Thursday, June 30, 2011

Negeri Demokrasi Mentah?



Pemilu langsung telah berjalan dua kali di bumi Indonesia. Harapan dan harapan akan perubahan yakni kesejahteraan seluruh warga negara semakin jauh dari cita-cita para pendiri bangsa, yang termanifes pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 maupun UUD versi 2002. Mengapa demikian? Sebut saja revitalisasi pertanian yang selalu didengungkan ternyata masih banyak para petani yang kesulitan menjual panen karena harga jauh lebih mahal dari barang impor. Dedikasi SDM di bidang pertanian semakin lemah ditengah ekstremnya cuaca serta keterbatasan infrastruktur antara lain irigasi, mahalnya pupuk serta rusaknya jalan menambah sederet biaya tinggi di sektor pertanian.
Perjanjian-perjanjian perdagangan bebas hambatan di kawasan Asean dan China atau ACFTA sejak tahun 2010, menghasilkan cerita sedih lainnya. Mengalirnya barang-barang jadi murah dari negara lain, mempertegas Indonesia adalah "Tujuan Pasar Besar" bagi mereka. Bahkan pada tahun 2012 Indonesia dan Uni Eropa sedang menggodog Perjanjian Perdagangan Bebas Hambatan, alasan menuju WTO. Indikasi ini menunjukkan lemahnya posisi tawar Industriawan, sehingga terjadi pergeseran alih fungsi dari Industri ke Impor. Hal ini diperkuat data importir terdaftar semakin bertambah dari tahun 2009.
Di politik praktis, kasus pembobolan Bank Century sebesar 6,7 trilyun sampai saat ini tidak ada ujung pangkalnya kemana aliran dana tersebut bermuara dan di korupsi? Kasus-kasus lain yang tidak jauh dari korupsi adalah perginya Bendahara Partai Demokrat ke Singapura terkait pembangunan Wisma Atlit di Palembang.
Masih di tahun ini, kasus pemalsuan data oleh oknum KPU Andi Nurpati terus menambah kekecewaan masyarakat. Hal ini sampai pada pertanyaan sekaligus hipotesa "Sah kah hasil pemilu 2009?"
Penulis di tahun 2009 pernah mengutarakan opini di blog yang sama, tentang Pemilu Yang Hambar, semoga kekhawtiran tersebut tidak menjadi kenyataan. Sebab Demokrasi yang telah berjalan selama 13 tahun tahun sejak tumbangnya Rezim Orde Baru 1998, akan menjadikan Negeri ini beralaskan Demokrasi Mentah......

Solo Batik Carnival 2011



Semua mata tertuju kepada kirab tahunan, akan sebuah parade nuansa global. Batik merupakan warisan budaya yang diakui UNESCO.
Suasana yang meriah digelar oleh pemkot Solo, pada tanggal 25 Juni 2011 dimalam hari.
Parade Solo Batik Carnival yang biasa disingkat SBC ini dibuka oleh Wali kota Solo Joko Wi dan FX. Rudyanto mulai dari Loji Gandrung Jalan Slemet Riadi dan berakhir di balai kota Geladak.
Meskipun jarak tempuh cukup jauh, warga setempat dan sekeliling kota Solo tumpah ruah menyaksikan prosesi kirab batik akbar ini.
Kreasi yang memukau para pemirsa, merupakan peradaban budaya karya anak bangsa.
Pada kesempatan ini Putri Indonesia 2010,dengan make up dari PT. Mustika Ratu sebagai Ratu Pantai Selatan, mengikuti menyemarakkan acara parade dengan mengendarai kereta kencana, tampak anggun.
Menurut penulis, acara yang didukung oleh Pemkot Solo ini, merupakan revolusi budaya ditengah sulit dan carut marutnya perpolitikan di Indonesia.









p