Friday, June 13, 2014

Jokowi, mengapa?

Pertanyaan itu pernah dikupas oleh beberapa pengamat sebut saja Prof. Dr. Thamrin Tomagola, atau Wartawan senior Kompas Budiarto Sambazy beberapa waktu lalu dalam diskusi tentang "Mengapa Harus Jokowi" yang dicalonkan sebagai capres 2014? Bukankah sosok pak Jokowi masih sangat berskala lokal sebut saja Walikota dan tingkat Gubernur baru 1,5 tahun.
Moderator Burhanuddin Muhtadi memandu para narasumber diacara seminar yang diselenggaran oleh alumni Fisip UI di Balai Sarwono Jeruk Purut kawasan Kemang Jakarta Selatan.
Thamrin mengatakan Jokowi adalah sosok pemimpin masa mendatang yang mampu memutus tali masa lampau (Orba) dan mengenalkan reformasi saat sekarang dan yang akan datang. Maka apabila pilpres nanti Jokowi memenangkan pencalonannya, maka demokrasi di Indonesia memasuki masa transisi yang bagus.
Budiarto Sambazy mengungkapkan bahwa hasil survey saja tidak cukup, maka mesin partai pendukung Jokowi dan para relawan jangan berpuas diri sampai tahap itu, namun harus bekerja keras untuk meyakinkan visi, misi nya kepada para calon pemilih, sebab golput masih tinggi.
Sedangkan menurut Burhanuddin bahwa popularitas Jokowi bisa menurun, apabila kemasan iklannya kurang mendukung seperti contoh Indonesia Hebat menonjolkan sosok ibu Mega dan Puan Maharani.
Politik memang setiap detik bisa berubah dan tidak ada yang abadi, selalu akan menghasilkan titik equilibrium keputusan, mana kala para partai pengusung tiap calon merasa terwakili, terakomodasi kepentingannya. Setelah melalui proses perenungan, pemikiran maka PDI Perjuangan pengusung Capres Jokowi memutuskan memasangkan nama Jokowi dan Yusuf Kalla sebagai cawapresnya, yang diikuti oleh PKB, Nasdem, Hanura dan partainya pak Sutiyoso. Kubu lain Prabowo Subianto diusung Gerindra berpasangan dengan Hatta Radjasa dari PAN, didukung Golkar, PPP, PKS. Demokrat sendiri seperti sudah diperkirakan banyak kalangan akan netral, cirikhas nya banyak pertimbangan.
Masa kampanye telah tiba antara tanggal 13 Juni 2014 s/d tanggal 5 Juli 2014. Baik pasangan no 1 Prahara maupun pasangan no 2 Jokowi-JK sudah melakukan sosialisasi dan blusukan ala cara masing-masing.
Pada tanggal 9 Juli 2014 semua warga negara yng sudah memiliki KTP memiliki hak pilih, sehingga diharapkan golput dapat ditekan, sebab Pilpres kali ini sangat menentukan apakah status quo akan kembali, atau terlahir Pemimpin yang jujur, merakyat dan sederhana. Semoga rakyat Indonesia cerdas dan menentukan masa depan Indonesia melalui Pilpres langsung.