Thursday, October 2, 2014

Pengaruh Faktor-Faktor Inflasi Terhadap FDI dan Pengangguran Dampaknya kepada Daya Beli Masyarakat di Indonesia



IV.  HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Penelitian
A.1. Pengujian Hipotesis Model

1.       Pengujian Hipotesis Model 1

        Tahap selanjutnya pengujian hipotesis model 1, untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor Jumlah Uang Beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of trade (TOT) terhadap Inflasi, melalui regresi linier berganda, yang menunjukkan hubungan kausalitas antara variabel-varibel independen dan variabel dependen adalah sebagai berikut:
Persamaan Model 1 (Lihat rumus 2.25):
Y             =  β1 + βX + β X + β X + β X X+ β6 X6 + Ɛ1             
Hasil perhitungan statistik didapat hasil pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.18.
Persamaan Regresi Model Pengaruh Faktor-faktor Jumlah Uang    Beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku Bunga Kredit, Kurs, dan Terms of Trade Terhadap Inflasi
Dependent Variable: INFLASI


Method: Least Squares


Date: 01/21/14   Time: 17:51


Sample: 1982 2013


Included observations: 32












Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.  










C
-49.89761
18.74964
-2.661258
0.0134
LN_M2
-10.48667
3.315084
-3.163321
0.0041
LN_HARGA_BBM
5.817187
4.187125
1.789303
0.0177
ICOR
-1.051695
0.263996
-3.683745
0.0005
SUKU_BUNGA_KREDIT
1.730760
0.349520
4.951824
0.0000
LN_KURS
18.92597
5.623595
3.365457
0.0025
TERMS_OF_TRADE
-0.265139
0.071446
-3.711028
0.0010










R-squared
0.775694
    Mean dependent var
10.09688
Adjusted R-squared
0.697861
    S.D. dependent var
12.71182
S.E. of regression
8.061132
    Akaike info criterion
7.202625
Sum squared resid
1624.546
    Schwarz criterion
7.523255
Log likelihood
-108.2420
    Hannan-Quinn criter.
7.308905
F-statistic
8.681290
    Durbin-Watson stat
2.094838
Prob(F-statistic)
0.000037





1.1.  Hipotesis 1 (Uji Simultan)
Hasil perhitungan E-views yang terdapat pada tabel 4.18, menyatakan secara statistik variabel – variabel independen Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade terhadap variabel dependen Inflasi secara simultan melalui uji statistik F. Hasil statistik F hitung = 8,681, pada signifikansi p-value = 0,000 dan α = 0,05, dan F tabel dengan jumlah observasi n = 32 , dari data runtut waktu 1982 s/d 2013 selama 32 tahun, jumlah variabel independen (k) = 6 derajat kebebasan pada pembilang 6 - 1 = 5 dan derajat kebebasan penyebut n – k -1 = 32 – 5= 27, dengan menggunakan tingkat signifikansi dengan taraf kesalahan α = 5 % di peroleh hasil F tabel = 2,57. Dengan demikian F statistik atau F hitung lebih besar dari F tabel, yaitu : F hitung = 8,681 >  F tabel = 2,57. Dengan demikian hubungan variabel independen Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs dan Terms of trade secara simultan signifikan.

Tabel 4.19.
Hasil Uji Pengaruh Simultan Jumlah Uang Beredar M2, Harga BBM,
ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade terhadap Inflasi
Pengaruh Simultan

Adjusted
R-squared

R
SE.of regression
F hitung
P-Value
Kontribusi variabel-variabel (X1,X2,X3,X4,X5,X6)
0,776
0,698
0,535
8,061
8,681
0,000

1.2.    Hipotesis 2 (Uji Parsial)
Berdasarkan hasil perhitungan statistik Tabel 4.19. pengaruh pertumbuhan masing-masing variabel Jumlah uang beredar M2 (X1), Harga BBM (X2), ICOR (X3), Suku bunga kredit (X4), Kurs (X5), dan Terms of Trade (X6) secara partial signifikan terhadap Inflasi (Y), ditunjukkan oleh koefisien regresi (βn) dengan nilai  statistik-t (t hitung) dengan (t tabel).
Hasil ringkasan dari masing-masing uji-t, pengaruh masing-masing variabel (X) terhadap Inflasi (Y) disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel. 4. 20
Hasil Uji Pengaruh Parsial Faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, Terms of Trade terhadap Inflasi

Pengaruh Parsial
Koefisien Reg.(β1....β6)

thitung

p- value
r²

ttabel
Jumlah uang beredar M2 (X1)
-10,487
-3,163
0,004
12,27
1,708
Harga BBM (X2)
5,817
1,789
0,017
15,09
1,708
ICOR (X3)
-1,052
-3,984
0,000
7,80
1,708
Suku Bunga Kredit (X4)
1,731
4,951
0,000
23,50
1,708
Kurs (X5)
18,926
3,365
0,002
24,01
1,708
Terms of Trade (X6)
-0,266
-3,711
0,001
11,41
1,708

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas pengaruh faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade secara parsial terhadap Inflasi, melalui uji-t signifikasi diperoleh hasil bahwa thitung harga mutlak = l - 3,163l untuk Jumlah uang beredar M2, thitung = 1,690 untuk Harga BBM, harga mutlak t hitung = l- 3,984l untuk ICOR, terhitung = 4,952 untuk Suku bunga kredit,
t hitung = 3,365 untuk Kurs, dan harga mutlak t hitung = l -3,711  l untuk Terms of Trade.
Untuk mengukur tingkat signifikansi secara parsial masing-masing  t- statistik harga mutlak (t hitung) harus > t tabel.
Nilai t tabel pada taraf kesalahan α = 5 %,  dan derajat bebas  df = n-k-1 = 32-6-1 = 25, (dimana n= jumlah sampel, k = variabel bebas) diperoleh t tabel= 1,708. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, Jumlah uang beredar  M2 secara parsial berpengaruh negatif signifikan sebesar (β1 = – 10,487) dan dijelaskan oleh penelitian terdahulu bahwa perubahan M2 berpengaruh negatif terhadap perubahan Inflasi Putri Tirta Enistin Sipayung & Made Kembar Sri Budhi (1993-2013), hal ini disebabkan M2 uang quasi semakin besar, Harga BBM berpengaruh secara parsial positif signifikan sebesar (β2 = 5,817) terhadap Inflasi, ICOR berpengaruh secara parsial negatif signifikan sebesar (β3 = –1,052) terhadap Inflasi, Suku bunga kredit berpengaruh secara parsial positif signifikan sebesar (β4 = 1,731) terhadap Inflasi, Kurs berpengaruh secara parsial positif signifikan paling besar yaitu (β5 = 18,926) terhadap Inflasi, dan Terms of Trade berpengaruh secara parsial negatif  signifikan sebesar (β6 = -0,265) terhadap Inflasi
2.     Analisis Model 2 Pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia. Analisis Regresi Sederhana Linier, menunjukkan hubungan kausalitas antara variabel independen Inflasi dengan variabel dependen Investasi Asing Langsung  sebagai berikut : Regresi Sederhana Linier , lihat rumusan  ( 2.33) :  Z = β08 + β7Y^ + Ɛ8
Berdasarkan perhitungan statistik melalui program E-views versi 7.0, analisis model 2 tersebut diatas diperoleh hasil seperti yang tertera dalam tabel 4.24 sebagai berikut :






Tabel 4.24.
Persamaan Regresi Sederhana Linier Model Pengaruh Inflasi terhadap
Investasi Asing Langsung

Dependent Variable: LN_FDI


Method: Least Squares


Date: 02/07/14   Time: 18:28


Sample: 1982 2013


Included observations: 27












Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.  










C
4.304160
2.758235
1.560476
0.1312
INFLASI
0.969150
0.083338
11.62919
0.0000










R-squared
0.843982
    Mean dependent var
36.31827
Adjusted R-squared
0.837741
    S.D. dependent var
2.209794
S.E. of regression
0.890135
    Akaike info criterion
2.676300
Sum squared resid
19.80850
    Schwarz criterion
2.772288
Log likelihood
-34.13005
    Hannan-Quinn criter.
2.704842
F-statistic
135.2380
    Durbin-Watson stat
0.779342
Prob(F-statistic)
0.000000















Interpretasi hasil Data Konversi (Ln) Regresi Linier Sederhana Model 2 :
Hasil regresi yang diperoleh dari perhitungan statistik model 2, seperti nampak pada perhitungan tabel 4.23. sebagai berikut :
1)  Nilai konstanta β08 = 4,304, artinya secara statistik, jika variabel bebas Inflasi estimasi (Y^) dianggap = 0 (nol), maka Investasi Asing Langsung (Z1)  akan meningkat sebesar 4,304 persen.
2)    Nilai koefisien regresi β7 = 0,969, artinya secara statistik, apabila variabel bebas Inflasi (Y^) meningkat 1 persen, maka Investasi Asing Langsung (Z1) akan meningkat sebesar 0,969  persen.
2.1. Hipotesis 2 Uji Parsial
Pengaruh variabel Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung, ditunjukkan oleh koefisien regresi βn dengan nilai statistik-t (t hitung) dengan (t tabel).
Tabel dibawah ini menunjukan ringkasan hasil perhitungan secara statistik mengenai pengaruh Inflasi dengan Investasi Asing langsung sebagai berikut :

Tabel 4.25.
Hasil Uji Pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung
Pengaruh Parsial
β08
t hitung
p-value
t  tabel
Inflasi (Y^)
0,969
11,629
0,000
1,697

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung dengan hasil uji signifikansi diperoleh t hitung = - 11,629 lebih > dari  ttabel = 1,697. Nilai ttabel dapat dicari pada t statistik  dengan tingkat kesalahan α = 0,05, dimana menentukan terlebih dahulu df = n-k-1 yaitu 32-1-1 = 30 (k = jumlah variabel independen, n = jumlah sampel), maka t tabel = 1,697. Analisis ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu Inflasi berpengaruh positif  dan  signifikan terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia.
2.2. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Untuk mengetahui kuatnya pengaruh suatu variabel independen terhadap variabel dependen. Kuatnya hubungan antara Inflasi dengan Investasi Asing Langsung yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi multipel R = 0,919 dikatagorikan kuat dan positif karena > 0 dan mendekati angka 1 (Husein Umar :2002). Besarnya pengaruh atau kuatnya pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung ditunjukkan oleh hasil regresi Investasi terhadap FDI yaitu R² = 0,844, artinya besarnya pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung sebesar 84,40 persen. Pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain apabila hasil regresi model menunjukkan R²> 0,50, maka pengaruh variabel independen tersebut kuat (Yuyun Wirasasmita : 2012). Hasil penelitian terhadap model 2 pada tabel 4.25. diperoleh hasil R² = 0, 844 sehingga pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing langsung kuat sebesar 84,40 persen, sisanya 15,60 persen dipengaruhi faktor-faktor lain di luar model yang diteliti.

3. Analisis Model 3 Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran di Indonesia

Pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap  Pengangguran di Indonesia, dilakukan dengan melalui analisis Regresi Linier sederhana, menunjukkan hubungan satu variabel independen secara kausal dengan variabel dependen, digambarkan dalam model persamaan sebagai berikut:
Persamaan Model 3 sesuai (rumus : 2.28) :      Z = β09 + β7 Y^ + Ɛ 9
Perhitungan secara statistik dengan menggunakan program software E-Views versi 7.0, meregresikan model dengan data mentah diubah bentuk  Ln untuk semua variabel penelitian, kecuali sudah dalam bentuk persentage. Hasil regresi dalam tabel 4.29. :


Tabel. 4. 29.
Persamaan Regresi Linier Sederhan Inflasi
Terhadap Pengangguran di Indonesia
Dependent Variable: LN_PENGANGGURAN

Method: Least Squares


Date: 02/07/14   Time: 19:08


Sample: 1982 2013


Included observations: 32












Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.  










C
3.723227
0.830507
4.483078
0.0001
INFLASI
0.348015
0.024953
13.94689
0.0000










R-squared
0.866379
    Mean dependent var
15.28648
Adjusted R-squared
0.861925
    S.D. dependent var
0.737674
S.E. of regression
0.274108
    Akaike info criterion
0.309874
Sum squared resid
2.254059
    Schwarz criterion
0.401482
Log likelihood
-2.957983
    Hannan-Quinn criter.
0.340240
F-statistic
194.5157
    Durbin-Watson stat
0.489784
Prob(F-statistic)
0.000000















Berdasarakan hasil perhitungan statistik tabel 4.29 tersebut diatas maka dirumuskan hasil regresi sebagai berikut:
Ln Pengangguran = 3,723 + 0,348 Inflasi + Ɛ9 Interpretasi pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran di Indonesia dapat di interpretasikan sebagai berikut :
Berdasarkan regresi model pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran di Indonesia, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1).   Nilai konstanta β09 = 3,723 artinya secara statistik, jika variabel independen Inflasi bernilai = 0, maka pengangguran akan meningkat sebesar 3,723 persen.
2).   Nilai koefisien regresi β7 = 0,348, artinya secara statistik, jika variabel Inflasi meningkat 1 persen, maka Pengangguran akan meningkat, sebesar 0,348 persen.
1.1.  Hipotesis 3 Uji Parsial
Pengaruh variabel Pengangguran, ditunjukkan oleh koefisien regresi βn dengan nilai statistik -t (t hitung) dengan t tabel.
Tabel 4.30. menunjukkan ringkasan hasil perhitungan secara statistik mengenai pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran sebagai berikut:

Tabel 4.30.
Hasil Uji Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran
Pengaruh Parsial
Β7
t hitung
p-value
t tabel
Inflasi (Y^)
0,348
13,947
0,000
1,697

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran dengan hasil uji signifikansi t, diperoleh t hitung =  13,947 > dari t tabel = 1,697. Nilai ttabel dapat dicari pada t statistik tingkat kesalahan α = 0,05, dimana menentukan terlebih dahulu df = n-k-1 yaitu 32-1-1 = 30 (k = jumlah variabel independen, n = jumlah observasi), maka diperoleh hasil t tabel = 1,697. Analisis ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel Inflasi terhadap pengangguran, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu : Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran di Indonesia.
3.2. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Hubungan variabel independen Inflasi dan Pengangguran ditunjukkan oleh koefisien korelasi R = 0,931, memiliki hubungan yang positif kuat. Menurut Yuyun Wirasasmita (2012), bahwa pengaruh kuat suatu variabel terhadap variabel lainnya apabila hasil statistik koefisien determinasi R² > dari 0,50. Berdasarkan hasil perhitungan statistik bahwa model 3 memiliki R² = 0,866 > 0,50, maka dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh variabel Inflasi signifikan (t hitung > t tabel) dan kuat terhadap Pengangguran di Indonesia sebesar = 86,60 % sisanya sebesar 13,40 % persen dipengaruhi variabel – variabel lain diluar model.
4.         Model 4 Pengaruh Inflasi, Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran terhadap Daya Beli Masyarakat di Indonesia
Hasil perhitungan statistik menggunakan program software E-views seri 7.0 diperoleh hasil yang tertera dalam tabel 4.38 sebagai berikut:


Tabel 4.38.
Hasil Regresi Model Pengaruh Inflasi, Investasi Asing langsung, dan Pengangguran terhadap Daya Beli Masyarakat di Indonesia

Dependent Variable: LN_DAYA_BELI

Method: Least Squares


Date: 01/21/14   Time: 22:47


Sample: 1982 2013


Included observations: 27












Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.  










