Friday, August 29, 2008

KISAH KIPRAH BU BIDAN DESA KANTI REDJEKI

KISAH KIPRAH BU BIDAN DESA KANTI REDJEKI

Jakarta--bkkbn online : Bidan Kanti Redjeki bukanlah tokoh nasional. Bidan yang lebih dikenal sebagai Bu Widji Pengging itu pun tidak pernah mengenyam pendidikan di luar negeri. Namun pengabdiannya dibidang kesehatan patut diapresiasi.

Kisah Kanti Redjeki dituangkan dalam biografi Kanti Redjeki, Pengabdian Tenaga Medis Tahun 1923-1976 dibedah Senin (10/9) di Jakarta. Buku itu ditulis anak bungsu Kanti, F Sestri Rahardjo, yang kini menjadi salah satu manajer puncak sebuah perusahaan swasta nasional.

Pemerhati masalah kesehatan masyarakat dr Kartono Mohamad mengatakan, kisah Kanti mewakili perjuangan para tenaga kesehatan di garis terdepan dalam upaya meningkatkan kesehatan penduduk pedesaan Indonesia.

Kanti Redjeki lahir di Desa Modjo Wetan, Sragen, Jawa Tengah, pada 15 September 1923, sebagai anak kedua pasangan Wongso Widjojo dan Siti Maryam. Selulus HIS (Hollandsch Inlandsche School) ia meneruskan ke Sekolah Perawat di Surakarta. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Kemantrian dan Sekolah Kebidanan.

Kanti yang menikah dengan Soewidji, meninggalkan jabatan sebagai kepala bidan Rumah Sakit Soerakarta Jebres Tahun 1950 untuk mengikuti suami yang diangkat sebagai mantri Balai Pengobatan Pengging, Kabupaten Boyolali. ia bekerja sebagai bidan di sana.

Di desa itu keluarga Soewidji-Kanti menjadi tokoh masyarakat. Tidak hanya membangun kesehatan penduduk desa yang saat itu masih tertinggal, tapi juga mengembangkan kehidupan olahraga serta seni budaya di desa.

Meski suami meninggal tahun 1962 akibat kecelakaan, Kanti tetap tinggal di Pengging. Ia mengembangkan pelayanan kesehatan. Ia tidak hanya membantu persalinan dan menurunkan angka kematian ibu di desa itu, tetapi juga melakukan penyuluhan penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis, cacar, sampai melayani konsultasi rumah tangga bagi penduduk desa.

Ia rajin berkeliling desa, menengok rumah penduduk dan memastikan mereka sehat. Asyik bekerja keras penuh dedikasi. Kanti mengabaikan kesehatannya. Saat sakit pun ia memaksa diri menolong persalinan dan mengobati pasien. Ia wafat pada usia 53 tahun akibat diabates.

Pembedahan buku lain, Nina Akbar Tanjung, teman semasa remaja Sestri, lebih menyoroti sisi pribadi buku biografi itu.(em). 

BKKBN - Kamis, 13 September 2007

No comments: