Thursday, August 5, 2010

MDG's dalam wacana REDENOMINASI

Mileneum Development Goals, suatu cita-cita tiap negara dalam menyejahterakan warganya,melalui baik peningkatan kesehatan, meningkatkan pendidikan sampai mengurangi angka kemiskinan. Apabila kita menengok Pembukaan UUD'45 secara cermat,maka sandingkan cita-cita semangat mengangkat harkat,kesejahteraan warga negara
melalaui pembanganan perekonomianpun telah termanifes didalamnya.

Mengapa mesti China.
Hasil pengukuran MDG's atas nominasi tiap-tiap negara yang mengamini tercapainya cita-cita tersebut adalah CHINA,dng mengukir record sebagai negara tersukses mewujudkan MDG's tersebut dengan keberhasilannya mewujudkan kondisi PENGURANGAN KEMISKINAN dari 350 juta jiwa ke jumlah separonya unt periode 2009,dan diprediksi angka kemiskinan akan menurun ditahun tahun mendatang.
China negara komunis terbesar di dunia dengan penduduk milyaran,tdk saja mampu mengangkat citra bangsanya melalui Perekonomian tetapi didukung juga dng pengembangan teknologi baik di bidang industri maupun komunikasi. Reformasi birokrasi dilakukan sehingga di era milenium ini investasi di negara tirai bambu tersebut terancam kekurangan energi.Unt memperlambat perekonomian China agar dunia bisa berkembang Ia rela mendevaluasi nilai Yuan thd mata uang asing khususnya Amerika yang menekannya beberapa tahun lalu.Bahkan PDB China melaju hampir 9% di tahun 2009 disaat dunia meradang karena krisis.
Indonesa konon juga mencapai cita-cita tersebut, bedanya terletak pada defacto warga negaranya banyak mengalami kesulitan, terlihat dari rendahnya pengetahuan dan pendidikan yang mengejawantah bentuknya sebagai korban meledaknya tabung gas setiap saat tanpa dapat menghindarinya, karena tidak ada pilihan, pasrahkah? mungkin!

Redenominasi Rupiah.
Dua hari yang lalu sebelum opini ini dituliskan, Pejabat Sementara Darmin Nasution mengungkapkan rencana BI akan meredenominasi rupiah secara bertahap mulai tahun 2012. Penulis tidak mengerti mengapa situasi surplus hanya di cermati dari membaiknya perekonomian dari sektor keaungan,bukan PDB di sektor riil. Dengan demikian penyederhanaan digit rupiah di sinyalir bukan keputusan BI secara tepat dan preoritas, tetapi lebih dari kebingungan unt mengintervensi rupiah agar tidak menguat,walaupun sudah terlambat menembus angka psikologi di bawah angka Rp.9000,- per USD. Ini berkaitan dengan kesepakatan IMF-RI saat krisis tahun 1997-1998 puncaknya.Bahwa RI nenganut Kurs mengambang. Walaupun saat itu Presiden Suharto telah mengajukan rate tetap dalam waktu tertentu atas dasar konsultasi dng Prof.Jeffri namun tetap ditolak IMF.

Solusi.
BI sebaiknya memreoritaskan tugas pokok yaitu mendorong dan kontrol penyaluran kredit karena rupiah menumpuk di sektor keuangan/ SBI,Simpan kepada dunia usaha khususnya UMKM dan mekanisme cepat melalui bank bank komersial,walaupun sebagian besar bank bank kita dimiliki swasta asing. Ke dua menjaga stabilitas inflasi pada angka aman. Ketiga menjaga keselarasan nilai tukar rupiah dengan mata uang asing,untuk kepentingan expor kita.

Terlalu dini melakukan redenominasi saat kemiskinan mengancam khususnya pasca perdagangan bebas kawasan ASEAN-China, kecuali ada agenda khusus kethokan/pemotongan uang seperti tempo dulu th 1965 karena inflasi melebihi 400% atau jangan- jangan inflasi kita memang tinggi tetapi terekam hanya 4-5%.
Belajarlah dari China yang komunis tetapi mengendalikan perdagangan global di setiap lini sektor. Agar Negara kita yang kaya SDA,SDM bisa menguasai salah satu sektor saja mis Agroindustri.Semoga...

7 comments:

Anonymous said...

Kalau memang UUD 45 di terapkan dengan benar , dan di jalankan pasti rakyat Indonesia akan Damai dan sejahtera




Mey ......

yenni 'yendoel' said...

ses, mau menguasai sektor mana..wong di semua sektor selalu ada penyimpangan berlebihan. susah ses.. ujung2nya kasian rakyat. pemerintah china biarpun birokrasi, kkn, korupsi blablabla juga tinggi.. tapi rakyat jadi prioritas juga lho. yah..penyimpangan juga ada tapi gak separah negara kita. gimana yah cara memperbaikinya..aku juga mbuh... susah ses

Francisca Sestri said...

Yen, sungguh sayang dulu Mao mendengarkan Bung Karno di tahun 55 an ketika berkunjung ke China, dan rakyat RRC begitu antusias berbaris dalam jumlah ribuan di lapangan hanya ingin mendengar pemimpin besar revolusi Indonesia. Skr seperti inilah kita tertinggal jauh dari negeri itu. Entah kapan bisa menyejajarkan MDG's yg dicapai China.

May, doakan saja semoga Indonesia cepat mencapai kesejahteraan yg merata sesuai amanat Pembukaan UUD 45, yg begitu luhur ingin mengangkat harkat hidup TIAP Warganya.

N.A.Z said...

BlogWalking dan turut mendoa saja semoga bangsa ini cepat lepas dari segala bencana dan tentunya mulai dari keluarga kita sendiri2..

Salam :
Pengging Princess
Puteri Pengging

Francisca Sestri said...

Mulai dari keluarga dan lingkungan kerja adalah keharusan. Ya semua tentu doa dan kerjakeras dari pemimpin tertinggi, bangsa Indonesia sendiri...maka semua akan membaik.

@call_me_why said...

susah mba..
ga ada saluran untuk yg mau bener.
partai politik ya begitu,
LSM banyak yg ga jelas..
Ormas bisanya rusuh...
Majlis taklim disangka teroris...
....
dalam keyakinanku....
tidak setuju kepada yg buruk adalah selemah-lemah iman
kalo bisa lawan ya lawan,
tidak bisa lawan ya nasehati,
tidak bisa nasehati,ya jangan setujui walau cuma terucap dalam hati....
itulah selemah-lemah iman
dan itulah yg bisa aku lakukan,saat ini......


@call_me_why

Francisca Sestri said...

Wahyu,
Bagaimanpun tetap mengedepankan musyawarah mufakat, karena itu jalan damai. Mmg keadaan sdh blur, saatnya akan tiba terbaik untuk bangsa kita yng skr sdh tidak jelas arah karena ada tangan2 tersembunyi...Baru kalau terpaksa pasti jln lain.