C
-19.72644
1.868163
-10.55928
0.0000
LN_FDI
0.161283
0.080144
2.012423
0.0260
INFLASI
-0.065694
0.031256
-2.101816
0.0467
LN_PENGANGGURAN
1.441179
0.229169
6.288721
0.0000










R-squared
0.912335
    Mean dependent var
7.519045
Adjusted R-squared
0.900901
    S.D. dependent var
1.514347
S.E. of regression
0.476717
    Akaike info criterion
1.492165
Sum squared resid
5.226955
    Schwarz criterion
1.684141
Log likelihood
-16.14423
    Hannan-Quinn criter.
1.549250
F-statistic
79.78783
    Durbin-Watson stat
1.310466
Prob(F-statistic)
0.000000















Perumusan hasil regresinya adalah sebagai berikut :
Ln Daya Beli = -19,726 - 0,066 Inflasi + 0,161 Ln FDI + 1,44 Ln Pengangguran + Ɛ10 Interpretasi Model 4 adalah sebagai berikut :
1).   Nilai konstanta β0 = - 19,726, artinya secara statistik, jika seluruh variabel bebas Inflasi, Investasi Asing langsung, dan pengangguran bernilai = 0, maka Daya beli masyarakat di Indonesia akan menurun sebesar 19,727 persen.
2).     Nilai koefisien regresi β7 = - 0,066, artinya secara statistik, apabila Inflasi naik 1 persen, sedangkan variabel independen Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran dianggap konstan, maka Daya beli masyarakat akan menurun sebesar 0,066 persen.
3). Nilai koefisien regresi β8 = 0,161, artinya secara statistik, jika Investasi Asing Langsung  naik 1 persen, sedangkan variabel Inflasi dan Pengangguran dianggap konstan, maka Daya beli masyarakat di Indonesia akan meningkat 0,161 persen.
4)    Nilai koefisien regresi β9 = 1,44, artinya secara statistik apabila pengangguran meningkat 1 persen, sedangkan Inflasi  dan Investasi Asing Langsung, dianggap konstan, maka Daya beli masyarakat  akan meningkat sebesar 1,44 persen.

4.2.  Hipotesis 4

 1).  Hipotesis 4 Uji Simultan
Berdasarkan tabel 4.39 secara statistik variabel pengaruh Inflasi, Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran terhadap Daya Beli Masyarakat di Indonesia secara simultan digunakan statistik uji F terhadap koefisien korelasi diperoleh F statistik (F hitung ) = 79,788. Mencari F tabel dengan mencari pada tabel F statistik dengan tingkat kesalahan α = 0,05, dimana menentukan terlebih dahulu df, n : jumlah observasi, k : banyaknya variabel independendan df 1 = n-k-1 yaitu 27-3-1 = 23, maka F tabel = 2,64. Maka hasil analisis menyatakan bahwa : F hitung = 79,788 > F tabel = 2,64.
Ringkasan hasil uji pada model pengaruh Inflasi, Investasi Asing langsung (FDI), dan Pengangguran terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia secara simultan sebagai berikut :

Tabel 4.39.
Hasil Uji Pengaruh Simultan Inflasi,  Investasi Asing langsung, dan Pengangguran terhadap Daya Beli masyarakat di Indonesia
Pengaruh Simultan
R
SE.of regression
F hitung
P-Value
Kontribusi variabel-variabel  (Y^, Z1^, Z2^)
0,912
0,867
0,476
79,78
0,000
           

Pada tabel  4.39  terlihat hasil uji yang signifikan dimana menunjukkan pengaruh kuat dari pengaruh variabel-variabel independen secara simultan terhadap Daya beli masyarat di Indonesia. Kontribusi masing-masing variabel secara bersama-sama memiliki peran kuat dalam meningkatkan PDB perkapita sebagai pengukuran Daya beli masyarakat di Indonesia.
Kuatnya hubungan Investasi Asing Langsung, Inflasi dan Pengangguran terhadap Daya beli masyarakat secara simultan ditunjukkan oleh R = 0,867, artinya antara variabel-variabel independen memiliki hubungan (korelasi) yang kuat dan positif terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia, sedangkan kuatnya pengaruh ketiganya terhadap peningkatan Daya beli masyarakat di Indonesia ditunjukkan oleh hasil R² = 0,912, artinya Daya beli masyarakat di Indonesia 91,20 persen dipengaruhi oleh variabel , Inflasi, Investasi Asing langsung (FDI), dan Pengangguran, sisanya sebesar 0,88 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di  luar model yang diteliti.

2).     Hipotesis 4 Uji Parsial

Pengukuran peran masing-masing variabel Inflasi, Investasi Asing langsung, dan Pengangguran secara parsial terhadap Daya beli masyarakat ditunjukkan oleh koefisien regresi βn dengan nilai statistik-t (t hitung) dibandingkan (t tabel)
Tabel dibawah ini menjelaskan hasil statistik peran masing-masing variabel yang dimaksud pada model 4 sebagai berikut :




Tabel 4.40.
Hasil Uji Parsial Inflasi, Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran terhadap Daya Beli masyarakat di Indonesia
Pengaruh Parsial
Koefisen Reg. β(7,8,9)
t hitung
p-value
r²
t tabel
Inflasi (Y^)
- 0,066
-2,102
0,047

17,00
1,714
Investasi Asing Langsung / FDI (Z1^)
0,161
2,012

0,026
75,01
1,714

Pengangguran (Z2^)
1,441
6,289
0,000
86,82
1,714
                                       

Hasil perhitungan yang tertera pada tabel 4.40, bahwa pengaruh peran Inflasi negatif terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia ditunjukkan oleh perhitungan pada tabel 4.40, dengan t hitung harga mutlak = l -2,102 l > dibandingkan t tabel = 1,714, maka terdapat pengaruh parsial Inflasi terhadap Daya beli masyarakat pada taraf kesalahan α = 0,05. Dengan demikian, Ho ditolak, dan Ha diterima, yaitu hipotesis mengenai terdapat pengaruh negatif secara parsial Inflasi terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia.
Peran Investasi Asing Langsung, terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia secara parsial, dengan hasil uji signifikansi diperoleh t hitung = 2,012. Sedangkan t tabel dapat diketahui pada tabel t statistik = 0,05 , dimana menentukan terlebih dahulu df = n-k-1 yaitu 27-3-1 =23, (k = jumlah variabel independen, n = jumlah observasi), maka didapat hasil t tabel = 1,708. Karena diketahui t hitung = 2,012 > t tabel = 1,714, maka peran Investasi Asing Langsung berpengaruh secara parsial terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia pada taraf kesalahan α = 0,05. Dengan demikian, Ho ditolak, dan Ha (Hipotesis alternatif) diterima, yang menyatakan : terdapat pengaruh positif secara parsial Investasi Asing Langsung terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia.
Peran Pengangguran terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia ditunjukkan oleh perhitungan pada tabel 4.40, dengan t hitung = 6,829  >  dibandingkan t tabel = 1,714, maka terdapat pengaruh parsial Pengangguran terhadap Daya beli masyarakat pada taraf kesalahan α = 0,05. Dengan demikian, Ho ditolak, dan Ha (Hipotesis alternatif) diterima, yaitu hipotesis mengenai : terdapat pengaruh positif secara parsial Pengangguran terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan, variabel dalam model ini memiliki peran untuk meningkatkan Daya beli masyarakat di Indonesia. Peran dari Investasi Asing Langsung , perlu terus didorong untuk membuka lapangan pekerjaan sehingga mampu meningkatkan Daya beli masyarakat di Indonesia. Demikian pula Inflasi harus dikendalikan oleh otoritas moneter karena memiliki pengaruh negatif terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia. Sebaliknya dari ke tiga variabel yang mempengaruhi Daya beli masyarakat, pengangguran memiliki hubungan searah dengan Daya beli masyarakat, dan perlu dikaji lebih mendalam bahwa Investasi Asing langsung, di Indonesia yang telah diuraikan pada model 3 terhadap pengangguran memiliki hubungan searah karena penambahan Investasi tersebut adalah padat modal dan menggunakan tenaga outsourcing, sehingga meningkatkan angka pengangguran. Dan daya beli masyarakat tetap meningkat walaupun catatan pemerintah pengangguran terus meningkat.
Secara keseluruhan pengaruh Inflasi, Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran memberikan pengaruh signifikan dalam meningkatkan Daya beli masyarakat di Indonesia.

