN untuk membeli kembali, maka selamatlah harta mereka sendiri.
Pendapat Dradjad dibenarkan oleh Rudi Rubiandini pakar perminyakan ITB. Pemerintah ini ahlinya geser-geser angka dalam APBN, tanpa melihat kenyataan Industri -industri domestik sebagian besar masih tergantung bahan-bahan impor.Tidak juga menyadari lifting minyak tetap tidak bertambah, sedangkan kebutuhan terus meningkat.
Senada dengan Rudi dan Drajad, secara terpisah Alvin Lie anggota DPR Kom VII mengatakan, mungkin Menteri keuangan lupa bahwa Minyak yang kita konsumsi adalah impor, dan membutuhkan pembayaran dalam bentuk dolar.
2 comments:
Seandainya DPR seperti pak Dradjad, Rakyat Indonesia akan sejahtera.
He..he .Tulisanya bagus banget, sedikit menyentil sang pinokio.
Post a Comment