Monday, September 15, 2008

Wiranto Ketua Umum Partai Hanura



Pria yang pernah menjabat sebagai orang nomer satu di lingkungan TNI ini, ternyata tidak pelit memberikan pendapat tentang sebuah buku. Nyatanya di sela-sela kesibukan beliau sebagai Ketum Partai Hanura, walau hanya melalui SMS tetap saja meluangkan waktu untuk memberi komentar buku yang berjudul Kanti Redjeki.

Ketika di sodori perumpamaan legenda tentang Dewata Cengkar pemangsa manusia, di kerajaan Pedang kamulan yang akhirnya mati dan dikalahkan oleh Aji Saka, anak kebanyakan yang sakti mandraguna, beliau tidak menepis dengan keadaan sekarang, bisa saja terjadi.

Ketika diminta pandangannya tentang keadaan perekonomian saat ini, beliau hanya berujar, itulah politik pencitraan yang serba hebat dan semua tidak pernah ada matinya. Selanjutnya beliau berbicara masalah situasi yang sangat berat bagi negeri ini, tentang kemiskinan, pengangguran semakin mengkhawatirkan, malah salah satu petinggi negeri ini, mengatakan “ Saat  sekarang inilah keadaan paling berhasil, selama Kemerdekaan RI” Opo tumon? mana lagi ada beberapa yang meninggal, karena memperebutkan zakat sebesar rp. 30.000, memang sudah keterlaluan.....Kataku dalam hati, Sabar saja Pak, Gusti Allah mboten sare (Tuhan tidak tidur). Seperti USA yang adidaya saja kena kasus keuangan "Mortgage dan Lehman Brothers", cepat atau lambat akan limbung sempoyongan, itu karena karma perlakuan tidak adil G.W Bush terhadap Sadam Husein Irak.

Secara terpisah ekonom Dradjad H. Wibowo mengatakan, pidato pemerintah beberapa waktu yang lalu di depan DPR, pemerintah ini mengklaim sudah dapat menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. realitasnya jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Oleh karenanya mari kita teriakan "bersama salahkan realitas" bahwa rakyat yang mengantre zakat dengan mempertaruhkan nyawa itu bukan benar-benar miskin, karena berbeda dengan klaim statistik pemerintah. HIDUP REZIM PINOKIO, hidungnya sepanjang Merauke-Sabang.

1 comment:

Anonymous said...

Menakjubkan ya! Pinokio kan terkenal bohong.