B.      Interpretasi

1.       Hasil Analisis Koefisien Regresi Model 1

Pengaruh Faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade terhadap Inflasi secara simultan diperoleh hasil R= 0,598 dan Adjusted R² = 0,698. Dengan demikian secara statistik, pengaruh faktor-faktor : Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade terhadap Inflasi sebesar (Adjusted R² = 0,698) atau sebesar 69,80 persen, sisanya 30,20 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain diluar model yang diteliti.
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik koefisien regresi pengaruh faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade terhadap Inflasi, melalui model persamaan sebagai berikut:
Koefisien regresi Jumlah uang beredar M2 (X1) = - 10,49, meningkat 1 persen dengan anggapan variabel-variabel independen lainnya Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of  Trade konstan (ceteris paribus), maka Inflasi di Indonesia akan menurun sebesar 10,49 persen. Faktor uang beredar sangat berpengaruh terhadap Inflasi, melalui uji parsial (signifikansi) t dengan tingkat kesalahan α = 0,05, dan df = n-k-1, (32-6-1=25) maka diperoleh t tabel = 1,708. : t hitung =  I- 3,163 I > ttabel = 1,708, dengan demikian terdapat pengaruh negatif dan signifikan Jumlah uang beredar terhadap Inflasi.
Berdasarkan pendapat Sadono Sukirno (2012, hal. 296-297), pandangan teori kuantitas mengenai perubahan penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama tingkatnya keatas dengan harga-harga, dan perubahan kedua variabel tersebut adalah kearah yang sama, artinya apabila penawaran uang bertambah lima persen, maka harga - harga akan bertambah lima persen juga. Kenaikan harga yang terus menerus menimbulkan inflasi. Teori kuantitas Irving Fisher : MV = PT, dimana M penawaran uang, V adalah laju peredaran uang, P adalah tingkat harga dan T adalah jumlah barang-barang dan jasa yang diperjual belikan dalam perekonomian, dan M tersebut diasumsikan arti sempit M1 = uang kartal + giral (simpanan giro).
Sedangkan dalam penelitian ini, bahwa jumlah uang beredar M2 yaitu M1 ditambah uang simpanan dalam tabungan dan deposito berjangka, merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan permintaan agregat. Pendapat Tulus Tambunan (2011, hal 278) dijelaskan sejak tahun 2000-2008 kenaikan uang quasi bertambah Rp, 584,80 trilyun menjadi Rp. 1.417,50 triliun = 75,24 % dari M2 (Total jumlah uang beredar) Rp.1.883,90. Oleh sebab itu di Indonesia Jumlah uang beredar M2 sesungguhnya banyak dalam simpanan berupa uang quasi dan simpanan, deposito berjangka cenderung dalam mata uang asing seperti dolar AS, dolar Singapura dll, menyebabkan Inflasi justru menurun. Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa terdapat temuan baru yang menyatakan bertambahnya jumlah uang beredar M2 akan menurunkan Inflasi di Indonesia.
Koefisien Harga BBM (X2) = 5,817 meningkat sebesar 1 persen sementara faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade dianggap konstan atau ceteris paribus, Inflasi akan meningkat 5,817 persen. BBM Premium adalah salah satu kelompok bahan bakar yang disubsidi Pemerintah, kebutuhan yang terus meningkat karena beberapa hal: 1). Perubahan harga minyak mentah Indonesia dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena BBM di impor. 2). Pembayaran kekurangan subsidi tahun sebelumnya dan menyebabkan defisit anggran yang besar. Maka ketika sebagian subsidi dicabut menyebabkan harga BBM akan naik, dan mengakibatkan harga-harga barang dan jasa di pasar perekonomian naik dan menyebabkan Inflasi (Nota Keuangan, 2013, hal.4.7). Kebutuhan pokok seperti BBM merupakan bagian dari permintaan agregat. Permintaan agregat (aggregate demand) merupakan hubungan antara jumlah output yang diminta dan tingkat harga agregat. Sehingga kurva permintaan akan menunjukkan hubungan harga yang berbanding terbalik dengan kuantitas yang diminta. (Mankiw, Gregory.2007, hal.256).
Dengan kebutuhan yang semakin meningkat, persediaan BBM pemerintah terbatas, maka harga akan dinaikkan, artinya Pemerintah tidak mampu lagi menahan defisit perdagangan karena barang-barang tersebut impor, maka terjadilah lonjakan permintaan menimbulkan inflasi yang disebut demand pull inflation.
Berdasarkan olah data statistik diperoleh thitung  = 1,789 > t tabel = 1,708, artinya pengaruh Harga BBM secara parsial terhadap inflasi adalah signifikan. Kebijakan pemerintah tentang pencabutan BBM bersubsidi akan berpengaruh meningkatkan harga-harga umum dipasaran dan meningkatkan Inflasi di Indonesia.
Koefisien regresi pengaruh  variabel ICOR (X3) sebesar = - 1,052  meningkat 1 persen dimana faktor-faktor lain Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade dianggap konstan atau cateris paribus, maka Inflasi akan menurun sebesar 1,052 persen.
Menurut Yuyun Wirasasmita (2012, hal. 2) tentang ICOR yang menentukan jumlah investasi, merupakan perbandingan antara pertambahan Investasi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, apabila ICOR meningkat maka tambahan investasi yang harus dilakukan menjadi meningkat bahkan proyek berhenti karena banyak kebocoran-kebocoran. Pendapat senada juga dikemukakan Komite Ekonomi Nasional (2012, hal 4) bahwa ICOR sangat menentukan jalannya investasi, ICOR yang melampaui ketentuan akhirnya akan menimbulkan pemborosan, sehingga bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dan Investasi tidak berjalan sesuai rencana, menimbulkan inflasi. Di Indonesia pada kenyataan berlawanan dengan teori, tambahan investasi yang meningkat dibarengi dengan penawaran agregat yaitu peningkatan produksi komoditas non migas seperti minyak kelapa sawit, kopra dll beberapa tahun terakhir sehingga inflasi menurun. Berdasarkan olah data melalui uji t, diperolah  t hitung angka mutlak = I- 3,984 l > dari t tabel = 1,708, dengan demikian meningkatnya ICOR  yang dibarengi penawaran agregat  berupa meningkatnya produksi nasional non migas  menurunkan Inflasi di Indonesia.
Koefisien regresi faktor Suku bunga kredit (X4) = 1,731, meningkat sebesar 1 persen, sedangkan  faktor-faktor lain, Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Kurs, dan Terms of Trade dianggap konstan, maka akan meningkatkan 1,731 persen Inflasi di Indonesia.
Suku bunga kredit, pengertian bunga adalah harga atau balas jasa bagi uang atau dana yang dipinjamkan. Dua faktor yang menyebabkan timbulnya bunga yaitu time preference yaitu pengorbanan atas resiko kehilangan atau tertundanya memperoleh keuntungan atau kehilangan kepuasan mengkonsumsi barang, maka orang akan menuntut balas jasa berupa kelebihan pengembalian uang atas pokok yang dipinjamkan. dan liquidity preference yaitu pelaku yang menyebabkan terjadinya bunga ini adalah pihak yang meminjamkan uang dan pihak yang meminjam uang atau dana tersebut. Semakin tinggi tingkat bunga menyebabkan semakin banyak uang yang tersedia (penawaran) untuk dipinjamkan, sebaliknya bagi sisi peminjam semakin tinggi bunga pinjaman maka semakin kecil jumlah uang yang dibutuhkan (permintaan) karena semakin mahal biaya imbal jasanya (Eddy Sugiarto dan Mardyono.2011, hal. 63-64). Suku bunga kredit adalah faktor penting yang diperlukan untuk menopang proses produksi, hampir seluruh sektor usaha dibiayai oleh minimal kredit modal kerja (KMK) oleh bank komersial. Faktor suku bunga kredit akan mempengaruhi aktivitas ekonomi terutama bagi industri yang pendanaannya sebagian besar dibiayai dengan kredit bank, semakin tinggi suku bunga pinjaman akan membebani industri, dan aktivitas ekonomi melambat, sehingga harga pokok meningkat dan mendorong kenaikan harga di pasar menimbulkan cost push inflation. Seseorang atau pengusaha akan bertindak hati-hati dalam investasi kalaupun ia harus meminjam uang dari lembaga keuangan, investasi usaha yang direncanakan, hanya akan dilaksankan apabila tingkat keuntungan yang akan diperolehnya adalah lebih dari suku bunga yang harus dibayar. Apabila tidak maka ongkos yang dibayarkan sebagai bunga pinjaman akan menimbulkan kerugian yang pada akhirnya akan dibebankan kepada harga produksinya (Sadono Sukirno. 2012, hal.123). Uji oleh data statistik menunjukkan faktor Suku bunga krdit melalui uji-t dimana t hitung = 4,952 > t tabel = 1,708, dengan demikian kenaikan suku bunga kredit berpengaruh meningkatkan  Inflasi.
Koefisien Kurs (X5) = 1,708 meningkat sebesar 1 persen, sedangkan faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, dan Terms of Trade dianggap konstan atau ceteris paribus, Inflasi meningkat sebesar 1,708 persen. Peran kurs sebagai nilai tukar mata uang adalah harga dari mata uang yang harus ditentukan dalam sistem ekonomi. Alat tukar ini sangat penting untuk alat transaksi internasional. (Anindita & Reed. 2008, hal. 103), dalam sistem penyeimbangan melalui perubahan kurs (devaluasi untuk defisit dan revaluasi untuk surplus). Perubahan kurs ini di samping akan menimbulkan ongkos riil dalam proses penyesuaian produksi dan konsumsi, juga tidak dapat dipastikan bahwa keseimbangan akan tercapai. Keseimbangan devaluasi untuk menghilangkan atau mengurangi ketidak seimbangan tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran valuta asing, semakin elastis permintaan akan barang ekspor dari negara lain dan impor suatu negara, devaluasi akan makin efektif (Nopirin. 2012, hal. 182). Di Indonesia untuk kebutuhan bahan baku, alat-alat produksi sekitar 70 persen  impor dari negara lain (Kadin, FGD 2013, hal 2), maka fluktuasi kurs akan berpengaruh pada rupiah, semakin merosot nilainya maka harga satuan bahan/alat-alat produksi akan menjadi mahal dan menekan produksi sehingga tidak efisien menyebabkan kenaikan harga barang, dan menimbulkan inflasi. Penelitian ini menunjukkan hasil olah data uji thitung = 3,365 > dari t tabel = 1,708, maka kenaikan Kurs sangat berpengaruh meningkatkan Inflasi (cost push inflation) di Indonesia.
Koefisien regresi Terms of Trade (X6) = - 0,265 meningkat 1 persen, sedangkan faktor-faktor lain Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade dianggap konstan atau ceteris paribus, maka Inflasi akan menurun sebesar 0,265 persen. Dinamika keunggulan kompetitif dan peran pemerintah sangat penting di era globalisasi menuju masyarakat ekonomi Asean (MEA 2015) peran industri atau perusahaan suatu negara dalam hal inovasi dalam mengatasi kekurangan faktor-faktor misalnya harga bahan dan upah di efisienkan secara optimal, maka industri atau perusahaan akan memiliki daya saing tinggi dan meningkatkan ekspornya. Kebijakan pemerintah dan deregulasinya dapat membantu industri mengembangkan keunggulan kompetitif jika kebijakan dan deregulasi tersebut ditata sebelumnya, dengan demikian diharapkan nilai ekspor lebih besar dari impornya (Anindita Ratya & Reed, Michael R 2008, hal. 166), meskipun masih terdapat beberapa perbedaan pandangan mengenai Terms of Trade (TOT), namun masih sangat penting untuk dibicarakan, sebab apa yang disebut TOT tersebut memiliki pengaruh besar terhadap kesejahteraan suatu bangsa dan sekaligus sebagai alat ukur posisi perdagangan luar negeri suatu bangsa (Nopirin. 2012, hal. 71). Pengukuran TOT ini merupakan perbandingan antara indeks harga ekspor dengan indeks harga impornya yang terdiri dari ekspor non migas terhadap impornya. Selama 20 tahun terakhir TOT meningkat, namun merosot pada tahun 2012-2013 karena defisit perdagangan bidang migas. Secara keseluruhan Indonesia masih harus berjuang untuk
meningkatkan ekspor non migasnya, mengurangi pemakaian BBM impor harus mulai menggunakan bahan bakar bio disel, maka TOT akan semakin besar dan dapat menekan kenaikan harga untuk ekspor. Berdasarkan olah data uji t hitung : angka mutlak I – 3,711 I > t tabel = 1,708, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan Terms of Trade akan menurunkan atau menekan laju Inflasi di Indonesia.

2.     Hasil Analisis koefisien regresi model 2

Hasil regresi pengaruh Inflasi (Y^) terhadap Investasi Asing Langsung (Z1) adalah sebesar = 0,969, artinya bila Investasi Asing Langsung meningkat 1 persen, maka Inflasi akan meningkat sebesar 0,969 persen. Inflasi di Indonesia berpengaruh positif terhadap Investasi Asing Langsung, karena inflasinya pada tingkat moderat antara 5-8 persen, yang diharapkan diikuti pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uji signifikansi parsial uji-t diperoleh hasil t hitung =  11,629 > t tabel = 1,708 yang diperoleh dari statistik t pada taraf α = 0,05 dengan df = (n-k-1 ) = 27-1-1 = 25, maka dengan uji t, didapat t tabel = 1,708, artinya Inflasi di Indonesia berpengaruh positif signifikan terhadap Investasi Asing Langsung yang masuk ke Indonesia. Menurut Boediono (2012, hal. 159) Inflasi sebagai gejala ekonomi ditandai kecenderungan harga-harga menaik, dalam prakteknya untuk masalah inflasi bukan hanya masalah ekonomi, namun sudah merupakan masalah sosio ekonomi politis, karena di Indonesia pada 10 tahun terakhir memiliki tingkat inflasi moderat, situasi                         keamanan stabil, pertumbuhan ekonomi > 5 persen menarik untuk pertumbuhan investasi asing langsung dibandingkan negara-negara Amerika, Eropa memliki pertumbuhan < 3 persen (BPS, 2013). Sehingga inflasi moderat berpengaruh positif terhadap FDI di Indonesia.

5.       Hasil Analisis koefisien regresi model 3

Hasil regresi pengaruh Inflasi (Y^), terhadap Pengangguran (Z2)  hasil R = 0,931 dan R² = 0,867. Dengan demikian secara statistik, Inflasi dan Pengangguran memiliki hubungan yang kuat positif ditunjukkan oleh angka koefisien korelasi sebesar R = 0,931 > 0 dan mendekati angka 1 (Husein Umar : 2002, hal. 178). Pengaruh variabel Inflasi terhadap Pengangguran (R² = 0,867) atau sebesar 86,70 persen, sisanya 13,30 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain diluar model yang diteliti.
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik koefisien regresi pengaruh faktor Inflasi terhadap Pengangguran melalui model persamaan sebagai berikut:
Koefisien regresi Inflasi (Y^) = 0,348 meningkat 1 persen, maka Pengangguran di Indonesia akan meningkat sebesar 0,348 persen. Faktor berpengaruh Inflasi terhadap Pengangguran, sesuai hasil uji parsial (uji-t) yaitu t hitung =  13,947 > t tabel = 1,708 (n-k-1 = 27- 1-1=25), dengan demikian pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran kuat positif, dan perlu diperhatikan seksama tentang inflasi seharusnya memiliki slope atau angka arah negatif, namun hasil penelitian model ini di Indonesia berlawanan arah artinya tidak sesuai dengan dengan teori kurva Philips atau peneliti Amerika terdahulu (Rossiter, Rosemary : 1997). Teori kurva Philips menyatakan hubungan antara inflasi dan pengangguran dinyatakan oleh kurva Philips yaitu apabila terjadi inflasi maka pengangguran akan menurun, artinya ketika ada kenaikan inflasi maka aktivitas ekonomi menggeliat dan kesempatan kerja bertambah dan pengangguran berkurang (Samuelson & Nordhaus : 2004, hal. 394). Teori yang sama tentang kurva Philips adalah hubungan negatif antara laju inflasi dan tingkat pengangguran (Rudiger & Stanley Ficher 1984 : hal.491). Inflasi di Indonesia meningkat tidak serta merta diikuti oleh penurunan pengangguran, karena pada saat inflasi naik karena tekanan permintaan barang-barang seperti daging sapi, kedelai, dan bahan-bahan makanan lainnya, bersamaan terjadi kenaikan harga bahan-bahan produksi, mesin-mesin yang diimpor dalam keadaan rupiah menurun nilainya terhadap mata uang asing yang digunakan untuk transaksi pembayaran menyebabkan kenaikan harga pokok produksi dampaknya industri harus mengurangi output, dan terjadilah cost push inflation, akibat dari keadaan ini pengurangan tenaga kerja tidak terhindarkan, dan dampaknya pengangguran di Indonesia bertambah selama periode 1982 sd 2013, artinya ketika inflasi naik maka pengangguran juga naik dan sebaliknya apabila inflasi menurun maka pengangguran akan menurun.

4.     Hasil Analisis koefisien regresi model 4

Pengaruh Inflasi (Y^), Investasi Asing Langsung (Z1^), dan Pengangguran (Z2^) terhadap Daya Beli Masyarakat (Z3) diperoleh dari hasil statistik R = 0,889 menunjukkan hubungan antara variabel Inflasi, Investasi Asing Langsung (FDI), dan Pengangguran korelasinya kuat dan positif, sedangkan kuatnya pengaruh secara simultan (R²) = 0,912, hasil penelitian ini menerangkan bahwa pengaruh variabel-variabel independen tersebut sebesar 91,20 persen terhadap Daya beli masyarakat, dan sisanya 8,80 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model yang diteliti.
Pengaruh Inflasi, Investasi Asing, dan Pengangguran secara parsial terhadap Daya beli masyarakat dijelaskan oleh koefisien regresi masing-masing variabel independen pada model 4 adalah sebagai berikut :
Koefisien regresi untuk nilai variabel Inflasi (Y^) = - 0,066, artinya meningkatnya angka Inflasi sebesar 1 persen sedangkan variabel Investasi Asing langsung, dan Pengangguran dianggap konstan atau ceteris paribus, maka Daya beli masyarakat akan menurun sebesar 0,066 persen. Berdasarkan hasil uji signifikansi uji-t atau uji parsial t hitung = angka mutlak l - 2,102 l > dari t tabel = 1,711, maka Inflasi berpengaruh negatif secara parsial terhadap Daya beli masyarakat. Berdasarkan koefisien regresinya bahwa pada kenyataan ketika inflasi meningkat maka pengaruh langsung adalah kepada Daya beli masyarakat di Indonesia. Pendapat Sadono Sukirno (2012. Hal. 15), bahwa salah satu akibat penting dari inflasi ialah akan cenderung menurunkan taraf kemakmuran segolongan masyarakat. Sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang bergaji atau pendapatannya tetap. Karena kenaikan inflasi lebih cepat dari kenaikan upah riil, maka nilai upah riil masyarakat akan merosot disebabkan oleh inflasi, ini berarti kemerosotan daya beli mereka terjadi, setiap kenaikan inflasi maka daya beli masyarakat akan menurun.
Koefisien regresi variabel Investasi Asing Langsung (Z1^) terhadap variabel Pengangguran (Z2^) secara statistik diperoleh hasil 0,161, artinya apabila Investasi Asing Langsung meningkat sebesar 1 persen sedangkan variabel Inflasi dan Pengangguran dianggap konstan atau ceteris paribus, maka Daya beli masyarakat meningkat sebesar 0,161 persen. Hasil koefisien regresi tersebut sejalan dengan uji signifikansi uji-t (uji parsial) yang diperoleh t hitung = 2,012  dan dibandingkan dengan ttabel yang diperoleh dari statistik t pada α = 0,05 df = (n-k-1 = 27-3-1 = 23) didapat t tabel = 1,711. Hasil uji t diperoleh hasil bahwa t hitung = 2,012 > t tabel = 1,711, maka pengaruh Investasi Asing Langsung positif secara parsial terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia. Setiap ada pertumbuhan positif dari Investasi Asing Langsung ke Indonesia akan meningkatkan Daya beli masyarakat, yang dapat di ukur dari bertambahnya PDB per kapita, ini berarti menambah kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Selaras dengan pendapat (Anindita Ratya & Reed, Michael R 2008, hal. 149), keuntungan dari FDI yang didapat oleh negara tuan rumah sangat mudah dilihat daripada keuntungan yang didapat oleh negara asal (pengirim). Ketika Multi National Company (MNC) memutuskan untuk mendirikan pabrik di negara tuan rumah, maka segera akan diperoleh keuntungan berupa terbukanya lapangan kerja dan pendapatan dari produksi. Disamping itu ada keuntungan secara tidak langsung yaitu teknologi baru, manajemen dan persaingan yang dibawa oleh MNC akan meningkatkan keterampilan dan keahlian kerja para buruh. Hal ini akan meningkatkan pendapatan perkapita bagi negara tuan rumah.
Koefisien regresi untuk nilai variabel Pengangguran (Z2^) adalah = 1,441, artinya meningkatnya Pengangguran di Indonesia sebesar 1 persen, dimana variabel-variabel independen lainnya dianggap konstan atau ceteris paribus, maka Daya beli masyarakat akan bertambah 1,441 persen. hasil uji t signifikansi uji parsial t = 6,289 > t tabel = 1,711. Maka terdapat pengaruh positif secara parsial variabel Pengangguran terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia. Hal ini ironis bahwa bertambahnya pengangguran di Indonesia justru menyebabkan meningkatkan Daya beli masyarakat, seperti yang diuraikan terdahulu bahwa pengaruh teknologi baru dan pasar tenaga kerja outsorcing yang marak pasca reformasi sejak tahun 1999, membuat meningkatnya pengangguran (semu) yaitu PHK dari pekerja tetap masuk tenaga outsourcing di Indonesia dan tumbuhnya Pedagang kaki lima (PKL) yang merupakan UMKM sekala mikro ekonomi, sedangkan PDB terus bertambah melebihi rata-rata pertambahan penduduk di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang cepat tidak serta merta diikuti oleh tingkat kesejahteraan rakyatnya secara merata, atau pertumbuhan ekonomi yang cepat tidak dengan sendirinya diikuti oleh pertumbuhan atau perbaikan distribusi keuntungan bagi segenap penduduk (Todaro, Michael & Smith. C Stephen : 2006, hal.260).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

 A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pembahasan, maka penelitian ini telah menghasilkan model dengan temuan – temuan baru yaitu pada model satu, model dua, dan model empat yang menggantikan teori yang ada dari penelitian-penelitian terdahulu, yaitu mengembangkan, memperkaya pendekatan  teori baru yang adaptif dengan konteks Indonesia. Model juga memiliki tingkat accuracy of the estimates of  the parameters yang akurat signifikan dan tidak bias, memiliki tingkat explanatory ability yang tinggi dalam hal menjelaskan pengaruh faktor-faktor Jumlah Uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade terhadap Inflasi, dan pengaruhnya terhadap Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran serta dampaknya kepada Daya beli masyarakat di  Indonesia. Rincian uraian diatas, dan berdasarkan perumusan masalah pada bab sebelumnya, serta interpretasi hasil penelitian, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Faktor-faktor Jumlah uang beredar M2, Harga BBM, ICOR, Suku bunga kredit, Kurs, dan Terms of Trade secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Inflasi di Indonesia. Faktor-faktor dominan yang memengaruhi Inflasi yakni, Kurs dan Suku bunga kredit merupakan bagian dari cost push inflation, selanjutnya Harga BBM dan Jumlah uang beredar M2 merupakan bagian dari demand pull inflation.
2.    Inflasi berpengaruh positif terhadap Investasi Asing Langsung, artinya, Inflasi yang meningkat akan berpengaruh menaikkan Investasi Asing Langsung, hal ini menunjukkan Inflasi memiliki hubungan searah dengan FDI di Indonesia.
3.    Inflasi berpengaruh positif terhadap Pengangguran di Indonesia, artinya Inflasi yang meningkat akan menaikkan Pengangguran, hal ini menunjukkan Inflasi memiliki hubungan searah dengan Pengangguran di Indonesia.
4.     Inflasi, Investasi Asing Langsung, dan Pengangguran berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia. Faktor paling dominan   berpengaruh terhadap Daya beli masyarakat di Indonesia adalah Pengangguran.
B.    Saran
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
1.    Untuk dapat menekan laju Inflasi (demand pull dan cost push),  maka disarankan kepada Pemerintah tetap pada kebijakan selama ini yaitu mengendalikan faktor-faktor dominan yang mempengaruhi demand pull inflation antara lain : Kebijakan Harga BBM, setiap kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga-harga barang dan jasa lainnya, maka Pemerintah khususnya di bawah koordinator Menko Perekonomian, diminta jangan mengulur-ulur waktu saat mengumumkannya, dengan kompensasi membuka lapangan pekerjaan di Pedesaan selaras dengan disahkannya UU Desa tahun 2013, Jumlah uang beredar M2, langkah  BI sudah tepat dan terus didorong melakukan pengendalian dengan terus memperbesar uang quasi dalam bentuk simpanan deposito jangka panjang, sehingga peredaran uang menekan laju Inflasi seperti yang terjadi saat ini di Indonesia, ICOR berpengaruh negatif secara parsial terhadap inflasi, maka Pemerintah sudah tepat mendorong aggregate supply antara lain meningkatkan output non migas seperti saat sekarang, ditengah defisit perdagangan migas yang terus meningkat. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi cost push inflation : BI diharapkan menjaga stabilitas nilai tukar Kurs, sehingga tidak merosot terus menerus, karena bahan baku dan barang modal di Indonesia sangat tergantung impor dan ini akan memicu kenaikan harga barang produksi memicu inflasi, Suku bunga kredit perlu diperhitungkan secara cermat agar tidak membebani ongkos produksi yang mengakibatkan biaya produksi tinggi, dan Pemerintah diharapkan memberikan insentif kemudahan birokrasi perijinan, pajak dll. kepada  aktivitas ekspor agar Terms of Trade yang terus merosot bisa meningkat, dan dampaknya bisa menekan inflasi.
2.      Disarankan kepada BI untuk tetap mempertahankan inflasi pada tingkat moderat sekitar 5 persen atau di bawah pertumbuhan ekonomi, sehingga Investasi Asing Langsung atau  yang berpengaruh positif dengan Inflasi  saat ini terus tumbuh, baik ekspansi yang sudah ada, maupun investasi asing langsung yang baru, masuk ke Indonesia.
3.     Berdasarkan hasil penelitian, Inflasi berpengaruh positif terhadap Pengangguran di Indonesia, disarankan kepada  BI  secara terus menerus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan kepada Pemerintah menyederhanakan birokrasi sehingga kenaikan harga bahan baku, barang modal yang diimpor dapat memicu cost push inflation dapat ditekan, untuk mengurangi PHK yang dapat menambah pengangguran di Indonesia.
4.        Disarankan kepada BI agar inflasi dikendalikan karena inflasi tinggi dampaknya langsung negatif kepada Daya beli masyarakat, Investasi Asing langsung, terus didorong agar semakin tumbuh sebagai investor padat karya di Indonesia, sehingga Daya beli masyarakat terus meningkat, demikian juga terhadap Pengangguran, disarankan kepada Pemerintah melalui BPS agar melakukan pendataan ulang terhadap jumlah pengangguran terbuka di Indonesia, akibat PHK disebabkan hadirnya investasi sepuluh tahun terakhir berupa padat modal, dan beralihnya pekerja yang terkena PHK tersebut menjadi PKL, sehingga menimbulkan kenaikan pengangguran semu berpengaruh meningkatkan Daya beli masyarakat di Indonesia.
5.     Selanjutnya saran tambahan kepada para peneliti yang akan datang mengenai masalah Inflasi, Investasi Asing Langsung dan Pengangguran serta dampaknya terhadap Daya beli masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan tetap di Indonesia, dan merupakan hal menarik untuk mengkaji lebih dalam sebab-sebab yang mempengaruhi M2 berpengaruh negatif terhadap Inflasi, khususnya jumlah uang quasi dalam bentuk simpanan jangka panjang, dan kenaikan upah buruh yang tinggi terhadap inflasi, memasukkan faktor-faktor seperti Defisit APBN, Daya Saing terhadap Inflasi akibat impor, pertumbuhan PKL, tenaga outsourcing terhadap Pengangguran yang memiliki hubungan searah dengan Daya beli masyarakat, dan diharapkan menyempurnakan penelitian ini, sehingga bermanfaat bagi berbagai pihak untuk penelitian-penelitian mendatang.


















DAFTAR PUSTAKA
Agnes Sediana Milansari D.”Analisis Dampak Inflasi Tinjauan Literatur  Fakultas Ekonomi, UI,  2010.

Alalaya,Mohammad dan Eiad Basher Al Hyasat.“Inflation from Yordan : Purchasing Power Parity Anaysis through Co Integration Evidence from Yordan (1987-2009).”
Anindita Ratya dan Reed, Michael R.“Bisnis dan Perdagangan Internasional”. CV. Andi Offset. Yogyakarta, 2008.
Aulia Pohan.“Kerangka Kebijakan Moneter & Implementasinya di Indonesia
PT. Rajagrafindo Persada.  Jakarta, 2008.
Bank Indonesia.“Undang-Undang no. 23 tahun 1999 tentang Bank Indoneisa” Jakarta. 1999.
Bank Indonesia. “Pengertian Tentang Inflasi” Jakarta, 2010.
Bank Indonesia (Bloomberg).“Statistik Ekonomi Keuangan Indonesiawww.bi.go.id Jakarta. 2013.
Bank Indonesia. “Data-data Jumlah Uang Beredar M2, Suku Bunga Kredit, Kurs” BI, Jakarta, 2013.
Badan Pusat Statistik. “Berita Resmi BPS tentang Inflasi” BPS. Jakarta, 2000.
Badan Pusat Statistik “Berita Resmi BPS tentang Daya Beli Masyarakat” BPS, Jakarta, 2013.
Badan Koordinator Penanaman Modal. “Daftar Penanaman Modal PMA dan PMDN” Jakarta, 2013.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.“Data ICOR dan Rumusan perhitungannya” Jakarta, 2013.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.“Data Terms of Trade” Bappenas, Jakarta, 2013.
Beta Yulianita Laksono.“Faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi di Indonesiajournal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/view/47/144‎. 2005.
Boediono. “Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Seri Sinopsis” Fakultas Ekonomi & Bisnis  UGM. Yogyakarta, 2012.
Burhan Bungin. “Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif” Kencana Prenada Media Group. Jakarta, 2013.
Chatib Basri, dkk.”Rumah Ekonomi Rumah Budaya” Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2012.
Devinia Anesia.“Penanaman Modal Asing Langsunghttp://frenndw.wordpress.com/2010/12/10/ . 24 Pebruari jam 20.55, penanaman-modal-asing langsung.
Dornbusch, Rudiger dan Ficher,Stanley. “Makro Ekonomi” Penerjemah Rudy. P. Sitompul. Penerbit Erlangga. Jakarta, 1984.
Fando. “Teori Gunnar Myrdall  www.fandoaja.blogspot.com. 2010
Fisher, Irving. “Elementary Principles of Economics” Cosimo, Inc. Po Box416, Old Chelsea Station, New York, NY 10113-0416. 2006.
 Eddy Soegiarto dan Mardyono.”Pengantar Teori Ekonomi” Mahkota Ilmu Tangerang, 2011.
Gujarati, Damodar.“Dasar-dasar Ekonometrika” Penerjemah Carlos Mangunsong. Penerbit Erlangga, 2007.
Henry Faizal Noor.“Ekonomi Publik Ekonomi Untuk Kesejahteraan Rakyat”Akademia Permata. Padang Indonesia, 2013.
Hidayat Amir. “Penguatan Hubungan Ekonomi dan Keuangan Internasional dalam Mendukung Pembangunan Nasional” PT. Nagakusuma Media Kreatif, Jakarta, 2012.
Hossain and Friends. “Inflation and Economic Growth in Bangladesh”. Educational Research Multimedia & Publications, Malegaon India. Oct, 2012.
Husein Umar. “Metode Riset Bisnis” PT. Gramedia Pustka Utama. Jakarta, 2002.
Russia & CIS Food & Agreeculture Weekly.”Official Docummentarie; Econ Min Lower June Inflationary Forecast from 0,5%- 0,6% to 0,4%- 0,5%”. Jurnal Internasional , Interfax-America, Inc. June 2013.
Kadin Indonesia dan Kemenperin, “FGD II Dukungan dan Sinergi Kebijakan Antar Kementrian Dalam Tahapan Pembangunan Industri Nasional” Kajian Akademis. Jakarta, 24 Juni 2013.
Kadin Indonesia “Subsidi Energi dan BBM Pengaruhnya terhadap Industri” Policy Paper, Jakarta, 2013.
Karno” Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Foreign Direct Investment di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura” Unbor. Jakarta, 2012.
Kautsoyiannis.“Theory of Econometrics : An Introductory Exposition Econometric Methods”. The Macmillann Press Ltd, United Kingdom, 1990.
KEN (Komite Ekonomi Nasional).“Prospek Ekonomi Indonesia 2013” Jakarta, 2012.
Krugman, Paul & Obstfeld, Maurice “Ekonomi Internasioanl Teori Dan Kebijakan”. Alih bahasa oleh Faisal Basri, PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta, 2004.
Mankiw. N. Gregory.“Makro Ekonomi” Penerjemah Fitria Liza dan Imam Nurmawan. Penerbit Erlangga, Jakarta, 2007.
Masngudi. “Ilmu Ekonomi Internasional“ Penerbit FE Unbor, Jakarta, 2012.
Masngudi. “Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi” Badan Penerbit FE, Unbor, Jakarta, 2003.
McKenzie. “Macroeconomics” Houghton Miffin Company, One Beacon Street, Boston, Massachusetts. 02108, USA, 1986.
McMillan, Alexander. “Macroeconomics The Canadian Context” Prentice Hall Canadian Inc. Canada, 1983.
Miura, Hideyuki. “Analysis of Industrial and Trade Policies of Japan and Free Trade Agreement in Asia-Pacific Region”,  Www.hoganlovells.com. Tokyo, 2013.
Mudrajad Kuncoro.“Dasar-dasar Ekonomi Pembangunan” UPP STIM. Yogyakarta, 2010.
Mukhtar. “Metode Praktis Penelitian deskriptif kualitatif “ Referensi (GP Press Group). Jakarta, 2013.
Nandang Najmulmunir.”Dampak kebijakan harga Minyak Terhadap Daya Beli Masyarakat”, Jurnal Madani. Edisi II, Nopember 2008.
Nandang Utama.“Dampak Kebijakan harga Minyak Terhadap Daya Beli Masyarakat” Jurnal Madani.  Edisi Nopember, 2008.
Ni Komang Sopianti dan AA Ketut Ayuningsasi.”Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Inflasi Dan Upah Minimum Terhadap Jumlah Pengangguran di Bali” Jurnal Akademik Udayana, Bali. 2013.
Nopirin. “Ekonomi Internasional” BPFE UGM, Yogyakarta, 2012.
Nota Keuangan. “APBN dan APBN-P 2013” Kementrian Keuangan RI, 2013.
Patra, Sudhakar, Sahu, Kabita Kamari.”Inflation In South Asia And It’s Macro Economic Linkages" Malegaon, India. Jurnal internasional. Jul, 2012.
Prathama Rahardja & Mandala Manurung.“Pengantar Ilmu Ekonomi Mikroekonomi & Makroekonomi” Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta, 2008.
Putri Tirta Enistin Sipayung & Sri Budhi Made Kembar.”Pengaruh PDB, Nilai Tukar, Dan Jumlah uang beredar Terhadap Inflasi Di Indonesia. Periode 1993-2012” E-Jurnal, Unud, Bali. Juli 2012. 
Ross, et. al “Corporate Finance” A Division of The McGrow- Hill Companies, Inc. 1221 Avenue of the Americas. New York, NY, 10020. 2002.
Rossiter, Rosemary ”Stabel cointegrating regressions : Fully-modified estimates for inflation and employment cost indices” Departement of Economics Ohio University, USA, July 1997.
Sadono Sukirno. “Makro Ekonomi Teori Pengantar” PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta, 2012.
Samuelson, Paul. A dan Nordhaus“ Ilmu Makro Ekonomi “ Penerjemah : Gretta, Theresa Tanoto, Bosco Carvallo dan Anna Elly. PT. Gramedia Global Edukasi. Jakarta, 2004.
Sekaran, Uma. “Research Methods for Business” Penerjemah Kwan Men Yon, Jakarta, Salemba Empat, 2006.
Sudarsono. “Pengantar Ekonomi Mikro” PT. Pustaka  LP3ES. Jakarta, 1995.
Sunyoto Danang. “Riset Ekonomi”, Irama Widya, Bandung, 2012.
Suliyanto.“Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi” CV. ANDI. Yogyakarta, 2011.
Sutrisno Nandang.”Pemajuan Kepentingan Negara-Negara Berkembang Dalam Sistem WTO” Penerjemah Susi Fauziah IMR Press, Cianjur, 2012.
Todaro, Michael dan Smith C. Stephen.“Pembangunan Ekonomi” Penerjemah Haris Munandar, Penerbit Erlangga. Jakarta, 2006.
Tulus Tambunan. “Perekonomian Indonesia Kajian Teoritis dan Analisis Empiris” Ghalia Indonesia. Bogor, 2012.
Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang “Bank Indonesia”. BI Jakarta, 1999.
Undang-undang No. 25 Tahun 2007 Tentang “Penanaman Modal” Kementrian Perdagangan RI, 2007.
Vala,Yuvrajsinh.”Is There any Link Between Commodity Price And Monetary Policy / Evidence From India” Science : Comprehensive Works, Business And Economics Commerce, Art. Mumbai India, Jurnal internasional. Jan 2013.
W.I.M.Poli.“Tonggak-tonggak Sejarah Pemikiran Ekonomi” Brilian Internasional, Sidoarjo, Jatim, 2010.
William F.Sharpe, et. al. “Investasi “ Alih bahasa : Henry Njooliangtik dan Agustiono. Prentice Hall (Singapore) Pte. Ltd.1997.
 Willem A. Makaliwe.“Relevansi Nilai Tukar pada transmisi moneter mencapai pertumbuhan output dan kestabilan Inflasi dan perbandingan regim nilai tukar”. Disertasi FEUI, Jakarta, 2007.
Wing Wahyu Winarno.“Analisis Ekonometrika Dan Statistik dengan Eviews” Yogyakara,   2007.
Yuyun Wirasasmita,  Ilmu Ekonomi Makro Advance” Buku Ajar, FE Unbor Jakarta 2012.
Yuyun Wirasasmita. “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis Advance” Buku Ajar, FE Unbor. Jakarta, 2012.